"Shit," umpat Nara sambil menatap dirinya di pantulan cermin.
Pakaian yang lusuh, rambut berantakan, dan riasan yang sudah luntur. Ya, Nara menydarai kalau dia telah mabuk berat semalam. Ditambah dengan pengelihatannya yang buram saat bangun tidur, rasa lemas, dan sakit kepala yang cukup menyiksanya.
"Siapa yang bawa gue balik kesini?" Nara bermonolog dengan panik.
"Stella, iya, pasti Stella." Dengan cepat ia meraih ponselnya dan cepat-cepat menghubungi temannya.
Sudah lima kali Nara menghubungi Stella, tetapi tidak ada jawaban dari perempuan itu. Merasa penasaran dan kesal di waktu yang bersamaan, Nara berjalan dengan cepat keluar dari kamarnya. Dia melangkah ke kamar asrama yang berada di samping kamarnya, yaitu kamar Stella.
Tok tok tok
"Stella," pekik Nara sambil mengetuk pintu kamar temannya itu terus-menerus.
Tidak ada jawaban dari Stella. Tidak mau menyerah, Nara kembali mengetuk pintu itu dan memanggil-manggil nama temannya itu. "Stella."
Tok tok tok
"Stella."
"Stella, buka pintunya."
Tok tok tok
"Stella, cepetan dong."
"Stella."
Setelah sekian lama mengetuk-ngetuk pintu kamar Stella dan berkali-kali memanggil namanya, akhirnya perempuan yang sudah ditunggu-tunggu menampakkan dirinya. Nara melihat penampilan temannya itu yang sangat berantakan, sama sepertinya.
"Apaan, sih? Ini masih pagi tau," protes Stella, lalu ia menguap karena masih sangat mengantuk.
"Semalam lo yang bawa gue balik ke kamar asrama?" tanya Nara to the point.
Sebelumnya Stella sangat mengantuk dan malas menanggapi Nara, terlebih sekarang jarum jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, tetapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Nara, membuat Stella terkejut. Sampi-sampai rasa mengantuknya hilang begitu saja.
"Hah? Tunggu, bukannya kebalik?" Stella kembali bertanya dengan bingung.
"HAH?" Nara menyeritkan dahinya.
"Lo yang bawa gue kesini, kan? Soalnya semalem gue kayaknya mabuk sama Kevin," jelas Stella.
Nara terdiam. Dia mencoba mengingat-ingat kejadian semalam dan ya. Semalam Nara dan Marcel membawa Stella maupun Kevin kembali ke kamar asramanya masing-masing. Lantas, jika bukan Stella yang membawa Nara kembali, lalu siapa?
"Emangnya habis lo balik ke kamar, lo gak balik lagi ke rumah Daniel?" tanya Nara kembali.
"Enggak, lah. Gue aja baru bangun gara-gara lo gedor-gedor pintu kamar gue," timpal Stella.
Panik? Tentu saja. Nara melenggang pergi dari hadapan Stella dan kembali masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Stella cukup penasaran dengan Nara, tetapi ia berpikir, sebaiknya bertanya kepadanya nanti saja saat di kampus karena sekarang, dia ingin melanjutkan tidur nyenyaknya yang sudah terganggu.
Kini Nara mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur. Dia masih mencoba mengingat-ingat, siapa yang membawanya kembali ke kamar asramanya semalam. Namun, ternyata kepalanya semakin sakit, Nara pun meraih kotak P3K dan mengambil satu paracetamol serta segelas air mineral, kemudian meminumnya.
"Kalau bukan Stella, terus siapa?" Nara kembali bermonolog.
Gadis itu menghela napasnya beberapa kali untuk menenangkan dirinya sendiri. Setelah itu, Nara pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Dia berendam di bath up sambil mendengarkan lagu untuk menenangkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
RomanceDatang ke sebuah pesta di suatu malam, merupakan hal terburuk bagi Nara. Pertemuannya dengan pria yang terkenal dengan masalah besarnya di kampus membuatnya bingung. Bingung harus mengikuti perasaannya atau reputasinya. Laki-laki yang seharusnya Nar...