Chapter 19 : Berhenti Dengannya

277 22 3
                                    

*Disarankan untuk mendengarkan lagu Resah Jadi Luka - Daun Jatuh

Aerish berdiri dan menatap gundukkan tanah di hadapannya. Makam milik seorang wanita yang paling ia cintai di dunia ini. Ya, itu adalah makam mamahnya. Disaat semua orang memilih untuk pergi karena proses pemakaman telah selesai, Aerish hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Drtttt...

Ponselnya terus-menerus berdering, tetapi ia mengabaikannya. Panggilan dari seseorang tidak menarik perhatian Aerish. Kedua matanya tidak lepas menatap makam di hadapannya. Hatinya hancur ketika mendapati kabar bahwa semalam mamahnya kecelakan dan meninggal dunia.

Drrttt...

"Aerish, om sama bude pamit dulu, ya. Kita harus segera kembali ke Surabaya," pamit seorang wanita selaku adik dari mamahnya.

Remaja berusia delapan belas tahun itu terdiam. Dia tidak mengatakan apa pun, bahkan ia tidak menatap bude atau omNya yang berada disisinya. Namun kedua orang tua itu memahami kondisi Aerish dan mereka segera pergi meninggalkan remaja perempuan itu sendirian setelah berpamitan.

"Sekarang aku tinggal sama siapa, mah?" Air matanya kembali metes membasahi wajahnya. "Aku gak mau tinggal sama laki-laki yang sudah bikin mamah pergi."

Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tangisnya kembali pecah. Aerish benar-benar hancur. Dia tidak bisa mengikhlaskan kepergian wanita yang telah melahirkan dan membesarkan dirinya.

"Aku sendirian, mah," sambungnya.

Tanpa ia sadari, seseorang berjalan menghampirinya. Seorang laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna hitam sebagai tanda berduka. Pria itu berdiri di samping Aerish yang sedang mencurahkan emosinya.

"Aerish, kamu tinggal sama papah, ya," ucap pria yang menjadi papahnya.

Gadis itu tidak menjawabnya. Dia tidak memperdulikannya. Bahkan hingga saat ini, ia tidak menolehkan matanya untuk melihat pria yang sedang bersamanya. Aerish tidak mau menatap pria itu.

"Aerish," pekik pria itu dan hendak menyentuh pundak putrinya, tetapi dengan sigap Aerish menepisnya.

"Jangan sentuh!" Aerish berbicara dengan dingin. "Saya gak mau tinggal sama laki-laki yang sudah bikin mamah meninggal."

"Aerish, papah minta maaf."

"Anda bukan papah saya!"

Ddrttt...

Tangan kanan Aerish meraih ponsel yang berada di saku celananya. Kedua matanya menatap nama seseorang yang muncul pada layar ponselnya. Dia mereject panggilan itu, kemudian melangkah pergi dari pemakaman menuju ke parkiran mobil.

"Aerish!" panggil seorang pria yang menemiliki nama lengkap Gibran Khandra.

Tanpa memperdulikan pria itu, Aerish tetap melangkah tanpa ragu. Langkahnya sangat cepat, bahkan ia telah berada di dalam mobil miliknya setelah dua puluh detik melangkah dari pemakaman.

Drrtttt...

Aerish mengangkat panggilan tersebut yang berkali-kali menghubunginya. Namun sebelum seseorang berbicara, ia sudah mengucapkan beberapa kata kepadanya. "Gue tunggu lo di Black Road."

Tanpa mendengarkan jawaban dari seseorang yang menghubunginya, Aerish langsung memutuskan panggilan itu dan mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah tempat yang biasa digunakan untuk melakukan balapan di malam hari.

Ini adalah hal yang sangat berbahaya karena Aerish mengemudikan mobilnya dengan tidak konsentrasi. Dia masih merasa sangat berduka atas kepergian mamahnya, lalu sahabatnya yang tidak ada kabar, dan Erlan yang terus-menerus menghubunginya. Rasanya Aerish ingin mengakhiri hidupnya detik ini juga.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang