Bagian 35 : Kecupan

162 15 12
                                    

Air mata Anggun sedikit mereda, setelah menceritakan peristiwa masa lalu. Ria tidak banyak bertanya. Sebenarnya, Ria ingin tahu apa yang terjadi pada Anggun setelah teman dekatnya meninggal dunia. Mungkin, pilihan tetap diam itu lebih baik bagi Ria.

"Baiklah, aku balik dulu Ria. Aku sedikit lelah."

Ria tidak merespon apapun. Dia tahu kondisi Anggun kurang baik diajak berbicara lagi. Sepeninggal Anggun. Ria memilih duduk di teras kos. Banyak hal yang dia pikirkan. Ria melihat kembali kondisi dirinya sendiri. Tidak ada harapan, tapi Ria belajar satu hal dari peristiwa yang dialami Anggun.

"Kurasa aku harus berhenti menyukai sembarang orang tanpa komitmen."
Ria membatin.

••••

[Luncurkan berita itu minggu depan. Persiapkan matang-matang.]

Bambang menutup telepon. Setelah memerintah seseorang untuk mengikuti Danang, adik kandung Heru. Kecurigaan Bambang memang benar. Perusahaan Sinar Wijaya Group memiliki perusahaan cangkang. Di mana Danang meraup keuntungan besar dalam bisnisnya. Bambang melihat berkas salinan sebagai bukti praktik ilegal yang dilakukan Danang.

"Putranya si Kenzo sok menasehati saya, tapi lihat perusahaan keluarganya lebih kotor. Perjudian ilegal, pemerasan. Sudah kuduga, ada yang gak beres sama perusahaan ini sejak dulu," ucap Bambang sembari memandangi foto-foto yang diambil secara diam-diam.

Sepuluh tahun lalu. Bambang pernah bekerja di perusahaan Sinar Wijaya Group menjabat sebagai pegawai biasa yang tidak mempunyai apa-apa. Bambang seringkali mengalami perlakuan tidak adil di tim. Itu tidak terjadi satu atau dua kali. Namun, berkali-kali. Semua proyek yang dia rencanakan selalu dibatalkan. Bambang pun mencari penyebabnya. Ternyata, seorang rekan kerja yang menghalangi Bambang, Hendri Handoko. Pegawai yang cukup disukai beberapa petinggi perusahaan. Kebencian Bambang semakin tinggi, setelah Hendri Handoko dipromosikan sebagai Kepala Produksi dan Pemasaran. Berbagai cara Bambang berusaha menjatuhkan Hendri. Dia menjilat beberapa orang yang kurang menyukai keberadaan Hendri di perusahaan. Orang itu adalah Danang Wijaya, atasan Hendri Handoko. Sejak itu, Bambang dan Danang bekerja sama menjebak Hendri Handoko.

"Ya, sekarang Danang tidak berguna lagi. Sekarang aku sudah sukses. Danang hanya kugunakan sebagai sponsor politikku saja. Haha. Aku tinggal menyenggol satu batu saja. Perusahaan itu hancur sekejap."

•••••

Di kamar. Kenzo memandangi dengan penuh lekat foto kecil Anggun. Anak kecil itu tumbuh menjadi gadis yang cantik. Namun, penolakan halus dari Anggun secara tidak sadar, membuat Kenzo sedikit melunak. Kenzo memilih tidak mengejar Anggun secara terburu-buru. Anggun bukan wanita yang mudah ditaklukan. Penilaian Kenzo, Anggun memiliki benteng diri. Hatinya seperti sulit dijangkau. Terlihat ramah kepada pria, tapi mempunyai pertahanan diri melindungi dirinya. Sisi itu, membuat Kenzo semakin menyukainya.

"Semakin sulit dikejar, semakin baik." Kenzo tersenyum simpul.

•••••
Tahun 2005. Enam belas tahun lalu.

"Nak Kenzo. Nanti kalo datang teman Mama. Kamu terima yang sopan, ya. Mama mau ke belakang dulu, nyiapin camilan."

Remaja laki-laki berumur empat belas tahun mengangguk seakan mengerti perintah ibunya, Sarah.

Kenzo, remaja laki-laki pendiam yang tidak memiliki teman. Dia memilih berkutat pada buku sekolah dan les privat. Kenzo pun menjadi siswa yang cukup pandai di sekolah. Tapi, kedua orangtuanya tidak menyadari. Kenzo sebenarnya tidak terlalu pintar. Dia memaksakan kinerja otak dan fisik. Sehingga Kenzo seringkali dibawa ke rumah sakit sewaktu kecil. Suatu hari ibu Kenzo memasak makanan kesukaan Kenzo. Berawal dari iseng melihat ibunya memasak. Kenzo mempunyai hobi baru, memasak. Dia berkali-kali mencuri waktu kosong memakai dapur. Kenzo awalnya, mengalami kegagalan. Mulai dari tidak tahu menyalakan kompor, menggoreng telur sampai gosong. Kenzo tidak menyerah, karena dengan hobi itu dia tidak terlalu tertekan.

Ufuk TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang