*Disarankan mendengarkan lagu "ILY 3000 - Stephanie Poetri"
Nara mematikan ponselnya. Ia menolehkan kepalanya ke samping untuk menatap Mores yang sedang berdiri dengan tenang. "Gue balik dulu, makasih sudah bawa gue kesini."
Gadis itu hendak berjalan pergi, tetapi tiba-tiba saja Mores menahan tangannya sehingga Nara menghentikan langkah kakinya kembali.
"Gue boleh minta nomor lo?" tanya Mores dengan pelan.
Bukannya tidak mau, Mores sudah bersikap baik dengan Nara malam ini, tetapi berdua dengannya saja sudah membuat reputasi Nara dipertaruhkan, apalagi jika dia menyimpan nomor Mores, yang merupakan mahasiswa dengan reputasi tidak baik di kampus.
"Gue janji gak akan ada satu orang pun yang tau kalau gue simpen nomor lo," ucapnya dengan wajah seriusnya. "Dan sebaliknya."
Nara menghela napasnya, kemudian memberikan ponselnya kepala Mores agar laki-laki itu bisa memasukkan nomornya sendiri ke dalam daftar kontak ponsel Nara. Tidak membutuhkan waktu lama, Mores sudah membuat ponsel mereka berdua saling menyimpan nomor masing-masing.
"Makasih." Mores mengembalikan ponsel milik Nara kepada pemiliknya.
"Makasih juga." Gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke pintu dan Mores segera membukakan kuncinya agar Nara bisa berjalan melewatinya.
Dengan perlahan dia melangkah menuruni anak tangga dan kini Nara sudah berada di lantai dasar. Dia mencoba menerobos kerumunan para mahasiswa yang sedang asik berdansa dengan alunan lagu yang cukup kencang.
"Nara, lo dari mana?"
Sontak perempuan itu membalikkan tubuhnya dan mendapati Marcel yang sedang berdiri sambil menatap dirinya dengan kebingungan. "Oh itu, tadi gue gak kebagian toilet disini, jadi gue ke toilet lantai atas, tapi ngantrinya lumayan lama."
Ya, dia berbohong. Tidak mungkin dia memberitahu Marcel kalau dia bertemu dengan Mores dan pergi ke rooftop berdua. Jika Marcel mengetahui itu, maka reputasinya akan sangat dipertaruhkan atau bahkan dia akan terkena surat pelanggaran.
"Itu jaket siapa? Kayaknya tadi lo gak pake jaket," tanya Marcel dengan sedikit penasaran.
"Hah? ini jaket-" Nara menggantungkan kalimatnya karena bingung harus menjawab apa. "Ini jaket temen gue. Udara diluar juga lagi dingin, makanya gue pake aja."
"Oh, sekarang lo mau balik ke asrama?" tanya laki-laki itu.
"Iya, sudah malam juga, besok gue ada ujian." Nara mengukir senyum manisnya.
"Mau gue anterin?" tawar Marcel.
"Gak usah, gue bisa sendiri, kok."
"Oke."
Nara membalikkan tubuhnya dan hendak melanjutkan langkahnya, tetapi lagi-lagi Marcel memanggil dirinya, sehingga mau tidak mau Nara harus menanggapinya, walaupun dia ingin cepat-cepat keluar dari tempat ini.
"Iya?" tanya gadis itu.
"Gue boleh minta nomor lo?"
Tanpa mengatakan apa pun, Nara langsung menyerahkan ponselnya kepada Marcel. "Silakan."
Marcel tersenyum senang. Ia mengambil ponsel milik Nara lalu memasukkan nomor ponselnya ke dalam ponsel Nara, selepas itu ia menghubungi nomornya sendiri dengan ponsel milik gadis itu, lalu ia simpan lah nomor Nara di dalam daftar kontaknya.
"Makasih, hati-hati di jalan." Marcel mengembalikan ponsel itu.
"Iya, lo juga."
Selesai berbicara dengan Marcel, remaja perempuan itu segera keluar dari rumah Daniel, lalu berjalan kaki menuju ke asramanya. Untung saja gedung asramanya terletak tidak jauh dari rumah Daniel, sehingga dia dapat tiba di kamar asramanya tanpa memakan banyak waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
RomanceDatang ke sebuah pesta di suatu malam, merupakan hal terburuk bagi Nara. Pertemuannya dengan pria yang terkenal dengan masalah besarnya di kampus membuatnya bingung. Bingung harus mengikuti perasaannya atau reputasinya. Laki-laki yang seharusnya Nar...