Bagian 7 : Bukan Teman

284 95 27
                                    

Kenzo tak sengaja melihat wanita berada tidak jauh di depan, Anggun. Rambut pendek bergelombang, paras tidak terlalu rupawan, tapi manis. Di pipi kanan terlihat lekuk kecil saat dia tersenyum. Wanita berlesung pipi. Anggun menyadari Kenzo seakan memperhatikan. Anggun pun menggeser kursi agak ke kiri. Bersembunyi, supaya tak terlihat. Dalam batin Anggun, semoga Kenzo tidak menyadari. Dia wanita yang merobohkan tenda bazarnya beberapa minggu lalu di kampus.

"Nama saya Kenzo Wijaya. Saya pengelola rumah makan ini. Sebelumnya, saya pernah bekerja di Jepang, perusahaan makanan ringan selama tiga tahun. Sambil mengasah kemampuan di bidang kuliner, saya melanjutkan pendidikan di Tsuji Culinary Institute."

Mereka tidak melepas tatapan pada pria yang sekarang sedang memperkenalkan diri, sedangkan Anggun, tenggelam dalam dunia lamunannya. Membayangkan hari-hari horor jika Kenzo menyadari keberadaan dia.

"Apa yang harus aku lakukan? Tidak. Ini kesempatan terakhir, aku membutuhkan uang minggu ini. Masa bodo sama orang itu," ucap Anggun dengan raut wajah optimis. Menepuk dadanya.

Kenzo berbisik ke salah satu karyawan kepecayaannya. Karyawan itu lalu memandang satu per satu karyawan yang baru diterima. Mengiyakan ucapan Kenzo.

"Baik. Kami tidak langsung menerima. Satu minggu ini ... kami melihat kinerja masing-masing," ucap karyawan kepercayaan Kenzo. Seketika semua karyawan baru saling memandang, tercengang.

"Besok kalian bisa masuk, hari pertama kerja. Untuk seragam dikasih habis ini," sambung Kenzo.

••••

Anggun sedang bersiap-siap ke tempat kerja.
Bayangannya, terpantul pada cermin kamar. Anggun lalu berbalik. Menatap penuh tekad bayangan dirinya di cermin. Anggun mengagumi, seragam kerjanya. Membayangkan, hari pertama kerja tersenyum ramah ke pembeli.

Selang berapa jam. Anggun sudah sampai di K&1 Restaurant Seafood. Dia memilih naik taksi karena jarak antara rumah dan tempat kerja. Sangat jauh. Namun, itu tak mematahkan semangat Anggun mengais rupiah.

Anggun melangkah kaki di pintu. Malayangkan pandangan, ke setiap inci ruangan. Tersenyum ramah ke semua karyawan dan tamu.

"Halo, selamat sore. Saya Anggun Dalia. Karyawan baru. Salam kenal semuanya." Anggun menyapa penuh percaya diri.

Namun, semua karyawan dan beberapa tamu. Tidak menjawab sapaan Anggun. Jihan melihat situasi itu. Lalu, mendatangi Anggun.

"Aish, ngapain kamu nyapa kayak gitu. Gak akan dijawab. Ini bukan kayak di kampus," bisik Jihan.

Kenzo menatap Anggun dari lantai atas. Terkekeh.

"Wanita aneh," gumam Kenzo.

Jihan menuntun Anggun menuju dapur.

"Semua karyawan baru. Hari ini, tes melayani tamu. Nanti kamu bawa makanan yang sudah disajikan ke tamu. Oh iya, jangan sampai hancur makanannya. Em, aku beritahu. Ada beberapa pelanggan, agak baperan. Kalo berantakan makanannya. Komplain." Jihan menjelaskan ke Anggun.

"Kok gitu?"

"Gak tau. Intinya, aku cuma beritahu berdasarkan pengalaman pertama aku kerja di sini."

•••••

Anggun menyadari tempat kerja ini. Tidak biasa. Sangat-sangat rapi. Ketika Anggun bergumam sendiri di dekat pintu dapur. Seorang koki memanggilnya.

"Tolong bawa ini ke lantai dua. Ruang nomor 002," kata koki itu sembari memberikan troli dorong ke Anggun.

"Baik, Pak."

Anggun berhati-hati menuju lift. Jalan pintas menuju lantai dua. Lalu, mencari ruang 002. Anggun ingin bertanya, tapi terasa aneh karena belum mengenal semua karyawan. Ketika Anggun sedang bingung, seorang pelayan pria menghampirinya.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang