25. I Want You to Touch Me

5.3K 92 1
                                    

*Rumah Paman Sam.

“Hmm. Terima kasih atas makan malamnya, Paman Sam. Rasanya sangat enak! Apalagi kentang tumbuknya.” Claire berucap dengan senyum lebar di bibirnya.

Sam tersenyum miring dan mengangkat alis dengan pamer. “Ya, sudah pasti enak. Itu resep rahasia mendiang istriku.”

“Oh, ya? Ini terbaik!” tambah Claire memamerkan deretan gigi putihnya. Ia lalu memandang ke arah sang kekasih, yang tadi juga terlihat lahap. “Iya, kan, Raylie?”

Raylie langsung mengangguk setuju. “Ya, ini sangat enak!” jujurnya. Sangat jarang ia makan masakan rumahan dengan suasana seperti ini. Biasanya, ia akan makan sendiri, makanan mewah yang tersaji lengkap. Hanya sesekali pula ia makan dengan Renata, meski saat seperti itu, pembicaraan di antara mereka selalu tegang dan seputar perlindungan atas dirinya. Yang sudah begitu bosan pula ia dengar.

Well, Raylie menyayangi Renata. Namun, sang Kakak begitu over protektif dalam menjaganya. Dan setelah kejadian ini, Raylie sedikit paham kenapa sang Kakak berbuat demikian. Apa saja bisa terjadi.

Sam pun tersenyum lagi saat mendapatkan dua pujian dari dua anak muda tersebut. Sungguh, ia pun kembali merasakan indahnya makan bersama seperti ini.

Setelah kepergian istri dan putranya. Ia lebih banyak makan sendiri. Meski sesekali ada Claire yang datang berkunjung.

Pensiun membuatnya bosan. Dan kedatangan dua anak remaja pelarian ini, cukup membuat hidupnya sedikit merasakan tantangan di usia tua.

Sam baru saja hendak membereskan piring yang juga sudah selesai dipakainya makan, sampai Claire tiba-tiba menahannya dengan berdiri lebih dulu. “Jangan, biar aku saja, Paman!” cegahnya.

“Ah, tidak usah. Sudah malam. Nanti kau masuk angin. Kalian istirahat saja.”

“Oh, astaga, Paman Sam. Apa aku tidak terlihat tangguh? Angin bahkan takut padaku,” sanggah Claire dengan kepercayaan diri yang ia punya. Tatapannya menyamping kemudian, dengan senyum penuh makna, ia malah lanjut berucap, “Justru Paman yang rawan masuk angin. Jadi berikan padaku saja.”

“Ch! Apa maksudmu?” decak Sam. “Apa kau itu ingin mengatakan, bahwa aku sudah tua? Heuh?”

Claire terkekeh. Pura-pura bohong. “Tidak, tidak. Bukan begitu. Serahkan saja padaku. Lagi pula, kami akan menumpang beberapa hari di sini, tidak enak jika tak melakukan apa-apa untuk membantu Paman.”

“Sebenarnya, kalian selamat saja itu sudah membantu. Tapi, ya, sudah. Aku tidak bisa menolak niat baik.” Sam terpaksa meletakkan lagi piringnya di atas meja.

Claire langsung menarik dua sudut bibirnya jauh-jauh. Melengkungkan senyum kemenangan. “Sudah. Paman istirahat saja, ya?!”

“Ya, Paman istirahat saja. Biar aku juga membantu.” Raylie memegang piringnya juga. Lantas berdiri.

“Ch.” Lagi Paman Sam berdecak. Ia mengangguk ke arah Raylie. “Memangnya kau tahu caranya mencuci piring?” Paman Sam memandangnya sebelah mata. Oh, ia tahu pangeran Mafia seperti Raylie, mana mungkin mencuci piring sendiri? Bahkan sepatu pun, kalau bisa dipakaikan para anak buah.

“Eh, hehe.” Raylie menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal “Ya, aku memang tidak bisa ...,” jujurnya.

Paman Sam cukup terkejut Raylie tak pasang perlawanan. Padahal pemuda ini sejak pertama kali datang, tak pernah pula menurunkan harga diri.

“Tapi, aku akan belajar pada Claire!” tambahnya. Seakan mencuci piring hal yang besar. “Setidaknya aku bisa membantu juga.”

“Hmmm.” Paman Sam mengangkat sebelah alisnya, begitu juga dengan dagu, hingga tatapannya turun. “Bilang saja, kau itu ingin berduaan dengan Claire, iya, kan?”

THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang