07. Dia Bukan Aku

333 68 6
                                    

Park Jisung baru tahu kalau konsep hidup bekerja itu sama seperti bagaimana seharusnya kamu makan. Orang bilang, konsumsilah makanan yang seimbang. Dimana kamu mendapat lemak, serat, dan kalori dalam takaran tertentu sehingga tubuh tak keberatan untuk mencerna. Lantas, Jisung berusaha mencocokkannya. Sampai berakhir pada sebuah kesimpulan bahwa hidup pun harus seimbang. Bahagia dan sedihmu harus pada takarannya masing-masing. Hidup tidak begitu baik, dia tak murah hati untuk memanjakanmu lewat tebaran bunga ayu yang membutakan mata. Menjeratkanmu dalam jeruji kebahagiaan kemudian membuatmu lupa daratan. Sampai pada akhirnya, sang tuan kesedihan menghampiri. Tanpa diundang, dia memporak-porandakan istana kebahagiaanmu.

Dan, kamu terpuruk.

Tak ada lainnya dengan Park Jisung. Sedikit lagi—nyaris—hari selasa yang dibuka oleh catatan kebaikannya malah rusak, melebur bagai pasir yang ditiup angin. Semuanya berantakan. Harapannya, terkaannya bahwa alam memang mengizinkannya untuk terus berbahagia dalam satu hari penuh, tak lebih dari angan-angan yang bisa diciptakan kapan pun.

Hari ini, Jisung melakukan hal keren yang bertolak belakang; membantu orang dan menghancurkan harapan orang. Sudah seimbang, bukan?

Kim Hoseung yang kehilangan kesempatannya untuk merajut mimpi yang telah banyak membuatnya berkorban, tapi kenapa Park Jisung yang lebih sedih darinya? Pelan-pelan, Jisung tahu kalau menjadi antagonis ternyata tidak menyenangkan.

Tapi lihatlah Zhong Chenle. Bersama derap sepatunya yang dibandrol ratusan dolar, dia melangkah. Enteng seakan tak melakukan secuil kesalahan dalam bentuk apapun. Bahunya ringan diayunkan sementara Jisung keberatan dengan semua beban yang tak pernah ia cari-cari. Katakan Jisung ingin menghakimi Chenle—setidaknya menyalahkan si konglomerat karena telah melaporkan tabiat buruk Kim Hoseung dan menimbulkan pertikaian ini—tapi Jisung tak bisa. Sebab Chenle tetap memerankan protagonis. Entah untuknya atau Hoseung, dia tetap orang baik.

Dari dulu, memang Jisung-lah antagonisnya.

"Mau coklat panas?"

Bariton itu menyapa rungu. Menyambangi rintik hujan yang lumayan deras. Jalanannya mulai dipenuhi genangan air. Udaranya menyejuk tapi Jisung malah tak bisa menikmatinya. Langit tengah sendu menumpahkan kesedihannya. Ia menangis seolah tahu perasaan Jisung saat itu. Alih-alih menenangkan, percikan airnya yang memenuhi gendang telinga justru bagai tawa ejekan yang menyakiti hati. Alam seakan tengah menertawakannya sebab ia tak bisa
mengendalikan hidupnya sendiri.

Jisung menoleh. Si Zhong menawari sebungkus coklat panas di genggamannya. Tapi Jisung menggeleng. Katanya, "nggak usah. Lagi nggak pengin coklat."

40 menit lalu, Chenle menjegal langkah Jisung. Riang gembiranya lebih dari bocah 5 tahun yang dihadiahi balon secara cuma-cuma. Tangannya menarik pergi si kawan sebangku lalu ia membiarkannya terdampar di toko serba ada. Hujan mencegah mereka untuk berpulang.

Chenle tak punya niat untuk menelisik. Netranya tak tergiur untuk menatap lamat-lamat si pemuda lain di sisi kanannya. Tapi sendunya terlalu kentara. Bagai bola kuning di lautan bola hitam, Chenle menangkap basah sedihnya Jisung saat ini.

"Jisung, kamu nggak perlu mikirin sampai separah itu. Semuanya baik-baik aja. Nggak ada yang perlu dikhawatirin." Chenle berusaha menghibur.

Semuanya baik-baik aja. Nggak ada yang perlu dikhawatirin. Baik-baik aja.

Baik? Bagian mananya yang pantas disebut begitu? Semua ini mungkin baik untuk Jisung atau Chenle. Mereka tak bisa dikenakan cipratan resiko bahkan walau seujung kuku. Tapi untuk Kim Hoseung, apa dia masih bisa dipanggil baik-baik saja?

"Kamu punya cita-cita?" Jisung melontarkan pertanyaan lain yang bersinggungan.

Tak terlalu tertarik, Chenle mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Pebasket handal?" Jawabannya malah menyerupai gumaman. "Mau seberapa banyak cita-cita yang aku punya, ujung-ujungnya aku bakal ngurusin saham bukannya mandi keringat karena rebutan bola oranye di lapangan."

Shy Shy Jwi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang