Mulanya, Chenle sama sekali tak ingin merepoti dirinya sendiri dengan seekor kutu yang andal mengacaukan segalanya. Lucunya, si kutu malah hinggap lekat di benaknya selepas potongan memori kecil membawanya praduga yang harus ia sebut 'lumayan buruk'. Tak pernah terlintas baginya memikirkan Shim Jehoon sampai selarut ini—bahkan dia tidak mau. Tapi situasinya mendesak. Berani-beraninya kutu kecil biang onar itu menyingkirkan Stephen Curry dari benaknya!
Jehoon memaksa. Bayang-bayangnya menguasai seluruh benaknya. Menodongnya dengan asumsi buruk yang sulit diakhiri. Dimulai dari kebencian tanpa alasan sampai beberapa ancaman yang bisa menyebabkan Jisung ada pada posisi yang merugi. Chenle benci berburuk sangka, tapi fakta bahwa Jehoon membencinya pada pandangan pertama, cukup berhasil menjelaskan seberapa buruk kepribadiannya.
Oke, Chenle. Jangan terlalu berlebihan. Siapa tahu Shim Jehoon hanya membencimu untuk pengecualian. Siapa tahu dia iri karena gelimang hartamu atau tahtamu yang sulit digantikan, misalnya?
Sayangnya, tetap saja praduga buruk itu harus dipatahkan. Harus ada jalan keluar, harus ada sinar terang untuk menyadarkan si Zhong bahwa dugaannya salah kaprah. Dengan begitu, beban yang tak jelas di dalam benaknya bisa berakhir. Kekhawatirannya karena Park Jisung bisa pupus.
Tapi, pada siapa dia harus mengungkapnya? Pada siapa dia harus membuktikannya? Kemana dia bisa menemukan jalan keluarnya? Atau, dimana sinar terang yang bisa membuat asumsi buruknya luluh lantak?
Chenle menimbang-nimbang. Pasti ada seseorang yang bisa ia mintai keterangan. Shim Jehoon itu ibarat berlian di tengah kumpulan setumpuk batu. Dia mencolok. Popularitasnya bukan main. Akibat senyum lebar dan keramahan yang terus mengalir, dia pasti dikenal banyak orang. Kawannya pasti tumpah ruah dimana-mana.
Tidak. Bukan kawan-kawan dekatnya yang bisa menjawab kecurigaan Zhong Chenle. Itu sama saja menggali kuburan sendiri. Konyol! Mana mungkin kawan dekatnya dengan lapang dadanya bersedia mengumbar keburukan kawannya sendiri?
Dang! Bukan mereka Chenle. Bukan.
Jangan khawatir, mari perluas perumpamaan ini. Jehoon mengikuti banyak organisasi. Entah seberapa banyak dan apa macamnya, Chenle tak peduli. Tapi basket mengingatkannya pada seseorang.
Iya, itu dia! Jisung pernah menyebutkannya. Tentang seorang anggota klub basket yang mengundurkan diri. Ini kesempatan besar! Si tuan tanpa nama itu sudah bulat kepastiannya untuk tidak lagi terjun pada dunia basket sekolah yang artinya, dia aman. Sama sekali tak akan dicurigai oleh si kapten basket sebab kontak yang terputus.
Chenle bisa mulai darinya. Si tuan tanpa nama yang sialnya sedikit merepotkan. Tapi, ayo pandang dari sisi baiknya; dia tidak akan memandang Jehoon sebagai orang buruk hati lagi, dia tidak harus mengkhawatirkan Jisung, dan poin terhebatnya, dia tidak harus dihantui Shim Jehoon.
Oke Chenle! Anggap aja lagi main detektif-detektifan akibat IQ-mu yang udah di atas rata-rata ini.
ꗃꠂꠥ
Rupa-rupanya, namanya Nam Youngshin. Mengorek identitasnya bukan termasuk ke dalam salah satu bagian yang rumit. Itu gampang, malah terlalu gampang. Basket digemari banyak orang. Hampir sepanjang periode, klub itu yang paling kewalahan bila masa pendaftarannya tiba. Di kelas, kira-kira ada sekitar 4 orang yang sekaligus masuk ke dalam klub yang sama. Itu kesempatan bagus, tentu saja! Chenle hanya perlu mengayunkan telunjuknya, memilih salah satu dari keempat orang itu untuk ia tanyai siapa mantan anggota klub basket yang ia cari-cari.
Salah satu teman sekelasnya yang surainya dibiarkan gondrong, sering berkibar laksana bendera kenegaraan ketika diterpa angin itu, menjelaskan seputar Nam Youngshin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shy Shy Jwi ✔️
Fiksi PenggemarPark Jisung, 17 tahun, dideklarasikan sebagai manusia yang terlahir untuk selalu berhias luka. Mulanya, Zhong Chenle menerka bahwa Jisung sekedar remaja biasa yang kelebihan sifat pemalu. Tapi kian lama waktu bergulir, dia menemukan potongan-potonga...