Chapter 24 : Hanya Games?

268 28 2
                                    

"Ekhem, kalau mau ngobrol, jangan di depan pintu," tegur Samuel yang hendak keluar dari dalam ruangan, tetapi Nara dan ketiga temannya menutupi jalan.

Seketika semua mata tertuju pada Samuel. Dengan cepat, Nara dan ketiga temannya langsung terdiam dan membukakan jalan untuk Samuel, David, dan Elana yang hendak berjalan keluar dari ruangan.

"Maaf, kak," ujar Nara dengan pelan.

Dalam beberapa detik, tubuh Samuel dan kedua temannya sudah tidak terlihat. Disaat itu lah Nara, Stella, Kevin, dan Marcel menghela napas dengan lega. Entah mengapa suasana menjadi terasa menegangkan jika ada Samuel.

"Jadi ke kantin gak, nih?" Nara membuka suara.

"Ayo," balas Marcel dengan semangat.

Mereka berempat pun berjalan menuju ke lantai dasar. Langkah kaki mereka terhenti ketika memasuki kantin. Stella menduduki sebuah kursi kosong dan diikuti oleh Nara, Kevin, mau pun Marvcel.

"Kalian pesen duluan aja, gue jagain meja," seru Nara.

"Gue bareng Nara," sahut Marcel, tapi tiba-tiba saja Kevin menarik tangan teman laki-lakinya itu.

"Lo bayarin gua sama Stella," ucap Kevin kepada Marcel.

Marcel tercengang. "Gak ada duit!!"

"Gak ada penolakan!" tutur Stella, lalu ia memegang tangan Marcel yang lainnya dan menyeret temannya itu ke penjual makanan.

"NARA TOLONG GUA!!" teriak Marcel ketika ia dibawa pergi oleh Kevin dan Stella secara paksa.

Nara hanya tertawa. Marcel sangat lucu, bukan? Bahkan beberapa mahasiswa yan melihatnya juga ikut tertawa karena ulah Kevin dan Stella. Namun kini Nara menjadi sendirian, tapi dia tidak masalah dengan hal itu.

Mahasiswi dari jurusan Fashion Designer itu meraih ponselnya dan memainkannya sambil menunggu teman-temannya kembali. Ya, sebenarnya tidak ada hal yang menarik dari ponselnya, tetapi tidak ada hal yang bisa dia lakukan lagi selain memainkan ponsel.

Tiba-tiba saja beberapa orang menduduki kursi milik Stella, Kevin, dan Marcel yang masih kosong. Sontak Nara mengangkat kepalanya dan menatap orang-orang itu, tetapi dia malah dibuat terkejut oleh mereka.

"Hallo, princess," sapa Casey yang baru saja menduduki kursi milik Stella.

"Ah, gua laper belum sarapan," ujar Daniel sambil menatap layar ponselnya.

"Gua lupa belum ngerjain essai." Bryan berbucara kepada Steve.

"What are you doing in here?!" Nara bertanya dengan meninggikan suaranya, lalu dia terdiam dan mencoba mencari Mores, tetapi nihil.

"Oke, jadi kita mau minta maaf sama lo," tutur Casey dengan santai. "Mungkin kemarin malam kita sudah keterlaluan sama lo."

Nara menatap Casey dengan menahan emosi. "Lo sudah bener-bener keterlaluan, Casey."

"Wait, tapi itu cuma game, kita gak pernah maksa lo untuk ikut main," balas Casey yang juga sedang menahan emosi.

"Cuma games, huh?" Nara memutar bola matanya dengan malas. "What do you want from me?"

"Hei, kita disini untuk minta maaf, bukan untuk ribut," ucap Daniel yang sudah tidak fokus pada ponselnya karena mendengar percakapan Casey dan Nara yang mulai memanas.

Jika ini bukan lah di kantin, mugkin Nara sudah mengeluarkan taring dan tanduknya. Emosinya sudah benar-benar meluap. Dia kesal karena Casey seperti ingin mempermainkan dirinya. Wait, bukan hanya Casey tapi semuanya, Daniel, Steve, Bryan, dan paling utama adalah Mores.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang