Chapter 15 : Rumah Mamah

311 27 12
                                    

Mores membelokkan arah mobilnya untuk keluar dari jalan tol. Dengan perlahan ia mengurangi kecepatan mobilnya dan berada di jalan biasa. Keadaan jalan cukup ramai, tetapi Mores dapat mengemudikan mobilnya di tengah-tengah keramaian. 

"Ini kemana?" tanya Mores kepada Nara.

"Di depan belok kanan ke toko bunga," jawab Nara sambil memerhatikan jalanan.

"Oke."

Laki-laki itu menurunkan kecepatan mobilnya dan membelokkan setir ke arah kanan. Ia memarkirkan mobilnya dengan sempurna di tempat parkir yang telah disediakan, untuk pengunjung toko buka.

Mores mematikan mesin mobilnya, lalu meraih ponselnya sebelum keluar dari dalam mobil. "Rumah nyokap lo jauh gak dari sini?"

"Enggak kok." Nara tersenyum, lalu keluar dari dalam mobil bersama Mores.

Mereka berdua melangkah memasuki toko bungan tersebut. Aroma yang mereka cium saat pertama kali menginjakkan kakinya adalah aroma harum bunga yang semerbak. Tidak heran karena tepat itu adalah toko bunga.

"Selamat siang, kak. Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang pegawai wanita dengan ramah.

"Mbak, aku mau satu buket bunga warna merah untuk ulang tahun," ucap Nara kepada pegawai tersebut. 

"Baik, kak. Mari ikut saya." Pegawai itu pun berjalan dengan diikuti oleh Nara dan Mores di belakangnya. 

Langkah kaki mereka semua terhenti ketika mereka berdiri di depan contoh buket bunga berwarna merah. Mata Nara berbinar-binar ketika melihat bunga-bunga berwarna merah yang begitu indah. 

"Untuk buket bunga warna merah, kami memiliki lima pilihan," jelas pegawai tersebut, kemudian ia mengambil salah satu buket bunga dan menunjukkannya kepada Nara. "Untuk ulang tahun, kami sangat merekomendasikan buket bunga yang ini, kak."

Nara meraih buket bunga itu. Ia menatapnya, lalu tersenyum. Sangat indah. Dia sangat yakin bahwa mamahnya akan sangat senang menerima buket bunga ini. Disisi lain, Mores ikut tersenyum ketika melihat gadis di sampingnya tersenyum dengan cantik.

"Berapa harganya, mbak?" tanya Mores kepada pegawai tersebut.

"Untuk buket yang itu harganya tujuh ratus ribu rupiah, kak," jawab pegawai tersebut.

"Saya mau yang ini satu," tutur Mores, lalu pegawai itu mulai menyiapkan buket bunga yang dipesan Mores.

Nara menaruh buket yang ia pegang, kemudian berkeliling toko bunga ini untuk melihat berbagai bunga yang dijual disini. Tentu saja ia bersama Mores yang selalu ada di sampingnya. Laki-laki itu seperti tidak ada bosannya menemani Nara untuk berkeliling.

Namun langkah mereka terhenti ketika Nara mendapati bunga berwarna putih yang sangat menarik perhatiannya. "Bunganya bagus ya?" tanya Nara kepada Mores.

"Bagus, lo suka?" Mores kembali bertanya.

Gadis itu tersenyum, kemudian mengambil setangkai bunga berwarna putih itu. "Suka. Warna putih itu suci." Setelah puas memandangi bunga itu, ia menaruhnya kembali. "Tapi untuk apa dibeli, cuma dipajang doang."

Perempuan itu pun melanjutkan langkah kakinya, sedangkan Mores masih memandangi bunga berwarna putih itu. Beberapa detik setelahnya, ia berjalan menghampiri Nara yang masih berkeliling melihat bunga-bunga di toko ini, sambil menunggu buket pesanannya siap.

Setelah dua puluh menit menunggu, akhirnya buket bunga pesanannya telah siap. Mores mengeluarkan dompet miliknya dan menyerahkan salah satu kartu debit untuk melakukan pembayaran.

"Gue aja yang bayar," ujar Nara saat laki-laki itu hendak membayar buket bunga tersebut.

"Gua aja yang bayar," jawab Mores, lalu pegawai yang berada di kasir menerima kartu debit tersebut. "Lo tunggu di mobil aja."

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang