We falling love?

819 93 16
                                    

Acara selesai, para tamu sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Dan kini, tersisa empat pemuda yang tengah berbaring di ranjang hotel dengan tampilan acak-acakan.

Keempatnya menutup mata, merasakan betapa lelahnya mereka hari ini. Acara memang mulai sore hari, tapi mereka harus bersiap dari sejak pagi.

Sebenarnya jika para Ibu tidak rempong, mereka bersiap dari tengah haripun bisa. Hanya saja, dari sejak subuh, para Ibu terus menggedor mereka layaknya babu.

Beli inilah, itulah. Pasang ini, pasang itu. Benerin ini, benerin itu. Intinya, mereka terus bulak balik.

Dalam hati bertanya, gunanya para pekerja dan WO itu apa, ya?

"Capek banget sumpah, pegel." Haikal mengeluh, lalu mengubah posisi menjadi mendusel ke Jeremy, yang mana tidak membutuhkan waktu lama sudah mendapat balasan berupa geplakan.

"Geser, lo bau!"

Haikal berdecak, tak ayal menurut. "Kita aja pegel, gimana para cewek, ya," lanjutnya lagi.

"Kaki Darra ampe lecet pake high heels terus." Gaara menimpali. Berbeda dengan Jeremy yang langsung bereaksi, Gaara hanya diam saja saat Haikal berbalik arah memeluknya. Pasrah.

"Bener, mana mama pilihin dress kebuka buat Karina, kedinginan kan anaknya." Jeremy berdecak kesal, masih tidak terima saat dress Karina paling terbuka diantara tiga gadis lainnya.

"Lah, kenapa nggak lo kasih jas kayak Nana? Nggak gentle amat jadi cowok," cibir Haikal, lagi-lagi mendapat geplakan dari Jeremy.

"Lo demen banget ngegeplak gue, naksir?" Haikal sangsi. Masalahnya, otot Jeremy itu gede, jadi pas nge-geplak itu berasa banget sakitnya.

"Najis!" Jeremy beringsut menjauh. "Bukan gue nggak kasih, tapi emang Karinanya nggak mau."

"Paksa, dong! Sat set sat set, langsung pakein kayak mas yang onoh." Haikal kembali mencibir, menunjuk Nana yang sejak tadi hanya diam.

"Lo ngapa, Na? Diem aja, sawan?" Kali ini, bukan dari Jeremy, tapi Haikal mendapat lemparan dasi dari Nana.

"Cangkem lo kudu di dedetin pake kaos kaki kayaknya supaya diem." Nana menggelengkan kepala. Haikal ini, kondisi lelah saja masih bisa seaktif itu.

"Hilih."

Kemudian keempatnya terjebak dalam keheningan yang panjang. Pikiran mereka sama-sama melanglang buana sekarang, memikirkan masa depan.

Sudah bertunangan, setelah itu pasti menikah, kan? Lalu, apa jadinya nanti mereka jika sudah menikah?

Apa bisa Gaara yang manja menjadi seorang kepala keluarga? Menjadi pemimpin dalam sebuah hubungan sakral seperti rumah tangga?

Apa bisa Jeremy yang keras kepala menjadi sesosok suami yang penyayang? Tidak mementingkan ego dan lebih mengedulukan perasaan.

Apa bisa Haikal si pecicilan bisa tegas jika menghadapi suatu masalah di rumah tangganya nanti? Bersikap rasional layaknya suami kebanyakan.

Lalu, apa bisa Nana si moody's tetap mempertahankan satu emosi saja nantinya? Tidak terlalu pendiam dan lebih peduli pada sekitar?

Mereka tidak tahu, makanya ragu.

Sudah di katakan, kan, mereka ini tidak lebih dari anak 18 tahun. Pikiran mereka masih labil, masih kekanak-kanakan, tidak bisa mengontrol emosi diri sendiri.

Jadi, untuk menjalani suatu bahtera rumah tangga, mereka tidak siap.

"Ayah udah ngomongin belum kita bakal nikah kapan?" Tiba-tiba saja Gaara bertanya seperti itu, membuat ketiga kepala lainnya menengok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream cansertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang