PART 9

34 5 0
                                    

Assallamualaikum, jangan ngamukk:)

Ternyata Jiwa dan Amira satu ruangan  kini Sintya yang baru masuk tak sengaja mendengar pembicaraan Amira dan juga Raga.

" Wa wa lo gak papakan " Ucapa Ander panik seraya berjalan ke brankar milik Jiwa.

Jiwa yang disudut bibirnya dipakaikan kapas penutup luka hanya mengangguk pelan sambil menatap Ander dan juga Sintya sahabatnya.

Raga yang mendengarnya dari samping pun menoleh ke arah brankarnya Jiwa yang ditutupi oleh tirai pembatas.

Entah kenapa hati Raga benar-benar merasa bersalah setelah melakukan hal yang hampir membuat istrinya itu kehilangan ingatannya, ia seperti benar benar menyesal menyiksa Jiwa dengan begitu kejam. Dan sekarang ditambah melihat Jiwa harus masuk rumah sakit karna siksaan yang dibuatnya.

" Sayang kamu kenapa? kamu khawatir sama dia?? " Tanya Amira yang kesal karena melihat raut wajah Raga yang tampat menyesal telah menyiksa wanita itu.

" Sayang ihh " Amira berdecak kesal melihat Raga.

" Iya sayang kenapa " Raga yang sadar amira kesal melihat dirinya yang khawatir dengan Jiwa.

" Aku mau pulang sekarang urus sekarang sayang ayo kita pulang " Pinta Amira.

" Iya iya sayang aku akan urus sekarang kamu tunggu disini ya aku " Sambil mengelus rambut Amira.

Saat melewati brankar Jiwa, Raga malah berhenti dan melihat Jiwa yang benar-benar terkapar lemas dengan tampalan beberapa kapas diwajahnya  dan juga kakinya.

Raga membelalakkan matanya karna tak percaya apa yang telah ia lakukan kepada istrinya itu.

" Penyesalan memang selalu datang diakhir " Sindir Sintya yang melihat Raga berdiri dari belakang sana.

Raga kemudian melanjutkan jalannya keluar untuk mengurus kepulangan Amira.

Sintya langsung membuka tirai pembatas itu dan langsung mendapati Amira yang terbaring disana sambil memainkan ponselnya.

" Woi jalang! licik banget ya lo, itu semua kesalahan lo, lo yang sengaja nyenggol pisau makan lo sampai jatuh mengenai kaki Jiwa biar Jiwa tumpahin airnya ke lo kan? dan seakan akan lo yang dijahatin " Ucap Sintya dengan santai.

" Gue udah hafal banget sifat kampungan lo itu gak cuma ke Jiwa doang tapi ke semua cewek yang berani berhubungan dengan cowo yang lo suka " Ucap Sintya lagi tanpa rasa takut.

" Dan lo juga harus ingat posisi lo saat ini tu dicap sebagai pelakor dan juga jalang, apalagi kalau satu sekolah tau " Ucap Sintya sambil menunjuk wajah Amira dengan smirknya.

Jiwa hanya diam saja dan memang benar yang dikatakan oleh sahabatanya itu kok Amira itu pelakor plus jalang.

" Lo itu gak lebih dari yang namanya parasit " Ucap Sintya yang segera menutup tirai pembatas lagi.

Amira hanya terdiam seribu bahasa karena ucapan Sintya barusan memang benar adanya pada dirinya.

Raga kembali keruangan itu melewati brankar Jiwa dan menuju brankar milik Amira.

" Udahkan sayang? " Tanya Amira.

" He em ayo kita pulang " Ajak Raga.

Saat hendak turun brankar Raga jalan duluan dan Amira langsung pura-pura tidak bisa jalan " Aww sshh aww " Ringis Amira sedikit berteriak sehingga Raga berhenti dan langsung menghampiri Amira.

" Kamu gak papa? " Tanya Raga sedikit panik dengan Amira.

" Sakitt " Rengek Amira ke Raga yang padahal luka kakinya tidak begitu parah seperti Jiwa sampai harus dijahit.

" Yaudah aku gendong " Yang langsung menggendong Amira.

Mereka beranjak keluar ruangan, Jiwa  hanya menatapnya datar dan seketika kembali fokus ke 2 orang yang sudah menolongnya ini.

" Wa nanti kamu jelasin semuanya ke aku ya!!! " Pinta Ander seraya menatap sendu Jiwa.

Jiwa menatap sahabatnya itu dan langsung diangguki oleh Sintya karena mengerti apa yang dimaksuti oleh sahabatnya itu.

Sintya menarik tangan Ander agar duduk di sofa dan menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya Sintya mulai bercerita ke Ander apa yang sebenarnya terjadi dengan Jiwa.

" Nder sebenernya itu Jiwa udah nikah dari 1 stengah bulan yang lalu tepat saat libur sekolah pergantian smester 2, Jiwa menikah dengan Raga anak disekolah kita kelas IPA 3 sebenarnya mereka gak mau dan udah ngelakuin segala cara buat gak nerima perjodohan itu " Jelas Sintya.

" Trus kenapa mereka harus dipaksa?? " Tanya Ander.

" Masalahnya orang tua mereka udah janji dari mereka masih kecil buat jodohin mereka Nder, mereka yang mendirikan sekolah itu bersama-sama supaya nanti anak mereka yang bakal nerusinnya " Jelas Sintya.

Sintya mengetahui itu karena Jiwa sudah menceritakannya sebelum pernikahannya dulu dan juga kadang ibunya Jiwa cerita ke Sintya tentang jodoh Jiwa itu seperti apa.

" Nah pas tepat 1 bulan kemarin mereka akhirnya benar-benar dipaksa untuk menikah dan Raga juga dipaksa untuk putusin Amira tapi Raga gak mau dia bilang Amira lah cinta pertamanya yang selalu bersamanya sampai maut memisahkan, tapi orang tuanya tidak perduli akan hal itu karena mereka sudah berjanji akan menikahkan anak mereka " Lanjut Sintya lebih jelasnya.

" Dan sekarang orang tua mereka tau kalau mereka gak pernah akur kayak gini?? " Tanya Ander lagi.

" Gak ada yang tau Nder, Jiwa gak mau kasih tau mereka karena kalau gak Raga akan diusir dan akan di coret dari keluarganya atau bahkan mungkin dipenjarain Nder " Jawab Sintya.

" Trus sekarang gimana Jiwa hampir amnesia dia selalu mendapat perlakuan buruk " Cowo itu benar-benar tak habis fikir dengan Raga yang menyia-nyiakan perempuan seperti Jiwa.

" Udah lo tenang aja gue punya rencana supaya Raga sadar kalau istrinya itu baik dan gak niatan sedikitpun ngehancurin hubungan dia sama pacarnya itu " Ucap Sintya seraya menatap Jiwa dan juga Ander bergantian.

" Nanti kalau jiwa udah sembuh gue kasih tau " Berdiri menyampiri sahabatnya itu.

" Makasih ya Sin lo udah nolongin gue " Ucap Jiwa sedikit susah berbicara karna tampalan lukanya.

" Iya sama-sama udah lo sekarang tidur aja gue yang jagain lo disini, gue gak akan nelpon ortu lo " Sintya tersenyum sembari mengelus lembut tangan sahabatnya itu.

" Dan buat lo Nder lo pulang aja nanti kalau apa gue pasti hubungin lo dan makasih banget ya lo udah mau nolongin Jiwa " Ucap Sintya.

" Seriuss gapapa gue tinggal? iya santuy aja lagiankan lo pada temen gue " Ucapnya sambil terkekeh.

" Iya gapapa serius gue " Tersenyum.

" Oke kalau gitu gue pulang dulu ya besok gue kesini lagi buat jengukin lo " Berpamitan dengan Sintya dan Jiwa.

" Hati-hati lo " Sintya sedikit berteriak.

Jiwa malam ini masih dirawat dirumah sakit kemungkinan selama 2 hari kedepannya.

Jiwa maupun Sintya mereka langsung tidur karena cukup kehabisan tenaga karena kejadian malam ini. Tetapi Jiwa cukup lama untuk memejamkan matanya karena sibuk berperang dengan isi kepalanya sendiri, sampai dimana Sintya bersuara memerintahkan Jiwa agar perempuan itu untuk segera tidur.

Nih Raga nyiksa anak orang emang gak ada otaknya ya! Gak habis fikir emang sama si Raga ini!

Dahlah sampai sini dulu lanjut dibawah.

Thank you so much, muuacchh:)

JIWARAGA  ( THE END ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang