Permainan truth or dare dengan para bajingan kampus telah selesai. Waktu telah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Sudah waktunya untuk kembali, walaupun party di rumah Daniel masih berlanjut, tetapi Nara harus kembali.
Gadis itu berjalan dengan santai menuju ke asrama putri. Namun, dia tidak berjalan sendiri. Ada Mores di sampingnya. Untung saja jalanan sangat sepi, sehingga mereka tidak perlu khawatir ada orang lain yang melihat mereka.
"Sorry kalau temen-temen gue keterlaluan," tutur Mores meminta maaf.
"Gak apa-apa, namanya juga truth or dare." Nara menatap laki-laki di sampingnya dengan memberikan senyuman hangat.
Suasana kembali hening. Mereka berdua tetap berjalan bersama, hanya saja tidak ada percakapan diantara mereka seperti tadi. Rasanya Nara ingin membuka mulutnya karena ada satu hal yang mengganggu pikirannya.
"Mores," panggilnya.
"Hmm?"
"Kenapa kalau lo tidur di kamar gue, setiap pagi lo sudah pergi?" tanya Nara dengan penasaran.
Mores tertawa kecil, lalu ia menendang batu yang ada di hadapannya. "Kalau gua balik ke asrama jam tujuh pagi, pasti ada orang yang liat gua keluar dari kamar lu."
"Iya juga, ya." Nara tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya.
Jawaban Mores ada benarnya juga. Nara sangat bersyukur karena Mores sangat memikirkan reputasinya. Dengan begini, dia tidak perlu khawatir untuk berteman dengan Mores. Lagi pula, bagi Nara, Mores tidak seburuk apa yang dikatakan oleh orang-orang.
"By the way, sekarang lo sering ke party," ujar Mores, kemudian menatap gadis di sebelahnya. Nara sendiri hanya diam menatap Mores, tanpa mengatakan apa pun, sedangkan Mores menyunggingkan senyumannya. "Welcome to the club."
Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya mereka tiba gedung asrama putri dan segera masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai empat. Dalam dua menit, lift tersebut telah berhenti di lantai empat. Nara melangkah keluar dari dalam lift dan menatap Mores yang masih berada di dalam lift. Laki-laki itu berniat mengantar Nara hingga sampai disini saja.
*Disarankan untuk mendengarkan lagu "Dark Red - Steve Lacey"
"Thanks," ucap Nara sambil menatap Mores yang berdiri di dalam lift, sedangkan ia di luar lift.
"Iya, tidurnya jangan malam-malam," jawab Mores dengan santai.
"Iya." Nara tersenyum hangat dan Mores juga memberikan senyumannya yang hangat.
"See you besok?" tanya laki-laki itu.
Nara kembali tersenyum. "Iya."
Dengan perlahan pintu lift tertutup kembali, memperlihatkan Mores yang sedang menekan tombol untuk menuju ke lantai dasar. Namun, tiba-tiba saja pintu lift itu tertahan. Tentu saja Mores terkejut dan segera menekan tombol untuk membuka pintu lift.
"Kenapa, Ra?" tanya Mores dengan bingung karena tadi Nara menahan pintu lift untuk tidak tertutup.
"Hmm, maybe lu mau tidur di kamar gue lagi untuk malam ini," ujar Nara dengan sedikit gugup.
Nara terdiam. Dia menggerutuki dirinya yang telah melontarkan kata-kata itu kepada Mores. Dia merasa sangat bodoh. Nara pikir, mungkin saat ini Mores berpikir bahwa dia adalah perempuan yang aneh.
"Stupid Nara," batinnya.
Seketika Mores tersenyum manis. Siapa sangka kalau Nara akan mengatakan itu kepada Mores. Namun, jika gadis itu telah berkata seperti itu, berarti ia mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
RomanceDatang ke sebuah pesta di suatu malam, merupakan hal terburuk bagi Nara. Pertemuannya dengan pria yang terkenal dengan masalah besarnya di kampus membuatnya bingung. Bingung harus mengikuti perasaannya atau reputasinya. Laki-laki yang seharusnya Nar...