Chapter 8 : Tantangan

478 32 6
                                    

Nara membuka kedua matanya ketika jam weker miliknya berbunyi, ketika waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ia mematikan alarm jam wekernya, kemudian membalikkan tubuhnya untuk melihat Mores yang tertidur di sampingnya, tetapi ternyata, laki-laki itu tidak ada disini.

Dengan cepat dia mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menatap sisi tempat tidurnya yang kosong. Dia juga mencoba melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Mores, tetapi nihil.

"Aneh," cibirnya, lalu Nara bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mandi, kini gadis itu sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuhnya yang sudah segar. Gadis itu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, kemudian memakai riasan wajah yang natural, agar wajahnya terlihat lebih segar.

Setelah siap, Nara mengambil totebag miliknya, lalu menyambar kunci kamarnya yang berada di atas meja belajar. Kunci kamarnya benar-benar kembali ke tangannya, dengan arti lain, semalam Mores benar-benar berada di dalam kamarnya. Kini Nara hanya bisa berharap tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya.

Nara keluar dari kamarnya, tak lupa untuk mengunci pintunya, lalu berjalan kaki menuju ke gedung utama kampusnya karena kelas pertama dimulai pada pukul delapan pagi. Dia juga tidak sempat sarapan, tapi dia berpikir untuk membeli roti di kantin.

"Nara," panggil Marcel saat Nara baru saja tiba di lobby gedung kampus.

"Iya?" sahutnya.

Marcel terdiam sejenak memandang Nara. "Lo mau ke kelas?"

Sebelum menjawab, Nara pun melirik jam tangannya yang berwarna Lilac. Jarum jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi, masih ada waktu baginya untuk pergi ke kantin dan membeli roti untuk mengganjal perutnya.

"Enggak, gue mau ke kantin dulu sebentar," jawabnya, lalu ia menunjukkan senyuman hangatnya.

"Sendirian?" tanya Marcel.

"Iya."

"Mau gue temenin?" tawar laki-laki itu.

"Eum, boleh," timpal Nara.

Mereka berdua sudah siap untuk jalan bersama ke kantin, tetapi terdengar seseorang seperti memanggil Marcel. Tentu saja hal itu membuat Nara mau pun Marcel kembali terdiam sambil menatap seseorang yang baru sajat memanggil Marcel.

"Apa?" sahut Marcel kepada teman satu jurusannya.

"Laporannya mana?" tanya temannya itu.

"Ada di gua," jawab Marcel dengan menahan kesal.

"Yaudah ayo ke kelas, ditungguin sama anak-anak," timpal teman Marcel itu.

Jujur saja Marcel kesal. Baru saja dia hendak pergi ke kantin berdua dengan Nara, tetapi tidak jadi karena laporan tugasnya sudah ditunggu oleh teman-teman sekelompoknya di kelas. Mau tidak mau, dia harus segera ke kelas.

"Sorry, Ra. Gue ke kelas dulu, ya," ucap Marcel dengan rasa kecewa.

"Oh iya, gak apa-apa," balas Nara dengan santai.

"Nanti ketemu di kantin?" tutur Marcel sebelum pergi.

"Iya." Nara menunjukkan senyumannya.

Senyuman Nara membuat Marcel juga ikut tersenyum. Laki-laki itu pun pergi meninggalkan Nara dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, sedangkan gadis itu sendiri, melangkah ke kantin untuk membeli roti.

Setibanya di kantin, Nara mengambil sebuah roti rasa coklat, lalu pergi ke kasir untuk membayarnya, namun dia harus mengantre karena ada enam orang di depannya yang juga ingin membayar di kasir.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang