Bagian 33 : Hati Paling Penting

118 20 0
                                    

Anggun mengerutkan kening dengan mata terbelalak. Spontan Anggun mencengkram kerah baju Kenzo. Sehingga Kenzo merasa sedikit tercekik.

"Agh!" teriak Kenzo meringis.

"Apa maksud bapak?"

Kenzo lebih terkejut. Dia menggigit bibirnya, cemas karena respon Anggun. Kenzo mengucapkan kalimat di luar dugaan dari kepalanya. Sungguh-sungguh tindakan yang kurang pantas. Kenzo melihat raut wajah Anggun, menggambarkan kekecewaan.

"Anggun ... saya minta maaf. Maksud saya bukan begitu."

Anggun menghela napas berkata,"Sepertinya bapak akhir-akhir menjadi aneh. Saya tidak tahu alasannya, tapi kalo saya ada kesalahan ... tolong tegur saya seperti biasanya." Anggun mengucapkan perkataan itu lalu mengambil tasnya kemudian berlalu meninggalkan Kenzo di ruang istirahat pegawai.

Kenzo tidak bisa berkata-kata. Harusnya dia berpikir dahulu sebelum bertindak. Anggun bukanlah gadis yang seperti dahulu. Timbul perasaan bingung.

"Apakah dia melupakanku? Apa hanya aku yang mengingat dia?" Kenzo membatin.

Selama perjalanan pulang Kenzo mengingat peristiwa di restoran.

"Ah, kenapa aku melakukan hal itu? Hah."

•••••

Di kamar kost. Anggun merebahkan diri di atas kasur. Dia memandangi langit-langit kamar. Bersamaan dengan itu ... jantung Anggun berdegup kencang. Dia tidak menyangka Kenzo mengucapkan hal itu. Suatu sisi Anggun sedikit bahagia, tapi Anggun mencoba menepisnya. Peristiwa tadi bisa jadi penghalang ke depannya. Anggun sudah berkomitmen tidak membuka hati pada siapapun lagi sampai Anggun mencapai tujuannya. Bagi Anggun jatuh cinta itu hal yang berbahaya. Anggun tidak ingin melakukan hal-hal yang membuatnya pusing. Mencari uang dan menyusun skripsi sudah cukup membuatnya lelah fisik dan mental.

"Jangan berpikir aneh-aneh Anggun. Untuk sekarang kamu jangan pernah melewati batas lagi. Ayo fokus fokus." Anggun menepuk dadanya, seakan-akan memberi nasehat pada dirinya sendiri.

•••••

Di kamar. Kenzo duduk sembari memandang luar jendela. Dia melihat kost Anggun di seberang jalan. Terlihat lampu kamar Anggun masih menyala. Kenzo berpikir, mungkin Anggun belum tidur.

"Tindakan tadi kayaknya terlalu agresif. Sepertinya aku harus minta maaf, permintaan maaf tadi tidak cukup." Kenzo lalu membuka pintu kulkas.

"Ah, banyak camilan. Kalo dilihat-lihat Anggun suka makan." Kenzo segera mengambil semua camilan di kulkas lalu menaruh di plastik.

Beberapa saat kemudian. Kenzo berada di depan kamar kos Anggun. Hal yang dirasakan Kenzo, gugup. Kenzo tidak pernah mengalami hal ini.

Sementara itu di atas kasur. Anggun sedang memandang laptopnya. Memeriksa file revisi skripsi. Ketika Anggun sedang fokus di laptop. Suara ketukan pintu memecah keseriusannya. Anggun segera membuka pintunya.

"Iya ... tunggu seben-- ...." Mata Anggun membulat.

"Halo Anggun! Kamu ada waktu luang? Mau makan bersamaku?" tanya Kenzo sembari menunjukkan plastik yang dibawanya.

Anggun melirik ke bawah, dia melihat Kenzo sedang memegang plastik yang berisi camilan.

"Agh, haha. Pria ini agak berbeda." Anggun membatin.

"Tapi maaf Pak ... kayaknya jangan makan di kamar saya. Mungkin di taman deket sini."

"Oke ... gak apa-apa." Garis senyum terukir di wajah Kenzo.

Selama perjalanan menuju taman. Kenzo berjalan mengekori Anggun. Dia memandang punggung kecil Anggun. Bagaimana bisa gadis kasar yang sering datang ke rumahnya dahulu, kini tumbuh lebih dewasa dan cantik.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang