33

3.2K 167 94
                                    

Dengan posisi terbeku diam, Efan tak tau harus melakukan apa.

Ia merasa bingung harus bagaimana. Melepas atau menahan. Ia akui ia masih bimbang terhadap perasaannya.

Ia juga tau, jika menahan Qila dengan tali pernikahan hanya akan membuatnya menderita. Ia juga tidak mau melihat Qila terus tersakiti olehnya.

Efan akui, dirinya memang brengsek. Hanya bisa mempermainkan perasaan wanita saja.

Drt... Drt... Drt...

Terpampang jelas nama Qila dilayar tersebut. Dengan cepat ia menjawabny.

"Halo assalamualaikum, Qila kam--"

"Waalaikum salam,kakak cepet kerumah sakit, jagain Zahra"

Belum selesai Efan berbicara Qila sudah memotongnya terlebih dahulu.

Ia sampai lupa kalau sekarang Zahra lagi dirumah sakit. Dengan pikiran yang masih kacau, ia pun pergi menuju rumah sakit.

***

Cklek

Terlihat Efan yang baru saja memasuki ruangan Zahra dengan penampilan yang kacau.

Rambut acak acakan, baju tidak rapi seperti sebelumnya, juga raut muka yang kusut.

"Fan, kamu kenapa?" tanya Zahra saat Efan sudah mengambil posisi duduk tepat disamping ranjangnya.

Apa yang harus Efan lakukan sekarang. Zahra adalah perempuan baik-baik, begitupun dengan Qila. Mereka tidak pantas di sakiti seperti ini. Ia merasa sangat tidak pantas untuk keduanya.

Namun, perasaaan untuk menahan Qila pergi begitu kuat di dalam hatinya. Tapi di sisi lain, ia tau semua hanya akan menjadi penderitaan yg tak berpenghujung jika diteruskan.

Sekarang Qila sedah tau semuanya, apa Zahra juga harus tau tentang kebenaran ini? Sungguh, rasanya Efan sangat pusing dengan ini semua. Tapi ia tidak bisa lari begitu saja, karena semua bermula dari dirinya.

Dirinya yang tidak bisa menerima seorang istri yang sudah begitu sempurna. Dirinya yang masih menerima cinta dari masa lalunya. Dirinya yang tidak bisa memilih di antara kedua perempuan tersebut.

"Jangan kamu berfikir sekali pun untuk mem poligami kan aku kak. Aku nggak akan menerima itu semua. Lepaskan aku. Dan berbahagialah bersama nya"

Yang masih terngiang dikepala nya sekarang ini adalah kata-kata Qila saat mereka bertemu di lobi rumah sakit tadi.

Ya, Qila tadi menunggu hingga Efan datang lagi kerumah sakit. Ia merasa tidak tega jika harus meninggalakan Zahra sendirian dalam kondisi yang kurang meyakinkan seperti ini. Tapi karena sudah terlalu lama ia menunggu akhirnga ia memutuskan untuk pulang, namun ternyata mereka malah bertemu di lobi rumah sakit.

****

Berjalan tidak tentu arah adalah hal yang saat ini sedang Qila lakukan. Hari ini terasa sangat berat untuk dirinya. Ia tidak menyangka akan mengeluarkan amarahnya seperti tadi. Ia merasa sudah menjadi istri yang durhaka sekarang ini. Tapi mau bagaimana lagi, Qila sudah lelah dengan kenyataan yang ada dihadpaannya.

Dret... Dret... Dret...

Terdengar suara getaran dari dalam tas Qila. Dengan segera ia mengeceknya.

"Halo asslamualaikum" salam Qila

"Waalaikum salam, lo dimana Qil? Bisa keRS nggak? Kayaknya pasien yang lo titipin ke gue tadi pagi lagi darurat deh sekarang"

"Ya ampun... Oke tunggu aku ya Van"

Tut... Tut... Tut...

Panggilan suara ditutup sepihak oleh Qila. Karena maslaah rumah tangganya ia sampe lupa bahwa ia juga mempunyai tanggung jawab yang lain.

Oh iya, benar. Tadi yang menelpon iu Vanesa. Terdengar dari nada biacaranya yang cepat membuat banyak pikiran negatif beunculan di kepalanya.

Tak butuh waktu lama untuk Qila sampai di Rumah Sakit tempat ia bekerja. Karena ternyata tanpa sadar ia sudah berjalan menuju ke sana.

Sesampainya ia langsung bergegas untuk menuju tempat yang sudah diberitahukan oleh Vanesa tadi saat sedang dijalan.

"Vanesa....kenapa? Ada apa?"tanya Qila tergesa gesa.

Vanesa yang baru saja menyadari keberadaan Qila jadi mundur satu langkah karena kaget.

"E--eh itu, tadi sepertinya ada kesalahan dalam pemberian obatnya. Soalnya tiba-tiba pasiennya muntah gitu. Gue kurang tau juga deh, soalnya dokter lain yang menangani." jelas Vanesa

"Sekarang gemana kondisinya?"tanya lagi Qila.

"Alhamdulillah udah baikan, udah lo tenang aja. Kita keruangan gue aja yok!" ajak Vanesa

Setelah mengetahui keadaan pasien tersebut sudah membaik membuat perasaan Qila sedikit tenang.

Mau tak mau ia men iya kan ajakan Vanesa. Ia jua tidak tau mau kemana, soalnya ia lagi malas berdiam diri diruangannya.

****

Ruangan yang sangat nyaman untuk menjernihkan pikirannya yg sedang kacau.

Vanesa ini orangnya sangat mengutamakan perihal kebersihan. Oleh karena itu Qila juga sangat nyaman jika berada tempat Vanesa.

"Lo kenapa? Tadi pagi tiba-tiba izin, sekarang muka lo kusut gitu kayak pakaian yang nggak disetrika dua tahun"ucap Vanesa membuyarkan lamunan Qila

Oh tuhan... Mengapa temannya ini begitu peka terhadap dirinya. Apa seberantakan itu Qila sekarang.

"Nggak apa-apa kok" jawab Qila seadanya.

"Jangan bilang nggak apa-apa kalo sebenarnya ada apa-apa. Gue kenal lo udah lama Qil, udah tau luar dalam sufat lo kayak mana. Mending lo jujur ama gue" ucap Vanesa kesal

Iya juga, Vanesa adalah hal terburuk jika ingin berbohong. Ia bisa dengan mudah tau, apalagi jika itu Qila.

"Aku.... Aku mau cerai sama kak Efan Van"

****

Halo guys.....

Ketemu lagi nih sama author...

Gemana ceritanya?? Seru nggak???

Wahhh ini Vanesa udah dikasih tau sama Qila perihal mau cerainya Qila.

Kira-kira menurut kalian gemana tanggapan Vanesa???

Kesel? Sedih? Atau kedua duanya?

Kalo kalian yang ada diposisi Vanesa nih ya, tanggapan kalian bakal gemana????

Kalo kalian jadi Qila, kalian bakal milih di madu atau mengalah?

Efan juga lagi bingung tu mau ngelakuin apa....

Ada yang mau ngasih masukan dan saran sama Efan???? Silahkan.... Diperbolehkan kok

Oh iya, jangan lupa vote yaa.... 😘😘😘







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentara I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang