"Lo bertiga kenapa kayak pedofil?" Elana menatap Kevin, Marcel, dan David secara bergantian.
"Enggak, kok," tepis Marcel.
"Lo aja kali yang mikir begitu," sahut David kepada Elana.
"Iya, gua setuju sama kak David," ucap Kevin beralibi.
Elana beralih menatap Samuel yang sedang menatap Elana tanpa ekspresi, tetapi laki-laki dingin itu tidak berkedip sekali pun. Seketika Elana menjentikkan jarinya di hadapan Samuel untuk menyadarkannya.
"Gua pikir lo gay," ledek Elana saat dia menyadari bahwa temannya itu tertarik dengan Nara.
"Berisik," balas Samuel.
Kini Nara sudah berada di penghujung permainan. Senyumannya terukir jelas dan dia kembali memposisikan dirinya seperti tadi. Tentu saja kali ini Nara tidak hanya menarik perhatian teman-temannya, melainkan perhatian setiap orang yang melihat dirinya.
Saat gadis itu hendak mendorong stick biliardnya kembali, tiba-tiba saja terdengar jelas siulan seorang laki-laki untuknya. Sontak, Nara dan seluruh temannya melihat laki-laki itu yang baru saja bersiul untuknya.
Fuuu fuuu...
"Keren juga universitas ini punya mahasiswa terpintar yang cantik kayak gini," ujar Mores yang sedang berdiri menatap Nara sambil melipat kedua tangannya.
Gigi Marcel bergetar, urat-urat di tubuhnya tertarik, dan wajahnya mulai memerah. Ya, Marcel marah. Dia marah karena benari-barinya Mores mengatakan kata-kata itu kepada Nara. Baginya, itu sangat menjengkelkan.
"Arghh." Saat Marcel hendak menghampiri Mores, tiba-tiba saja Elana menahannya.
"Jangan cari masalah," gumam Elana kepada Marcel dengan serius. Mau tidak mau, Marcel harus diam.
Nara pun menatap Mores dengan tatapan yang tajam. "Lo mau apa?"
"Gak mau ngapa-ngapain." Lalu Mores menunjukkan smirknya.
"Lo ganggu, tau gak?" ucap Stella kepada bajingan kampus itu.
"Sorry, gua gak tau," timpal Mores, lalu dia berjalan melewati mereka semua untuk masuk ke dalam rumah Daniel, tetapi sebelum itu, dia mengedipkan salah satu matanya kepada Nara dan membuat gadis itu mengerti dengan kode yang diberikan oleh Mores.
Untuk menjaga agar teman-temannya tidak curiga, Nara melanjutkan permainannya yang sedikit lagi selesai. Permainan masih berlanjut, tetapi kesenangan mereka rasanya menghilang begitu saja saat Mores menampakkan dirinya tadi.
"Oke, sekarang siapa yang main?" tanya Nara setelah dia selesai bermain.
"Kak Elana," sahut Stella, kemudian Nara memberikkan stick biliard itu kepada Elana.
"Oh ya, gue ke toilet dulu, ya," izin Nara, kemudian ia mengambil tas miliknya dan segera masuk ke dalam rumah Daniel untuk mencari keberadaan Mores.
Gadis itu mencoba menerobos keramaian dan mengedarkan pandangannya untuk mencari si bajingan kampus itu, walaupun pencahayaan di rumah ini sangat minim. Bahkan Nara menjadi kesal kepada dirinya sendiri karena tidak berhasil menemukan laki-laki itu.
Tiba-tiba saja sebuah tangan menggenggam lengan Nara, kemudian membawanya ke sebuah lorong di rumah ini yang cukup sepi. Nara dihimpit ke tembok dan Mores berdiri tepat di hadapannya. Laki-laki itu mengunci Nara agar tidak bisa kemana-mana.
"Apa mau lo?" tanya Nara tanpa basa-basi.
"Mau lo." Mores menunjukkan smirknya.
"Serius, Mores!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
RomanceDatang ke sebuah pesta di suatu malam, merupakan hal terburuk bagi Nara. Pertemuannya dengan pria yang terkenal dengan masalah besarnya di kampus membuatnya bingung. Bingung harus mengikuti perasaannya atau reputasinya. Laki-laki yang seharusnya Nar...