48- The truth is

1.2K 89 14
                                    

Helloo, Algaresh up nih!

Jangan lupa vote sama komennya ya bestiee😘

***

Arick berusaha bangkit sambil menahan rasa ngilu akibat bogeman mentah dari sang ketua. Rasanya rahang nya mau patah saat ini. " Shh----gila lo. "

Saat ini Aresh terlihat sangat menyeramkan, raut wajahnya gelap dengan urat nadi yang menonjol di lehernya.

Mungkin kalau tatapan Aresh bisa membunuh, Arick sudah sedari tadi meregang nyawa. " Jelasin. Apa. Maksud. Lo. Tadi. " Ujar Aresh penuh penekanan. Cowok itu sudah pindah posisi menjadi di samping Hera.

" Lo tenang dulu, gue gak maksud buat rebut Hera dari lo. " Arick menjeda sebentar, rahang nya sakit tau. " Dia sepupu gue. " Lanjutnya.

Sebentar, apa katanya? Sepupu?

Sejak kapan Arick punya sepupu cewek? Eh, tapi emang ada sih, cuman, sejak kapan Hera jadi sepupu dia?

" Lo tau akibat kalo lo bohong, kan? " Kata Aresh dengan tajam.

" Lo bisa liat sendiri bukti tes DNA nya. " Arick berkata dengan tenang, jarinya menunjuk kertas putih di atas nakas.

Oh, kalau kalian mau tau. Aresh kabur dari rumah sakit, cowok itu tidak terlalu suka dengan bau obat-obatan dan suasana di sana.

Begitu tau kalau Hera sedang di rawat, Laki-laki itu langsung mencegat taxi yang lewat lalu buru-buru menyuruh sang sopir untuk pergi ke rumah sakit tempat Hera di rawat.

Bola mata hijau lelaki itu bergerak mengikuti arah tulisan di atas kertas itu, kemudian menutup mulutnya sendiri.

" Jadi, maksud lo. Hera itu sepupu lo yang hilang 9 tahun yang lalu? " Arick mengangguk membenarkan. Sebenarnya dia juga tidak menyangka hasil tes nya cocok. " Awalnya, gue emang udah curiga sama dia. Muka sama sifat nya mirip banget sama Ev. "

Ev? Alis Aresh terangkat satu, dia kurang suka panggilan dari Arick. Rasanya, seperti cowok itu lebih dekat dengan Hera dibandingkan dirinya.

" Gue selama ini merhatiin dia bukan karena gue naksir, tapi emang gue udah curiga. " Aresh mendongak menatap Arick. " Jadi lo gak perlu cemburu. " Kata Arick dengan senyuman miring nya.

Dia tau kok kalau selama ini Aresh cemburu dengan dirinya dan Raka. Terlihat jelas walaupun Aresh menyembunyikan nya dengan raut wajah datar.

" Ck! . " Aresh berdecih. " Gue gak perlu cemburu, pada akhirnya cuma gue yang bisa dapetin Hera. " Kata Aresh dengan arogan. Percaya diri sekali dia.

" Really? "

" Why not? " Arick menatap Aresh dengan datar, namun sorot matanya penuh misteri. " Well, pegang omongan lo, dan buktiin. " Ujar Arick serius.

" Hm. "

" Remember this. Apa yang lo liat dan apa yang lo dengar itu kadang bukan kebenaran nya. So, lo harus pinter menilai situasi dan kondisi. Jangan telan mentah-mentah info yang lo dapet." Arick menepuk-nepuk pundak Aresh.

Bingung, namun Aresh tetap menyimpan ucapan Arick dengan baik di otaknya.

" Terus, bang Alard sama Reiga udah tau? " Raut wajah Arick menjadi datar, ia mengedikkan bahunya. " Tanpa gue kasih tau, mereka juga bakalan tau sendiri. "

***

Apa yang terjadi?

Seingat dirinya, tadi ia tertidur setelah Arick datang dan membawa surat tes hasil DN---- AAHH DNA!

ALGARESH [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang