Renata hanya bisa menggeram dan menutup mulutnya rapat-rapat. Melawan sebisanya, padahal seharusnya ia berpasrah saat ini. Namun, egonya tetap melawan kuat.
"Buka, buka, buka! Buka mulutmu, Renata!" Tangan Darren berpindah ke rahang mulus Renata, kemudian meremas ke dua pipinya dengan jemari yang kokoh, empat jarinya, masuk ke dalam pipi kiri yang lembut. Sementara dengan jelas pula wanita itu dapat merasakan jempol Darren menekan sisi pipi yang lain.
Mau, tidak mau, mulutnya terbuka paksa. Lelaki itu menggeram bak tercekik gairah. Ia berdesis dan kembali melumatnya.
Renata memejamkan mata. Di dalam kelopaknya sudah berair. Namun, ia tak mau menangis. Jangan! Ia Renata Louise, sudah biasa menghadapi berbagai pertarungan dan kekerasan di dunia hitam, dan semua itu tak kunjung membuatnya mengeluarkan air mata.
Ketidakberdayaan seperti ini sungguh membuat ia lemah. Renata bisa saja menendang dengan lututnya, mencakar, membalas balik, dan mendorong tubuh lelaki ini, dengan keahlian bela diri yang ia punya. Namun, keadaan sekarang akan membuat adik dan orang-orangnya dalam bahaya bila melawan.
Yang bisa ia lakukan pun hanya pasrah. Renata memejamkan matanya, dan mengarahkan semua rasa dan energi ke cengkeraman tangan di samping paha.
Lingual lelaki itu pun mulai masuk dan menjelajah di dalam mulut Renata. Ia bisa merasakan betapa menginginkannya lelaki ini.
Renata kesulitan bernapas dengan kecupan menggebu itu. Darren memainkan teknik yang sangat baik. Entah sudah berapa wanita yang menikmati lumatan serupa dari bibir dan mulut si brengsek ini.
Meski kasar, cara Darren melumat dan menyusurkan bagian tak bertulangnya ke dalam mulut Renata terasa begitu lihai. Dia menggoda semua pertahanan di sana. Menggeliat dengan ahlinya dan membuat jantung Renata semakin berdebar-debar.
Hormon oksitosin, dopamin dan endorfin sialan! Kenapa malah meledak di saat yang tidak tepat?
Rasa nikmat mulai Renata rasakan dengan keahlian itu. Sesuatu yang mendorong dan menariknya di sana. Benda asing milik Darren menerobos dan terus menjajahi mulutnya. Mengabsen satu per satu bagian yang ada di sana. Sungguh, ia merasa seperti sedang tersedot ke alam lain. Wangi Musk Sandal Wood yang elegan dan maskulin dari tubuh Darren malah menyeruak semakin meledakkan endorfin ke otaknya.
Dia bahkan hanya membuka mulut lewat cengkeraman Darren, dan semua kenikmatan ini malah ia rasakan.
Sungguh, rasa itu perlahan-lahan membuat Renata tak mengeraskan tubuhnya lagi. Ia melemas. Bahkan cengekraman Darren di pipinya terasa mulai longgar. Dan menyedihkannya, Renata malah tetap membuka mulut dan membiarkan lelaki ini puas dengan apa yang ia inginkan.
Mcchhh....
Bibir bawah Renata tertarik, dan memantul paling terakhir saat Darren menyelesaikan aksinya. Sungguh, tahap awal yang sudah membuat wanita itu berantakan.
Lipsticknya meluber ke mana-mana, bahkan sampai ke sekeliling mulut Darren, dan lelaki itu tidak peduli. Ia tampak sangat menikmatinya.
Napas keduanya terengah.
Renata seakan belum tersadar kalau ia telah dikembalikan ke alam nyata. Kejadian tadi, dan lumatan itu seakan membawanya terbang ke nirmawa dan juga neraka dalam waktu yang bersamaan.
Bibir Renata terasa berkedut dan perih, dari luar pun sudah muncul ruam merah di sekelilingnya. Sungguh, ciuman bergairah itu membawa sengatan listrik aktif ke seluruh tubuh Renata. Membuat darahnya semakin aktif dan berdesir cepat.
"Hehhh .... Kau begitu nikmat, Renata ...," bisiknya di samping telinga itu.
Renata bahkan dapat merasakan seringai tambahan muncul juga di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL MAFIA (EROTICA ROMANCE)
RomanceBLURB: Darren menginginkan Renata sejak awal kekuasaannya. Ia mendapatkan semua yang diinginkannya, kecuali Renata. Mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah San Fransco. Sesuatu tiba-tiba terjadi, Renata terjebak. Darren men...