Namjoon masih berdiri didepan pintu saat seorang pemuda berambut pendek dengan tubuh rampingnya datang dengan membawa dua anak kecil yang tengah tertidur disofa maroon-nya. Dan apa katanya tadi? Anak? Kembar? Rasanya dunia Namjoon sudah kiamat dan tak ada pasokan oksigen di paru-parunya. Apa karena dia terlalu sering mempermainkan wanita yang memang pada dasarnya senang bermain dengannya.apa kesalahannya sampai membuahkan keterkejutan mendalam di batinnya. Sungguh Namjon belum siap. TIDAK SIAP. Lebih tepatnya.
"Tuan Kim Namjoon?"
Namjoon tersentak menghentikan kegiatannya yang terdiam selama kurang lebih 20 menit lalu.
"Apa yang tuan lakukan di depan pintu?" suara itu bertanya kembali. Saat melihat siapa yang melayangkan pertanyaan kepadanya Namjoon buru-buru menutup pintu apartemennya rapat. Bisa -bisa dia tendang dari keluarganya jika salah satu kepercayaan Ibunya melihat 4 anak di dalam apartementnya. Kepercayaan ibunya itu tak seperti Eunkwang Samchon yang mudah diatur. Kepercayaan ibunya ini adalah perisai anti penjilat. Kesetiannya kepada ibunya bahkan bisa diadukan dengan siapapun. Bahkan kesetiaan Namjoon kepada ibunya hanya sebesar bulir jagung. Namjoon memang pengkhiant licik untuk ibunya sendiri.
"K-kau kenapa kemari?" Namjoon menata perkataannya. Tatapan mengintimidasi dapat langsung didapatnya. Dihadapannya kepercayaan ibunya berdiri tegap seorang diri tanpa ekspresi berarti. Namun jangan salah tatapannya bisa mengintimidasi siapa saja. Termasuk Namjoon yang jelas-jelas anak dari Nyonya besarnya. Yang bahkan Namjoon lebih tua 3 tahun darinya.
"Saya kemari di perintah Nyonya besar, tuan" ujarnya datar.
Ah apalagi ini. Namjoon tanpa sadar menelan ludahnya gugup. Sial, perintah nyonya besar adalah bencana untuknya. Tak cukup jahatkah tuhan mengirim 4 bencana didalam apartemennya.
"Apalagi yang nenek tua itu inginkan, Choi Minho?" gerutu Namjoon kesal kepada lelaki dihadapannya. Ya namanya Choi Minho, pria kepercayaan alias tangan kanan ibunya. Usianya masih muda. Baru 29 tahun. Tapi pria didepannya ini bisa membuat ibunya memutar keadaaan. Kadang Namjoon memiliki pikiran bahwa Minho mungkin saja "Pria berondong" ibunya. Kalaupun iya dapat di pastikan Namjoon adalah pihak pertama penentang hubungan keduanya. Cih, bocah seperti Minho menjadi Ayah Tirinya? Mimpi saja sana di rawa-rawa.
"Hanya beberapa hal tuan. Nyonya hanya ingin anda menjaga sesuatu hal berharganya"
Mendengar kata berharga Namjoon sedikit tertarik. Jika ada kata berharga maka itu tentu saja berHARGA.
"Berharga? Apa dia ingin aku memegang sahamnya? Perhiasan berharganya? Atau dia sudah bosan menjadi wanita si kaya raya?" ada kata ejekan tersirat dalam perkataan singkat Namjoon yang tak di pedulikan Minho. Minho lebih memilih untuk menelfon seseorang.
"Taemin ssi, apa sudah siap? Ya naiklah sekarang pakaikan selimut yang hangat" ujarnya
Namjoon hanya mengamati. Apa hal yang sangat berharga sampai memerlukan selimut yang hangat.
Minho melirik Namjoon yang masih bersandar di pintu apartementnya.
"Apa saya boleh masuk tuan?"
"Tidak" jawab Namjoon tegas. Sebelum anak-anak itu terbukti anaknya tak akan dia biarkan anak-anak itu terungkap keberadaannya.
"Tapi ada yang ingin saya bicarakan juga"
"Bicara disin saja" tegasnya
"Baiklah, kita tunggu Taemin ssi dulu" sekitar 5 menit sosok wanita dengan beberapa pengawalan nampak di pandangan keduanya. Wanita itu nampak memeluk erat sebuah bundelan dengan selimut berwarna kuning dengan corak berwarna biru.
"Taemin-ah apa itu?" teriak Namjoon penasaran. Wanita itu merengut kesal saat dihadapannya.
"Oppa kau berisik sekali. Nanti dia terbangun" wanita itu nampak menimang bundelan selimutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Papa?
Fanfiction-Coretan NamJin By MOONDESCA- [SELESAI] ★Sanggupkan Namjoon menjalani peran barunya sebagai papa? Bagaimana dia menghadapi Yoongi yang dingin dan pemarah, Hoseok yang Cengeng dan ceroboh, si kembar Jimin yang pemalu dan Taehyung yang hiperaktif dan...