PART 31

37 5 0
                                    

Semua murid sudah selesai melaksanakan ujian UKK mereka hari ini dengan baik.

Pengumuman untuk ujian kelulusan 1 minggu mendatang kini tengah berlangsung jiwa dan teman sekelasnya memilih untuk berbaris di bagian belakang agar tak terlalu berpapasan dengan matahari.

Jiwa tampak pucat dan sesekali ia mengerjapkan matanya guna menahan rasa ingin pingsan yang saat ini sangat kuat hingga akhirnya  beberapa detik kemudian jiwa sudah tak sadarkan diri.

" Jiwaa " panggil sintya.

" Tolong untuk petugas PMR angkat yang pingsan " kata kepsek yang tengah berpidato didepan.

" Jiwa " gumam raga ia pun langsung bergegas kebarisan jiwa dan juga meninggalkan amira disampingnya.

" Wa bangun wa " raga menepuk pipi jiwa dan langsung menggendongnya le uks.

Sintya dan ander hanya cengo melihat raga yang begitu mengkawatirkan jiwa.

Keduanya menyusul pasutri itu.

" Wa sadar wa kok lo bisa pingsan sih?? " raga memegang tangan jiwa lebih tepatnya menggenggam.

Raga mencoba untuk mengelus perut jiwa yang tertutup baju sekolah itu, ntah kenapa perasaan raga benar-benar bahagia saat mengelis perut ramping jiwa itu apalagi semenjak mendengar percakapan jiwa di wc tadi.

Sintya dan ander yang mengintip dari luar jendela uks pun kini saling bertatapan atas perubahan raga yang benar-benar diluar dugaan.

" Kayaknya raga bener-bener jiwa hamil deh nder " ucap sintya berbisik.

" Iya sin kelihatan banget " jawab ander berbisik.

" Sekarang kita harus buat amira itu pergi dari kehidupan raga maupun jiwa " kata sintya sambil menurunkan jinjitannya.

" Iya sin, kita susun rencana tapi kita main aman aja biar kita gak kenapa-napa " tangkas ander yang melihat ke sintya.

Ander dan sintya menelusuri lorong kelas mereka akan membuat amira menyesal telah membuat jiwa dan juga raga berpisah bahkan sampai menyakiti salah satunya.

" Sin kita harus cari bukti kuat kalau amira itu cuma mlorotin raga selama ini " kata ander yang kini sudah didalam kelas kelas 12 IPA 3.

" Eh udah bubar tuh nder cepetan nder " ucap sintya yang memantau dari jendela dalam kelas.

Ander memasang perekam suara ditas amira, lelaki itu sengaja membawanya biasanya ia gunakan untuk merekam penjelasan materi dari guru karna ketika ngantuk ia akan tertidur dan ketinggalan penjelasan materi.

" Cabut " ander langsung berlari keluar kelas IPA 3 dan diikuti oleh sintya.

" Gimana kepasangkan?sama udah lo sambung ke hp lo? " tanya sintya.

" Udah tinggal nunggu dia ngomong aja " kata raga sambil memainkan ponselnya yang sudah tersambung ke ponsel miliknya.

krasak krusuk bunyi perekam suara yang tersangkut ditas amira, ander langsung fokus kenponselnya yang berbunyi akibat bunyi itu.

Mereka tengah duduk dikantin sambil mantengin ponsel ander.

" Aduh gimana ni " kata orang yang ada diseberang ponsel ander.

" Eh eh dia ngomong " kata sintya yang refleks mendekatkan telinganya ke ponsel ander.

" Oke wait gue pasang handset dulu " ander mengeluarkan handset dari saku celananya.

Mereka tengah mendengar apa saja yang amira bicarakan selama didalam kelas ataupun mungkin dirumah karna perekam suara milik ander ini bisa menangkap suara lumayan jauh.

" Apa gue beli obat merah aja " kata amira lagi.

" Oke nanti sore gue beli " sambungnya lagi.

" Whatt!!obat merah buat apaan? " tanya sintya yang melihat ke arah ander yang dibalas gedik bahuboleh ander.

" Nanti sore kita ikutin dia " ucap ander yang penasaran dengan obat merah itu.

" Lo tetap stay nyalain ponsel jangan sampai lobet, gue mau ke uks dulu " sintya melepas handset dari telinganya dan berlalu pergi.
______________________________________

Didalam uks jiwa sudah sadar dan kini wanita itu lebih banyak diam karna yang menjaganya bukan sintya melainkan raga.

Cekleekk

Sintya membuka pintu uks dan didalam sangat hening.

" Lo dari mana sin gue nyariin lo tau " jiwa berusah duduk.

Ketika raga ingin membantunya jiwa menepis tangan raga.

" Ehh ehh lo baring aja dulu " sintya langsung mendekati temannya itu.

" Ga lo bisa pergi temen gue udah dateng " jiwa mengusir raga karna ia malas melihat muka lelaki itu.

" Wa " kata raga.

" Ga gue mohon " sambung jiwa.

Dengan terpaksa raga meninggalkan kedua perempuan itu dari sana.

" Kok lo gak temenin gue sih? " tanya jiwa yang mengerucutkan mulutnya.

" Manja lo, gue tadi ada urusan bestie " kata sintya sambil duduk di samping brankar jiwa.

" Urusan apaan? " tanya jiwa penasaran.

" Biasalah anak muda " sintya terkekeh.

" Idih anak muda segala " ketus jiwa.

" Nanti lo mau gak temenin gue beli tespek? "tanya jiwa lagi yang membuat sintya melotot.

" Lo serius hamil wa? " kata sintya sambil mengembangkan senyumannya.

" Ya mangkanya gue ngajak lo beli ego " jiwa menoeng lengan sintya.

" Yaudah ntar titip gue sama ander aja ya " kata sintya.

" kalian mau kemana emang? " tanya jiwa kepo.

" Ntar kalau udah clear gue ceritain ok " kata sintya seraya membantu temannya itu turun dari brankar.

Beberapa menit setelah mereka keluar dari uks bell pulang sekolahpun berbunyi mereka langsung berhamburan keluar kelas dan juga gerbang.

" Raga " panggil amira.

" Apa? " jawab raga seadanya.

" Kok kamu cuek sih " amira bergelayut ditangan raga.

" Lepasin gue " raga pergi meninggalkan amira.

Sedangkan disebrang sana ada ander dan juga 4 temannya mendengar percakapan itu yah ander sudah memberi tahu rencananya dan sintya ke gio, rafka, dandi dan juga farel cuma jiwa sendiri yang belum dikasih tau karna tidak mau cewe itu nantinya banyak fikiran.

" Gimana gaes " tanya sintya.

" Lo udah kasih tau jiwa?? " tanya balik ander.

" Belum dia belum tau " jawab sintya.

" Kita ikutin amira dari pulang sekolah ini dandi farel tolong anterin jiwa pulang ya " minta ander dan langsung menarik tangan sintya pergi gio dan juga rafka mengikuti ander dan sintya.

Jiwa sekarang bersama dengan dandi dan juga farel dia bingung kenapa sintya tidak ikut pulang dengan dirinya.

" Kok sintya gak ikut pulang "tanya jiwa ke kedua temannya itu.

Sembari duduk ditengah-tengah tempat duduk kemudi dan penumpang depan.

Dandi dan juga farel saling pandang sesaat lalu mereka menatap ke arah depan lagi karna bingung ingin bilang apa ke jiwa.

" Ohh itu mereka lagi ada tugas disuruh buk maryam guru agama buat pesan ke tokoh qur-an buat dianterin kesekolah " kata farel dengan agak terbata-bata.

JIWARAGA  ( THE END ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang