Gaara dan Darra masih berdiam diri sejak mereka berdua keluar dari ruangan tadi. Tidak ada ada yang membuka percakapan. Bahkan, berdehem saja tidak.
Gaara tidak tahu harus memulai percakapan seperti apa. Begitupun dengan Darra, dia ingin berbicara namun tidak tahu harus berbicara apa. Beruntungnya, di sana cukup berisik oleh suara tawa anak-anak, jadi suasananya tidak begitu canggung.
Gaara berdehem singkat, membuat langkah Darra berhenti dan menatap pria itu dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa?"
Gaara sedikit mengerjap. Gadis di hadapannya ini memiliki wajah yang bisa di bilang menggemaskan, namun nada bicaranya sama sekali tidak bersahabat. Sungguh berbanding terbalik dengan wajahnya itu.
"Tenggorokan gue kering. Boleh minta minum?" Itu sebenarnya hanya alibi semata, tenggorokan Gaara baik-baik saja. Dia melakukan itu agar dia punya sesuatu untuk di bicarakan pada gadis di hadapannya sekarang.
"Boleh. Ayo kita ke dapur." Darra sedikit tersenyum, lalu berjalan ke arah sebelumnya. Di karenakan dapur sudah mereka lewati tadi.
"Kenapa nggak tadi aja bilangnya pas kita lewatin dapur?" Darra bertanya, membuat Gaara mau tidak mau menelan salivanya gugup.
"Ya karena, tenggorokan gue baru keringnya sekarang?"
Darra mencebik, lalu masuk ke dalam dapur. Di ikuti oleh Gaara di belakangnya.
"Mau minum apa?" Darra berdiri menghadap meja dapur tempat menyimpan bahan-bahan untuk memasak juga mebuat minuman.
"Terserah, sih. Tapi, kalo ada gue mau yang dingin."
"Itu bukan terserah namanya!" Gaara sedikit terjengit kaget saat mendengar Darra berseru barusan. Gaara lupa bahwa Kiera sudah berkata bahwa Darra ini sedikit emosian. Ya, cukup mirip dengan dirinya.
"Lah? Kan lo nanya, makanya gue jawab. Emang salah?"
"Salah! Kamu tadi bilangnya terserah, eh, terakhir malah minta yang dingin!"
"Letak salahnya dimana, sih?"
"Gini." Darra menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, lalu mendongak untuk menatap Gaara yang kini tengah menatapnya dengan kedua alis menukik.
"Kamu bilang terserah, tapi kamu bilang mau yang minuman dingin. Kenapa kamu nggak langsung bilang dari awal aja? Kenapa harus pake 'terserah' dulu?"
Gaara memijat pelipisnya pusing. Itu masalah yang sangat sepele. Hanya karena dia berkata 'terserah' lalu meminta minuman dingin, gadis itu sudah mempersalahkannya.
"Gini ... ehm, nama lo Darra, kan?" Darra mengangguk. "Itu cuma masalah sepele Darra, kenapa lo permasalahan, sih? Tinggal bikin kan?"
Darra hanya menatap Gaara dengan mata menyipit dan pipi menggembung, lalu berbalik badan untuk mulai membuat minuman permintaan Gaara barusan. Sedangkan Gaara menarik sudut bibirnya.
"Nama asli lo, siapa?" Gaara berpindah tempat menjadi di samping Darra. Dia terus memperhatikan Darra yang tengah memindahkan es batu ke dalam gelas.
"Darra Maula V." Darra menjawab. "Sampe sekarang aku nggak tau 'V' dalam nama aku itu artinya apa."
"Emang siapa yang kasih nama?"
"Ayah."
Gaara mengangguk. Ternyata Gio juga memang sangat menyayangi Darra, terbukti dari dia yang memberikan nama keluarga besar di belakang nama gadis itu.
"Valerin."
"Hah?"
"Iya, huruf 'V' dalam nama lo itu artinya Valerin, nama keluarga besar gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream cansert
FanfictionDream Cansert, bukan sebuah perkumpulan geng abal-abal yang suka tawuran dan mabuk-mabukan. Bukan pula sebuah perkumpulan geng yang suka melawan orang tua. Namun, sebuah geng yang isinya anak kesayangan papa dan mama juga sekolah. Tidak pernah meras...