Louder than Bombs

5.1K 483 96
                                    

Seolah bom waktu yang tertanam cukup lama Namjoon merasa hancur bertubi-tubi menerima ledakan silih berganti. Tubuh ringkih putra keduanya masih bergetar disela isak tangis meski mata terpejam terlelap dalam letih.

Bukan hanya dia disini yang terluka

Bukan hanya dirinya yang merasa keruntuhan.

Donghyuk dan Sang Paman sudah pergi sejam yang lalu. Menyisakan getir dan permintaan maaf yang terasa mencekik. Dan selama itu pula pelukannya pada Hoseok tak terlepaskan. Mereka masih duduk di ruang Sofa selepas melepaskan kepergian sang tamu.

Seokjin melihat sang suami sedih. Jam menunjukkan makan siang. Tapi dia merasa bingung untuk membuat sang suami berada di meja makan sekarang.

Suara gaduh sibungsu dan para kembar menuruni tangga jelas menarik perhatian Seokjin.. Yoongi menghampiri Seokjin.

"Ma maaf, HoSeok tadi pergi begitu saja dari kamar pas aku kebelet tadi"

Cit cit cit

Saking fokusnya pada lamunan tak mendengarkan suara cicitan sepatu tikus Jungkook yang menghampiri Namjoon dengan langkah kecilnya. Matanya bulat menatap penuh minat kearah sang Kakak yang dipeluk erat.

"Hyung... Naniss? Mama yung nanis" Pekik Jungkook dengan polosnya. Taehyung dan JiMin juga penasaran menghampiri. Wajah HoSeok terutama matanya membengkak. Suara lirih tangisan memilukan masih terdengar. NamJoon mengelus pundak Hoseok sembari membisikkan kata sayang di telinga sang putra.

"Hyung kenapa sedih? Jangan sedih chim juga sedih" Bibir JiMin melengkung dengan mata berkaca bersimpuh dibawah kaki Sang Ayah sembari melihat keatas. Taehyung yang biasanya ribut kini jadi diam sembari naik duduk disamping NamJoon menghapus air mata HoSeok. Jungkook sudah berlari kepelukan Seokjin. sedangkan Yoongi memilih duduk disamping JiMin yang terlihat begitu sedih.

Pemandangan yang membuat siapa saja terenyuh. NamJoon entah mengapa merasa seluruh ketakutannya terhempas melihat kelima puteranya saling menyayangi seperti ini. Airmatanya mengalir begitu deras sampai akhirnya dirinya terisak dengan badan setia memeluk HoSeok. Melihat itu Yoongi JiMin dan Taehyung segera memeluk NamJoon dan HoSeok. Mereka berbagi pelukan siang itu. Seokjin tersenyum dengan linangan air mata yang tak terhenti meski dia kesusahan karena Jungkook meronta minta diturunkan ingin dipeluk juga.

"Hyungggg jauh-jauh.... Appa Kie itu.... Appaaa huweeee"

Makan siang hari itu terasa tenang. Minus Namjoon dan HoSeok yang memilih tidur dikamar. Mereka lelah. Lelah fisik dan batin. Seokjin akan membangunkan mereka nanti untuk makan siang yang telat.

"Ma... Apa itu benar? Hosiki-" Tak ada tanya lanjut dari bibir Yoongi saat membantu Seokjin mencuci piring.

Seokjin menghela napas berat sebelum memasang senyumannya.

"Kau tak lihat Daddymu memeluk HoSeok begitu erat? Daddy itu si posesif egois dia akan mempertahankan apa yang dia rasa miliknya. Jadi yah... Adik-adikmu akan 4 selamanya" Jelas Seokjin Yoongi mengangguk tapi kemudian menggeleng.

"Adikku, tidak 4"

"Huh? "

"Yakin adikku hanya 4? bisa saja 5,6 atau 10?"
Entah kenapa pipi Seokjin memerah karena malu. Ah iya.. Bisa saja nanti dia mengandung anak Namjoon juga.

"Hm... Tapi tak apa? Kalian punya adik dariku?" Ada Rasa tak percaya diri. Melihat persaudaraan yang kental antara mereka ber5 membuat Seokjin tak enak hati jika menambahkan personil baru. Bahkan dia merasa sudah lebih dari cukup. 5 anak. Dia memiliki tanggung jawab membesarkan 5 anak dan tentu bukan hal yang mudah. Tapi dia juga ingin merasakan bagaian mengandung buah cinta dirinya dan Namjoon.

Am I a Papa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang