Chapter 22 : Hujan

267 28 0
                                    

"Gimana? Ada yang gak valid?" tanya Samuel sambil melihat layar MacBook miliknya yang sedang digunakan oleh Nara.

"Sejauh ini valid, sih, kak. Semua uangnya jelas asal dan perginya kemana," balas Nara tanpa menolehkan kepalanya dari layar MacBook itu.

Samuel membalikkan tubuhnya dan menghampiri tas miliknya berada. Laki-laki itu mengambil sebuah dokumen dan membawanya kepada Nara. Tak lupa, ia juga membawa sebuah pulpen berwarna hitam untuk mereka gunakan.

"Kalau datanya sudah valid, lo langsung tanda tangan aja, terus balik ke asrama lo. Lagipula sekarang sudah jam setengah dua pagi juga," tutur Samuel sambil memberikan dokumen itu kepada perempuan yang sedang berada di dalam kamar ini.

Nara mengangkat kepalanya untuk melihat jam yang berada di dinding. Benar saja, waktu telah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Mungkin karena dia terlalu fokus memeriksa data keuangan, sehingga ia tidak menyadari bahwa sekarang telah dini hari.

Dengan cepat ia menandatangi dokumen yang diberikan oleh Samuel, kemudian mengembalikannya kepada laki-laki itu. "Berarti sudah selesai, ya?"

"Iya, lo balik aja," jawab Samuel sambil memeriksa dokumen itu kembali.

Perempuan berbaju hitam itu meraih ponselnya dan hendak keluar dari kamar Samuel, tapi tiba-tiba saja terdengar suara hujan yang begitu deras di luar sana. Seketika Nara terdiam, sedangkan Samuel segera menyibakkan gorden di kamarnya dan melihat keluar jendela.

*Disarankan mendengarkan lagu "E.T - Katy Perry"

"Hujannya deres, ya, kak?" tanya Nara dengan pensaran.

"Iya," balasnya, kemudian menutup jendela kamarnya dengan gorden kembali. "Lo disini dulu aja, sampai hujan berhenti."

"Kalau hujannya gak berhenti sampai besok pagi, gimana?"

"Lo tidur aja disini."

*Deg

Bermalam di kamar Samuel? Apakah ini adalah mimpi untuk Nara? Rasanya seperti mustahil Samuel mengizinkan seorang perempuan tidur di kamarnya. Bahkan Elana saja tidak diizinkan untuk bermalam di kamar laki-laki itu.

"Gue balik aja, kak, gak apa-apa hujan-hujanan aja," tutur Nara dengan gugup.

"Gak, nanti lo sakit." Samuel menatap Nara yang sedang berdiri mematung, ia seperti memahami apa yang sedang dikhawatirkan oleh gadis itu. "Lo tidur di kasur gua, biar gua tidur di bawah pakai springbed."

Samuel mengambil springbed miliknya dan merapikannya di lantai kamarnya. Laki-laki itu sedang bersiap untuk tidur, sedangkan Nara hanya diam berdiri memandangi Samuel yang sedang merapikan tepatnya untuk tidur.

Setelah beberapa menit, akhirnya springbed itu telah tersusun dengan rapih. Samuel bertolak pinggang dan menatap perempuan yang masih saja berdiri sejak tadi. "Lo mau tidur atau mau jadi patung?"

Nara tersadar, gadis itu membalikkan tubuhnya dan menaiki tempat tidur. Ia membaringkan tubuhnya dan menarik selimut untuk menutupi dirinya yang merasa kedinginan, sedangkan Samuel mematikan lampu kamar, lalu pergi tidur.

°     °     °

"Hei, bangun." Sebuah telapak tangan mengusap kepala Nara dengan sangat lembut.

Dengan perlahan, ia membuka kedua matanya dan menyipitkan kedua matanya untuk melihat laki-laki yang baru saja membangunkannya. Dia tersenyum, dirinya terasa senang, dan jantungnya berdegup dengan cepat.

"Mores?" Nara menyebutkan nama laki-laki itu sambil tersenyum hangat.

Mores menatap Nara dengan lembut. "Bangun, nanti telat masuk kelas."

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang