Bagian 34 : Terbongkar

115 19 9
                                    


"Ria kapan kamu pulang?"

Ria menoleh. Brian tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Ah, baru aja Brian. Mobilku mogok tadi, jadi ya pulang naik taksi."

Namun, Ria terlihat tidak tenang. Dia cukup khawatir jika Kenzo dan Brian berpapasan. Entah apa yang terjadi pada keduanya. Apalagi Anggun adalah wanita yang disukai Brian bersama pria lain. Kekhawatiran pun benar-benar terjadi, Kenzo dan Anggun berada tidak jauh dengan Ria. Mereka berpapasan. Ria melihat ekspresi yang ditunjukkan Brian. Rasa cemburu.

"Anggun?" Brian memanggil.

Anggun dan Kenzo menoleh. Berkata,"Hey! Brian kamu, kok di sini?"

Kenzo melihat raut wajah Brian. Perasaan tidak ramah kepadanya.

"Ah, kamu yang waktu itu, ya pas bazar?" ucap Kenzo sembari melirik Anggun di sampingnya.

"Ya udah kita pulang bareng. Kan jadi rame ya kan!" celetuk Anggun memecah suasana, tapi tidak dengan Ria. Ria merasakan ada hawa peperangan antara Kenzo dan Brian sekarang.

"Hah? Jadi gini ya rasa direbutkan dua cowo. Selama ini aku juga, sih. Tapi gak ada satupun yang menarik. Aku harap Anggun tidak mempermainkan perasaan mereka seperti aku." Ria membatin.

"Kamu pulang dulu Anggun bareng Ria. Ada yang ingin aku bicarakan sama Pak Kenzo," ucap Brian tersenyum simpul.

Kini, hanya Kenzo dan Brian. Kenzo sedikit menengok. Dia melihat punggung Anggun hilang dari pandangannya.

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan sama saya?" tanya Kenzo.

"Jangan dekati Anggun. Dia milik saya."

Kenzo sedikit melotot. Dia tidak menduga pria ini lebih agresif darinya.

"Milik? Anggun memang benda gitu? Aduh, saya ingin tertawa sekarang. Tapi ya itu tidak tepat." Wajah Kenzo yang tadinya riang menjadi serius.

"Maaf, tapi saya dari awal tidak menyukai Bapak. Bapak bukan pria yang baik bagi Anggun, tipe memerintah."

"Baik, saya akui memang saya suka memerintah dan ya agak angkuh. Tapi ... jika kamu memang ingin memiliki Anggun. Kamu tidak ke saya,  tapi ke Anggun. Lagian saya ditolak secara halus sama Anggun." Kenzo mengucapkan dengan nada lega, tapi sedikit kecewa.

Mata Brian membulat. Dia terperanjat, Kenzo ternyata sudah menunjukkan perasaannya.

"Jadi? Perasaanmu dengan Anggun bukan urusan saya Brian. Saya sudah maju lebih cepat, tapi tertolak. Sekarang, saya mau pulang dulu."

"Tunggu! Bapak menyukai Anggun, tapi rasanya ... bapak kayak menyerah."

Kenzo tertawa kecil. Berkata,"Saya gak menyerah. Saya hanya memberikan waktu. Saya tahu alasan dibalik Anggun menolak saya-- saya tidak memaksa perasaan. Saya hanya mencoba terbaik buat Anggun. Mungkin sebagai teman? Ah, itu menarik."

Brian sedikit menunduk. Dia merasa rendah diri atas ucapan Kenzo yang cukup dewasa.

"Baiklah, tentang itu. Saya minta maaf penilaian saya salah tentang Bapak."

Kenzo tersenyum lalu kembali berkata,"Saya beri satu nasehat untuk kamu. Seorang pria harus berani menunjukkan perasaannya, karena memendam itu gak baik buat mental. Tidak perlu khawatir kalo ditolak. Memang rasanya sakit ya kan, tapi kamu harus menyelesaikan perasaanmu dulu sebelum membuka lembaran baru."

Brian mendengar perkataan Kenzo dengan seksama. Benar, harusnya dia menyatakan perasaannya lebih dahulu sebelum Anggun bertemu Kenzo. Brian menyadari tindakan itu ternyata tidak baik baginya. Rasa ingin memiliki? Seperti benda. Brian merasa sedih. Dia hanya ingin menjaga persahabatan saja. Betul kata Ria. Persahabatan pria dan wanita terkadang tidak berhasil, karena salah satu pasti menyukai.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang