Bagian 26 : Matahari

100 34 3
                                    

"Anggun?" Kenzo bangkit, ia tiba-tiba terlonjak karena kaget.

"Bapak lagi apa?" balas Anggun.

Mendengar balasan Anggun. Alis Kenzo tersentak bersama-sama.

"Ya cari angin aja, sih," elak Kenzo, ia berkata lagi,"terus kamu ngapain di sini. Kok, bolos kerja?"

"Tentang itu. Saya minta maaf, Pak," jawab Anggun, ia menggigit bibir bawahnya.

Kenzo mendengkus. Ia menjawab,"Kalo lakukan kesalahan lagi. Saya gak tau gimana selanjutnya. Kamu harus mengutamakan tanggung jawab dulu."

Anggun menunduk. Ia memang salah. Akibat bazar yang dibatalkan, Anggun menjual makanan yang dibuatnya.

"Siap, Pak. Ke depannya saya gak melakukan kesalahan lagi."

"Ya!"

Anggun lalu menyeberangi jalan. Ia mengambil sesuatu, untuk diberikan pada Kenzo. Tak berselang lama kemudian, ia memberikan kotak makanan terakhir.

"Ini, Pak. Bapak mungkin lapar." Anggun duduk sejajar di samping Kenzo.

Kenzo memandangi wajah Anggun, lalu turun ke tangan.

"Apa itu?"

"Alasan saya bolos tadi, karena jualan Pak. Kampus saya ngadain bazar. Kebetulan saya pesan tempat bulan lalu, buat nitip menu. Eh, tadi pagi infonya bazar dibatalin. Jadinya saya harus jual lagi, deh," jelas Anggun.

Kenzo mengangguk. Alasan masuk akal. Ia kira Anggun melepas tanggung jawabnya.

"Oke, saya mengerti. Oh ya, makasih makanannya." Kenzo mengambil kotak pemberian Anggun.

"Silakan dimakan, Pak."

Kenzo awalnya ingin menolak, karena indera perasa masih belum sembuh. Namun, karena melihat ekspresi tulus Anggun. Kenzo menerima. Ia lalu membuka tutupan kotak nasinya. Hal pertama yang membuat Kenzo terpukau. Cara Anggun menata makanannya. Higienis.

"Gado-gado? Keren juga masakanmu."

"Iya. Eh, saya belum beritau itu masakan saya. Bapak, kok tau?"

"Saya sudah tau sejak kamu kasih kue waktu itu. Lagian kamu bohongnya gak berhasil. Gampang terbaca sama saya," ucap Kenzo kemudian terkekeh.

Mendengar jawaban Kenzo. Anggun salah tingkah, ia menggaruk hidungnya yang tidak gatal.

"Ini. Makan bareng. Saya tadi udah makan di rumah." Kenzo membaginya pada Anggun.

Anggun memandangi kotak bungkusan itu. Ia lalu mengambil sendok dari tasnya, lalu mengambil sedikit gado-gado.

"Enak juga masakanku." Anggun membatin.

"Berarti kamu tadi jual sendiri gitu?" tanya Kenzo memecah suasana.

"Tadi saya dibantu temen, Pak."

"Oh gitu, laku semua?"

"Syukurlah. Laku semua Pak."

"Sip sip. Saya dulu juga sempat kayak kamu. Bantu jualan bos saya di Jepang."

"Bos?"

"Iya. Sebelum saya buka usaha. Saya kerja sama orang di Jepang. Untuk sampai di posisi cukup tinggi di perusahaan makanan ringan. Saya kerja dari posisi bawah dulu."

Anggun menggangguk. Lalu bertanya. "Kenapa Bapak keluar dari perusahaan itu 'kan posisinya juga bagus."

Kenzo mendengkus.

"Selain studi udah selesai. Tabungan saya udah cukup buka usaha."

Anggun mengangguk lagi.

"Tapi ternyata, setelah saya membuka usaha sendiri. Pekerjaan dua kali lebih lipat beratnya. Pertama, papa saya gak setuju. Kedua, saya ditipu pabrik. Ketiga, nyari dana buat mempertahankan usaha." Kenzo mengatakannya dengan jujur.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang