Chapter 25 : Hari Kurang Menyenangkan

258 20 1
                                    

Bad Dad : Gimana Nara? Kamu sudah lihat paket dari papah?

"Bad dad?" Mores bergumam seraya menyeritkan dahinya.

Klek

Nara terdiam ketika tiba di kamar asramanya dan mendapati Mores yang sedang melihat layar ponselnya. Tentu saja Nara terkejut. Baginya, ponsel adalah barang yang penuh privasi. Tidak semua orang boleh melihat ponselnya tanpa seizinnya. 

"Lo ngapain?" Nara bertanya seraya menutup pintu kamar dengan rapat. 

Mores mengangkat kepalanya. "Sorry. Ini kayaknya ada chat dari bokap lo." 

Kedua mata Nara terbelakak. Dengan cepat Nara melangkah mendekat dan meraih ponselnya dengan kasar. Ia langsung menatap layar ponselnya yang menunjukkan sebuah notifikasi pesan singkat. Setelah itu ia mematikan ponselnya dan menatap Mores dengan sangat tajam. 

"Kenapa lo liat handpone gua?" Nara bertanya dengan nada yang tinggi. 

"Sorry." 

"Lo tau privasi gak sih?" 

"Sorry, Ra." 

"Get out of my room, now!" Ya, Nara mengusirnya. 

Laki-laki itu sangat paham bahwa dia tidak bisa berdebat dengan Nara. Gadis itu memang seringkali emosi karena dirinya. Jika Mores menanggapi emosi Nara, maka mereka akan benar-benar bertengkar, namun Mores tidak ingin melakukan itu. 

Dengan perlahan Mores melangkah keluar dari dalam kamar Nara tanpa mengatakan sepatah kata pun sebagai pembelaan. Ia menutup pintu kamar dengan rapat setelah berada di luar. Mores mengakui kesalahannya. Dia akan kembali meminta maaf jika suasana diantara mereka berdua telah membaik. 

Disisi lain, Nara mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kedua matanya kembali menatap sebuah pesan yang terkirimkan untuknya dari sang papah. Nara sendiri sebenarnya tidak peduli dengan paket yang dikirimkan oleh sang papah. Nara juga tidak peduli dengan papahnya, sehingga dia tidak membalas pesan tersebut dan malah mematikan ponselnya. 

° ° °

Ting...

Pintu lift terbuka dengan lebar ketika tiba di lantai satu gedung asrama putri. Disaat itu lah Nara dan Stella melangkah keluar dari sana. Mereka membawa tas masing-masing dan hendak menuju ke kampus untuk mengikuti kuliah kelas pertama. 

Ketika sedang melangkah dan hendak menuju ke lobby gedung asrama putri, kedua mata Stella tertuju pada loker milik seluruh penghuni asrama. Terlihat dengan sangat jelas bahwa loker milik Nara sangat berdebu dari luar. Selain itu, Stella tidak pernah sekalipun melihat Nara membuka loker terebut, atau bahkan membuka paket-paket pesanan online. 

"Lo masih belum buka loker lo?" tanya Stella dengan penasaran. 

Kepala Nara menoleh, untuk menatap loker miliknya. "Enggak, gak ada yang penting juga." 

"Emangnya lo gak pernah belanja online? Kayak beli baju atau beli barang-barang lucu yang gak berguna?" Stella kembali memberikan pertanyaan, tanpa menghentikan langkah kakinya. 

"Enggak," jawab Nara dengan singkat, bahkan dia tidak menatap wajah Stella ketika sedang berbicara. "Lagipula, kalau belanja online pasti foto barang di aplikasi sama yang dikirimin bakalan beda." 

"Iya juga, sih." 

Seketika mereka berdua kembali terdiam. Stella dan Nara masih saja terus melangkah hingga mereka tiba di lobby gedung utama kampus. Terlihat dua orang laki-laki sedang berdiri disana sambil melihat sebuah ponsel yang sama. 

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang