40 ~ Perjalanan

1K 187 322
                                    

Kita sudah berjalan sejauh ini
Mundur juga rasanya percuma
Kita harus lalui jalan terjal berbatu ini bersama
Karena sesulit apapun jika bersama kamu
Perjalan yang berat akan terasa ringan


~ author

Gilang merenggangkan ototnya setelah berjam-jam di depan laptop miliknya ia menoleh sekilas pada jam dinding yang ada di ruangannya, nyaris tengah malam dan Gilang belum beranjak dari kursi kerjanya. Hari ini Gilang memang memutuskan untuk lembur pekerjaannya, jika boleh jujur pekerjaannya belum selesai tapi ia sudah cukup lelah jadi ia memutuskan untuk pulang.

Kaki Gilang berhenti melangkah saat ia melihat dua orang dengan balutan baju hitam beridiri di ujung koridor kantornya, pencahayaan yang kurang membuat Gilang kesulitan mengenali siapa orang itu. Gilang hanya memperhatikan kedua pria yang terus berdiri itu.

" Nyil... Sro itu Lo bukan ? Unyil... Usro ngga usah Ngada-ada Lo ya " kata Gilang sedikit waspada

Kedua orang tadi sedikit melangkah, kini Gilang sudah bisa meyakinkan diri jika kedua orang itu bukan Unyil ataupun Usro. Sebuah tembakan mendarat di lengan kanan Gilang, membuat tas kerja yang ada ditangannya terjatuh, darah segar langsung mengalir dari lengan Gilang. Dengan keadaan terluka seperti ini Gilang tidak mungkin melawan dua orang itu. Dengan langkah cepat Gilang berlari menuju lift tapi saat pintu lift terbuka dia sudah melihat Wijaya dan Samuel didalamnya.

" Apa kabar Gilang ? " Sapa Wijaya sambil tersenyum manis

Secara tiba-tiba sebuah kantung hitam menutup seluruh kepala Gilang, ia merasakan beberapa orang mengikat tangannya dan kini membawa tubuhnya entah kemana. Ia hanya berharap seseorang akan menemukan dirinya nanti, meski dia terus berdoa jika orang itu bukan Fenly ataupun Fajri. Gilang tidak akan membiarkan mereka berdua terluka apalagi memiliki urusan dengan Wijaya.

🍒

~ Fenly

Aku terus memperhatikan jalanan didepan rumah bang Gilang berharap mobil miliknya segera muncul dalam jangka pandangku, ia memang berpamitan akan lembur tapi kenapa sampai selarut ini bang Gilang belum juga kembali, padahal bang Gilang berjanji jika malam ini akan merayakan kesembuhan kak Shandy.

" Fen... Ikut yang lain dulu yuk bakar jagung kek, bakar sosis kek ngelamun aja Lo di sini awas kesambet " kata Fajri yang kini duduk disamping ku

" Bang Gilang kok belum pulang ya Ji ? Gue mendadak khawatir sama bang Lang "

" Paling bentar lagi pulang, udah yuk gabung sama yang lain "

Aku mengangguk dan mengikuti Fajri menuju taman belakang, tapi sebelum itu aku menyempatkan diri melihat kembali ke arah jalan, memastikan apakah bang Gilang sudah pulang atau belum.

Ditengah riuh tawa dari semua orang aku terus memikirkan bang Gilang yang belum juga kembali, tanganku sibuk membalik jantung yang tengah ku bakar, tapi pikiranku terus memikirkan bang Gilang.

" Awwwww " kataku saat tidak sengaja menyentuh jagung yang masih panas

" Fenly... Ngga papa ? " Tanya kak Shandy sambil memeriksa tangan ku yang tampak merah dan sesekali meniup tangan ku tadi.

Aku mengangguk, tapi perasaan ku makin tidak tenang, pesan yang ku kirimkan pada bang Gilang juga belum mendapat balasan.

" Kak Shan... Ummm..  kayanya minuman sama Snack nya kurang, Fen beli ke mini market sebentar ya kak " pamit ku.

Tanpa menunggu jawaban dari kak Shandy aku segera meraih kunci motor milikku dan kini langsung menaiki motorku. Tapi belum sempat motor ku melaju seseorang sudah naik diboncengan ku.

T I T I K || Un1tyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang