Kenzo berdiri tegap di depan sebuah gedung berlantai enam. Kenzo menengadah, sorotan matanya tidak lepas dari nama gedung tersebut. Diamond Group.
Dia kembali ke dalam mobil mengambil suatu berkas, kemudian menutup pintu mobil pribadinya dengan hati-hati. Kenzo berjalan penuh percaya diri ketika disambut seorang pria berumur lima puluhan--di pintu utama gedung tersebut.
"Terima kasih, Pak sudah hadir. Silakan masuk. Direktur menunggu," ucap pria tersebut.
Kenzo mengangguk paham. Pria tua yang menyambut Kenzo. Memberi petunjuk arah-- ruang direktur berada. Kenzo berada di pintu direktur. Ketika Kenzo akan membuka pintu tersebut. Seorang pria muda langsung membukakan pintu. Pria itu tersenyum ramah kepada Kenzo.
"Wah, Kenzo. Sudah lama kita tidak bertemu. Mari masuk," ajak pria tersebut.
Kenzo kemudian duduk. Dia menatap ruangan pria itu dengan rasa jijik. Kotor, penuh debu, buku berserakan. Pria itu menyadari Kenzo anti kotor. Segera pria itu menuju jendela, menggeser gorden agar cahaya masuk dan debu keluar. Pria itu lalu duduk. Sejajar dengan Kenzo di depannya.
"Maaf, Kenzo aku tidak sempat membersihkan ruangan ini."
"Aku tahu, Yohan," kata Kenzo singkat.
"Oh, iya. Ada perlu apa ke sini?"
Kenzo kemudian memberikan sebuah berkas. Yohan mengambil, Membacanya. Mata Yohan terbelalak.
"Investasi? Kenapa kamu tidak meminta ayahmu saja?"
"Aku tidak mau. Kamu saja yang bisa diajak kerja sama," ucap Kenzo kemudian berbaring lemas di sofa Yohan.
Yohan, sahabat Kenzo sejak sekolah menengah. Dua pria memiliki latar belakang yang sama. Putra seorang pengusaha, tapi masa depan berbeda. Yohan meneruskan perusahaan ayahnya, sedangkan Kenzo menjadi seorang koki. Akan tetapi, Kenzo cukup kesal ketika semua orang menganggapnya pengusaha. Bukan sebagai seorang koki.
"Bagaimana? Apa kamu setuju?" Kenzo bertanya kepada Yohan.
"Ya tentu saja setuju. Aku tahu kamu sedang mencari dana agar usahamu berkembang. Hem, tapi setidaknya kamu perlu berbicara empat mata dengan ayahmu. Kalau kamu sedang susah." Yohan menyarankan.
"Ayahku ... tidak terima aku menjadi chef. Tahun lalu dia menyumpahiku."
Yohan memahami kondisi Kenzo. Satu sisi Yohan kagum dan cukup iri dengan Kenzo-- yang berani menentang ayahnya demi meraih cita-citanya menjadi seorang koki.
"Baiklah, lusa aku ke rumah makanmu. Hanya formalitas saja. Kalau aku menanam investasi di usahamu." Yohan menyetujui. Kenzo tersenyum lebar, kesepakatannya berhasil.
•••••
"Baik, apakah Anda tahu rumah makan ini berfokus pada menu seafood?"Anggun menganga. Dia pun mencari cara ... agar jawabannya tepat.
"Saya tahu, Pak. Oleh karena itu, saya ingin mencari pengalaman berharga di sini. Bagaimana prosesnya hingga menu dapat dirasakan semua orang dengan rasa yang berciri khas."
Pewawancara cukup terpukau dengan jawaban yang diberikan Amggun.
"Baik, karena sesi wawancara sudah selesai. Besok, pada jam yang sama. Semua pegawai yang diterima akan diberitahu melalui pesan e-mail. Terima kasih."
Anggun bernapas lega. Satu jam yang tegang telah terlewati. Anggun berharap. Diterima.
•••••
Anggun melempar tubuhnya di kasur kesayangannya. Kemudian, mengecek ponsel. Tiba-tiba terlintas di pikiran Anggun. Melihat website rumah makan yang dilamar tadi sore. Anggun pun mengetik nama rumah makan itu. K&1 Restaurant Seafood. Sebuah website muncul. Latar belakang halaman, cukup klasik. Anggun kemudian membuka kolom menu agenda bulanan. Kumpulan foto para karyawan muncul. Anggun melihat satu per satu foto. Namun, Anggun tidak melihat satu pun foto pemilik rumah makan itu. Anggun mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ufuk Timur
Roman d'amourGenre : Drama, Romance, New Adult WARNING 21+ ☡ Kenzo seorang chef dan pengusaha yang mengelola K&1 Restaurant Seafood. Suatu hari, ia hadir sebagai pembicara di salah satu kampus. Agar menambah keuntungan usahanya, Kenzo membuka stan bazar. Namun...