"Seperti yang diketahui pada tahun 2020 Pemerintah pusat menghimbau pada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Angka kasus Covid-19 terutama di Jakarta Timur mencapai dua puluh kasus dalam beberapa hari ini. Secara nasional korban terkonfrimasi mencapai satu juta lebih ...."
Yohan menopang dagu. Raut wajahnya, terlihat depresi. Ia sesekali memijat keningnya. Hampir semua stasiun TV memberitakan hal serupa. Yohan langsung segera bangkit mengambil remote mematikan TV. Kemudian duduk kembali di kursi kerjanya, tercenung. Akibat penyebaran Covid-19 perusahaan Yohan terkena dampak. Mungkin, bukan hanya perusahaannya saja. Hampir semua. Covid-19 menghambat perputaran ekonomi. Beberapa produk yang diluncurkan tahun lalu. Gagal. Benar-benar gagal. Ia harus mencari cara agar pemasaran produk perusahaannya di lapangan kembali sedia kala.
Yohan mengamati dokumen yang diberikan Kepala Divisi Pemasaran tadi pagi.
"Penurunannya sangat anjlok. Ahhh ... minggu depan juga rapat pemegang saham," keluh Yohan sembari memegang ujung kertas dokumen, erat.
Yohan harus menemukan solusi. Agar perusahaan tidak di ambang kehancuran. Ayah dan ibunya sangat bekerja keras dua puluh lima tahun ini mendirikan perusahaan.
"Hanya karena virus sialan ini. Aku menyerah? Gak ... gak akan." Yohan membatin.
Tok tok tok
"Masuk," sahut Yohan dari ruang kerjanya.
Sekretaris pribadi Yohan masuk.
"Permisi, Pak. Tadi saya dapat informasi divisi tenaga kerja. Beberapa hari lagi ... ada pegawai magang. Ini datanya," ucap sekretaris pribadi lalu menyodorkan map.
Yohan meraihnya. Kemudian, membubuhkan tanda tangan.
"Pegawai magangnya bukan hanya dari kalangan pekerja saja Pak. Coba buka halaman sebelumnya, sekitar sembilan mahasiswa dari beberapa kampus ada," tambah sekretaris pribadi Yohan.
"Oke ... oke. Serahkan lagi ke Divisi Tenaga Kerja."
"Baik Pak."
•••••
"Turun sudah sampai," ucap Kenzo.
Tidak jawaban. Kenzo pun menoleh. Ia memutar bolanya.
"Lah, malah tidur."
Kenzo menepuk pundak kanan Anggun. Menyadarkannya.
"Anggun ... dah sampai."
Anggun seketika terbangun. Matanya melebar. Ia langsung menatap luar kaca mobil.
"Dah sampai ya, Pak?"
Kenzo menyilangkan tangannya kemudian menggeleng kepala di samping Anggun.
"Ini, pakai masker." Kenzo menyodorkan sebuah masker pada Anggun. Anggun menerimanya. Mengangguk sedikit. Tanda terima kasih.
Di luar mobil. Anggun melihat sekitar. Ia merasa tidak asing dengan tempatnya. Ah, ternyata pabrik yang mereka datangi-- desa di Kuningan. Anggun mengamati gedung pabriknya. Kecil dan tidak terlalu luas. Anggun mengira bertingkat dan diisi karyawan yang formal. Ternyata, pabriknya kecil, karyawan warga di desa ini sendiri.
"Ini cabang usaha. Produknya, nanti kamu akan tahu pas masuk," kata Kenzo kemudian berlalu dari hadapan Anggun.
Setibanya di dalam pabrik. Anggun berdecak kagum. Suasananya benar-benar tradisonal. Pabriknya pun higienis. Ia melihat para ibu-ibu menumbuk sesuatu di lesung. Benar-benar khas pedesaan.
"Selamat datang kembali Pak." Seorang pria paruh baya menyapa Kenzo.
Kenzo menunduk sopan.
"Kemarin salah satu pegawai saya kirim surel. Produknya udah jadi. Mari Pak ikut saya ke ruang pengepakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ufuk Timur
RomanceGenre : Drama, Romance, New Adult WARNING 21+ ☡ Kenzo seorang chef dan pengusaha yang mengelola K&1 Restaurant Seafood. Suatu hari, ia hadir sebagai pembicara di salah satu kampus. Agar menambah keuntungan usahanya, Kenzo membuka stan bazar. Namun...