Bagian 27 : Detak

80 31 0
                                    

Mobil patroli melaju cepat di jalan utama Depok. Mereka sedang mengejar salah satu mobil yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Beberapa saat lalu, kantor polisi mendapat info dari pengguna jalan ada salah satu mobil ugal-ugalan, yang dapat membahayakan para pejalan kaki.

"Dimohon mobil berplat B xxxxx berhenti!" teriak salah satu polisi menggunakan speaker.

Tidak ada jawaban. Mobil tersebut tetap melaju ugal-ugalan. Para polisi tidak menyerah, mereka tetap mengejar.

Drttt! Mobil ugal-ugalan itu berhenti ketika mobil polisi memotong jalan.

"Tolong, keluar!"

Penyetir mobil itu keluar.

"Keluarkan tanda pengenal."

Salah satu polisi pun melihat kartu pengenal yang dikeluarkan penyetir itu.

"Mbak Ria Danastri, ya? Baik, silakan ikut kami."

Mata Ria membulat. Padahal, ia hanya melampiaskan emosinya saja.

"Gak Pak. Saya bayar aja tilangannya."

"Tidak bisa. Ikuti prosedur."

•••••

Anggun melepas lelah di atas kasur. Lalu, Anggun mengambil tasnya. Menghitung hasil jualan tadi sore. Lumayan. Bagi Anggun ini hal yang keren. Ide yang tiba-tiba saja muncul dari dalam otak. Di sisi lain Anggun tidak menyangka bertemu Kenzo. Hal pertama ketika bertemu Kenzo, Anggun bingung karena Anggun rasanya seperti ketahuan bolos kerja. Untungnya, Kenzo menerima alasan Anggun yang cukup logis. Anggun selamat dari omelan Kenzo.

Trrt

Ponsel Anggun bergetar. Anggun langsung menatap layar ponselnya.

"Nomor polisi?!"

Anggun pun mengangkatnya.

Halo, apa benar ini Saudara Anggun Dalia?

Iya

Tolong datang di Kantor Polisi Wilayah X. Adik Saudara bernama Ria Danastri kami tahan.

Adik? Ria? Baik ... saya segera datang!

"Ini Ria kena masalah apa?"

Dua jam kemudian.

Anggun menghela napas. Ia kesal. Di sudut pintu, Ria tampak seperti gadis kecil ketahuan mencuri permen.

"Udah, ya. Kamu ribet banget, dah. Lagian, ngapain kamu ugal-ugalan segala di jalan rame," omel Anggun.

Ria tertegun. Merasa bersalah.

"Aku kena amuk papa. Makanya, emosi. Kebisaan jelekku dulu, diungkit. Padahal aku dah gak ke kelab lagi," ucap Ria dengan ekspresi sedih.

"Udah jujur?"

"Udah jujur Nggun, tapi semua yang aku lakuin salah di mata papa. Padahal, aku udah banyak berubah." Sesal Ria.

Anggun menepuk pundak Ria.

"Kabar buruknya, papa narik semua uang di ATM. Jadi ke depannya, aku harus cari kerja buat hidupin diri sendiri."

Mata Anggun membulat. Ia terperanjat.

"Lah mobil kamu?"

"Mama suruh bawa, kalo diambil semua aku naik apa lah Anggun!"

Anggun tertawa kecil ketika mendengar jawaban jujur Ria.

"Ya udah, buat ngobati kemarahan batin kamu. Aku traktir satu mangkok bakmi itu," balas Anggun sembari menunjuk lapak bakmi depan Kantor Polisi.

Ria melompat kecil. Ia langsung mengapit erat lengan Anggun. Ketika Anggun dan Ria akan menyebrang. Mereka tak sengaja berpapasan dengan Jihan. Anggun langsung berhenti.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang