Sesuai dengan kesepakatan di sekolah tadi, sekarang Gaara dan yang lainnya sedang berada di kediaman Kusnadi 2, atau rumah Jeremy, untuk belajar bersama. Sengaja mereka belajar di rumah Jeremy, alasannya karena rumah Jeremy itu menghadap langsung ke danau. Suasananya tenang, jadi sangat pas untuk di jadikan sebagai tempat belajar.
Sekarang mereka tengah sibuk dengan laptop masing-masing. Melihat beberapa materi yang ada di internet untuk reperensi.
Mereka mencari nilai dari berbagai aspek kurikulum. Dari kurikulum dua ribu enam, juga kurikulum dua ribu tiga belas. Mereka juga mencari soal di mulai dari jenjang SD, SMP hingga SMA, belajar dari pengalaman saat mengerjakan soal tadi pagi.
Pertama, mereka melihat terlebih dahulu soal yang sudah memiliki kunci jawaban. Sebelum melihat kunci jawabannya, mereka akan mencoba untuk mengerjakannya terlebih dahulu, baru, jika sudah selesai mereka akan melihatnya. Menyamakan jawaban mereka dengan jawaban yang terdapat dalam kunci jawaban.
Kedua, setelah melihat soal yang sudah memiliki kunci jawaban, mereka kemudian mencari soal yang memang hanya terdapat soal saja. Mereka akan mencoba mengerjakan itu sampai bisa.
"Kal, lo udah selesai?" Nana bertanya setelah dari tadi diam. Hanya berfokus pada soal saja.
"Belum, masih no.4. Kalian udah?"
"Boro-boro. Otak gue buntu banget," keluh Gaara. Sejak tadi, dia hanya baru bisa mengerjakan 3 soal saja. Sedangkan soal yang harus dia kerjakan itu sebanyak 15 soal.
"Jer?"
"Gue udah sampe nomer 6, sih. Soalnya punya gue nggak terlalu susah," terang Jeremy. Dia memang mengambil soal yang mudah, tidak seperti teman-temannya yang lain, yang memilih soal yang lumayan sulit.
"Kenapa ambil soal yang cetek gitu, sih? Nanti kalo pas ujian yang keluar itu soal sulit, gimana? Mati berdiri lo!" Gaara berseru.
"Soal yang keluar nggak bakal susah, cuma berbelit aja kayak yang tadi. Percaya sama gue," ujar Jeremy. Matanya masih berfokus pada soal yang tengah dia kerjakan. Tidak melirik sama sekali pada Gaara barusan.
"Iya?"
"Iya. Mending sekarang kerjain soal yang mudah aja dulu, jangan yang susah-susah. Nanti otak lo pada capek di pake mikir terus."
"Iya, sih. Ini otak gue juga udah capek banget kayaknya." Haikal mengeluh.
"Udahan aja, yuk?" Lalu, geplakan di kepala di dapatkan oleh Nana.
"Nggak gitu juga!"
"Baca-baca aja lah, gue. Gue udah nggak bisa kalo di suruh buat ngisi lagi. Capek." Gaara selonjoran dengan laptop di pangkuannya. Dengan hanya membaca beberapa materi, berharap materi tersebut bisa dia pahami tanpa harus mengisi.
Dan hal itu diikuti oleh Haikal dan Nana, sedangkan Jeremy masih mencoba mengisi soal yang dia kerjakan tadi.
"Di sini kebanyakan pecahan, nih."
"Bener, nggak ada SIN COS dan semacamnya."
"Kayaknya bakal mirip sama soal SD atau SMP, deh."
"Lagian, kenapa harus AKM segala, sih? Kan bisa ujian biasa yang di pelajari di sekolah. Bikin ribet tau." Haikal menghela napas. Dalam hatinya masih tersisa rasa gondok dengan ujian sekarang.
"Kan udah kebijakan pemerintah, kita nggak bisa apa-apa." Jeremy menyahut. Dia sudah selesai mengerjakan semua soal itu.
"Iya, sih."
Lalu, setelahnya hening. Mereka fokus membaca berbagai materi yang terdapat dalam internet. Mereka tidak yakin sebenarnya semua soal itu akan keluar, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream cansert
FanfictionDream Cansert, bukan sebuah perkumpulan geng abal-abal yang suka tawuran dan mabuk-mabukan. Bukan pula sebuah perkumpulan geng yang suka melawan orang tua. Namun, sebuah geng yang isinya anak kesayangan papa dan mama juga sekolah. Tidak pernah meras...