Bagian 1 : Kembali

1.2K 169 142
                                    

Semua karakter, organisasi dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif.



"Minggu depan aku pulang," kata Kenzo membuka percakapan.

Mendengar ucapan itu. Temannya terkesiap.

"Hah? Oke ... oke. Jangan lupa bawa oleh-oleh," balas teman Kenzo sembari menatap layar ponselnya.

"Tidak. Aku tidak membawa oleh-oleh. Minggu depan aku benar-benar pulang."

Temannya menundukkan kepala. Kecewa.

"Menyedihkan. Aku tidak punya teman minum lagi,"ucap teman Kenzo dengan raut wajah kesal.

"Kamu bisa minum dengan teman-teman wanitamu, bukan? Kamu tidak menyedihkan teman. Kamu punya karisma. Pasti banyak yang ingin minum denganmu," goda Kenzo.

Teman Kenzo berkata,"Lihat saja jika ada yang menyukaimu nanti. Akan kukatakan kamu alergi terhadap wanita." Mata Kenzo menyipit lalu tertawa lebar.

Kenzo menyeruput secangkir kopi di meja kedai. Meneguknya. Dia masih seperti biasanya. Berkutat pada notebook. Musim gugur kota Osaka begitu hangat. Kenzo menatap luar kaca kedai. Terlihat dua bocah bermain daun maple yang berjatuhan dari pohon. Mereka saling melempar daun tersebut.

Kenzo berstatus pekerja kontrak-- di salah satu perusahaan makanan ringan di Jepang tiga tahun ini. Sekaligus mengenyam pendidikan sarjana bersama temannya. Banyak yang dilalui Kenzo beberapa tahun ini. Masa muda salah satunya. Berhasil di pekerjaan dan pendidikannya, tapi tidak dengan cinta.

Entahlah, dia belum memikirkan memulai dan menjalankan hubungan. Tidak ada waktu melakukan hal itu. Ia fokus pekerjaannya saja.

Beberapa hari lagi Kenzo akan pulang ke tanah air. Masa studinya telah selesai. Beberapa waktu lalu dia sudah mengurus surat pengunduran diri untuk perusahaan tempat kerjanya sekaligus mengurus paspor.

Terlihat Kenzo sedang merapikan barang-barang yang dibawa di ruang apartemen. Mengatur agar tidak ada yang tertinggal.

Trtt

Ponsel Kenzo bergetar. Sebuah pesan masuk dalam ponselnya.

[Nak. Ini Ibu.]

[Iya, Mam.]

[Nak, hari Kamis kami sekeluarga tunggu di bandara, yah. Menyambut kamu.]

[Siap, Mam. Kenzo pasti pulang. Tenang saja.]

[Baiklah kalo begitu. Begitu pulang ada kejutan menarik dari Ayah.]

[Apa, Mam?]

[Rahasia, pulang saja dulu.]

Ibu Kenzo menutup telepon. Sudah dia duga ayah dan ibu memperlakukannya seperti anak kecil. Selalu diberi kejutan.

Beberapa minggu kemudian.

Setelah kepulangan Kenzo. Kenzo dipanggil ayahnya di ruang kerja. Ternyata, kejutan dari ayahnya adalah modal awal membuka usaha. Namun, Kenzo menolaknya. Ia membuka usaha rumah makan dari hasil tabungannya-- selama bekerja paruh waktu dan belajar di Jepang. Sikap Kenzo semaunya sendiri membuka usaha tanpa persetujuan ayahnya. Membuat ayah Kenzo muak.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang