Bagian 28 : Sudut Pandang

73 29 3
                                    

BAGH! Anggun menginjak keras ujung kaki Brian. Ia merasa kurang nyaman atas perlakuan Brian.

"AGH." Brian meringis sakit. Ia melihat raut wajah Anggun menunjukkan ketidaknyamannya.

"Apa yang mau kamu lakukan Brian? Ini seperti bukan kamu." Anggun menyilangkan kedua tangannya, bersikap tegas.

"Ahhh ... maaf Anggun aku terlalu terbawa suasana." Brian berbohong.

"Yup. Jika kamu melakukan hal seperti itu lagi, mungkin aku akan mencekik lehermu lain kali." Ancam Anggun dengan nada suara lembut.
Brian menatap Anggun, ancaman Anggun terlihat manis. Spontan Brian menyentuh leher. Brian tahu, walau Anggun terlihat tenang. Anggun menjadi beringas jika ada yang mengganggu dia atau rekannya. Brian masih ingat peristiwa pertama kali bertemu Anggun tiga tahun lalu saat OSPEK.

Tiga tahun lalu.

"Yagh sialan! Kamu mau membunuh saya di depan semua mahasiswa baru ini?" gertak mahasiswa pria tingkat akhir kepada Anggun.

"Apa? Kamu seenaknya meremehkan kelompok kami! Sikap kamu tindak pantas dicontoh!" tegas Anggun. Anggun memegang erat kursi plastik di sampingnya dan akan melemparkan ke mahasiswa pria itu.

Hampir semua mahasiwa menyaksikan pemandangan itu. Salah satunya Brian.

"Mas itu kenapa?" tanya Brian pada mahasiswa di sebelahnya.

"Oh itu. Cewek itu membela temannya. Temannya mendapatkan perlakuan tidak pantas. Memang kakak kelas itu agak gila. Sikap senioritasnya berlebihan. Dia beberapa kali melakukan tindakan buruk pada mahasiswa baru." Jelas mahasiswa itu.

Untunglah, berselang lama peristiwa menghebohkan itu teratasi. Tim keamanan dan beberapa Dosen melerai perkelahiannya. Anggun dan mahasiswa tingkat akhir itu dipanggil ke ruang rektor. Menyelesaikan permasalahan.

Beberapa jam kemudian.

Di koridor aula kampus. Anggun duduk beristirahat. Ia menghela napas. Tidak habis pikir, hari terakhir masa orientasi mahasiswanya terganggu karena mahasiswa tingkat akhir itu. Anggun cukup puas keputusan rektor yang tegas. Rektor memberikan hukuman pantas pada kakak kelas itu. Masalah terselesaikan karena beberapa mahasiswa baru yang menjadi saksi kejelekan mahasiswa tingkat akhir itu, membantu Anggun. Mereka berterima kasih kepada Anggun karena Anggun menceritakan masalah rekannya yang diperlakukan tidak pantas.

Anggun tersenyum sendiri, tapi senyumnya sedikit sirna. Ketika ia akan beranjak pulang. Seorang mahasiswa mendekatinya.

"Permisi, kamu Anggun? Ah, terima kasih ya sudah membantu kami. Mungkin kamu gak sadar selama ini aku kelompok dengan kamu. Ah ya perkenalkan namaku Ria." Ria menjulurkan tangannya pada Anggun.

"Ah aku tau kok. Lagian waktu rekan kita mau ditendang kakak kelas aneh itu. Kamu sempat membelanya, kamu sudah berusaha."

"Em tapi kamu kok tidak terlihat lega?" tanya Ria.

"Ah aku kena teguran rektor karena main pakai kekerasan. Katanya kalo ada masalah lagi, aku mungkin diskors beberapa bulan. Ya untungnya, beberapa mahasiswa baru membantuku."

Ria tertawa kecil. Ia cukup kaget, ada seorang gadis berani memukul seorang pria. Mungkin selama ini karena Ria bergaul dengan beberapa teman wanita yang mengedepankan feminimnya.

"Em, menurutku jika kamu tidak menunjukkan kemarahanmu tadi semua orang tidak tahu sifat jelek senior itu," ucap Ria.

Ketika Anggun dan Ria sedang berbincang. Brian menghampiri mereka.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang