Heartbeat

13.5K 1.2K 549
                                    

Namjoon dan Yoongi menikmati pemandangan Busan dengan seksama. Mereka menghabiskan waktu berjalan dan bercerita mengenai Sunny. Sesekali Yoongi mengeluh karena mereka berjalan lumayan jauh hingga dekat dermaga yang ditempati para anak-anak disana bermain dan melompat langsung kelaut untuk berenang. Mereka berdua takjub melihat anak seusia kembar berenang bebas dilautan. Namjoon si sangsi kalau putra kembarnya itu bisa berenang. Berenang di bak mandi sih iya. Sama bebek karet lagi. Mainan pinjaman dari si Jungkook.

“Dad, Nuna yang di restoran kemarin itu siapa? Kita kesini gara-gara dia kan? Pacar mu dad?"

Yoongi melipat kedua lengannya di dekapannya menatap Namjoon penuh selidik.

Kini keduanya tengah berdiri disekitar dermaga. Namjoon hanya mengangkat bahu malas. Membahas Jenny membuatnya kembali pusing. Dia usianya yang tidak muda lagi tapi ibunya tetap kekeh membuat perjodohan sepihak dengan Jenny. Padahal baginya Jenny tidak lebih sebagai adik tetangga di masa kecil. Dia bahkan tidak benar-benar melihat Jenny sebagai wanita yang ingin diajak membina rumah tangga.

Salahnya juga sih, sampai kini masih menyembunyikan identitas anak-anaknya dari ibunya. Dia cuman ingin, kali ini, dalam hidupnya, ibunya tidak mengaturnya. Dia belum dapat memastikan ibunya akan menerima anak-anaknya atau tidak. Terlebih dengan melihat usaha sang ibu untuk menjodohkan nya dengan jenny rasa-rasanya akan susah jika sang ibu yang berjulukan Medusa bisa welcome dengan 4 anak biologis yang berbeda ibu itu.

"Dia cuma tetangga waktuku kecil dulu. Sudahlah tidak usah bahas dia. Kau bahas yang lain saja"

"Oke. Kalau Jinseok?"
Namioon melirik Yoongi. Kenapa pula dia membahas Seokjin.

"Manner Please"

Yoongi menggaruk telinganya pelan.

"Oke oke.. Seokjin Nuna.. Dad kau suka dengannya yah?"

"Kau itu dari tadi bertanya itu terus. Dari tadi ku jawab tidak kau nampak tidak puas. Apa mau mu sih. Mau ku jawab iya begitu? Terus kau menangis lagi, karena merasa cemburu sama jinse hm Seokjin"

"Kalaupun kau jawab iya Dad aku tidak akan menangis cemburu. Tadi pagi itu moodku sedang buruk jadi aku rewel. Tidak usah diingat lagi." Bibir Yoongi tanpa sadar manyun begitu saja. Dia kesal mengingat dirinya pagi tadi tidak swag karena nangis manja seperti anak kecil. Dia kan seorang little man. Bukan bocah. Yah padahal aslinya bocah juga memang.

"Kalau di bilang suka, yah aku suka sama kinerja dan totalitas Seokjin merawat kalian. Meski dia hanya ingin merawat si kembar pada awalnya. Tapi lihat sampai sekarang bayi montok itu saja maunya hanya nempel di Seokjin. Kau dan Hoseok juga tidak ditelantarkan. Dia juga ikut mengurus Dad, paling tidak untuk makanan aku tidak perlu lagi menunggu seperti saat kalian belum datang. Toh, Seokjin juga bukan gadis manja dia bahkan terlalu perkasa buat jadi gadis"

"Seokjin Nuna bahkan lebih jagoan dari mu Dad. Dia bahkan bisa menepuk dengan sendalnya kecoa yang sedang terbang bahkan saat dad menjerit mencari alat pembunuh serangga" kikik Yoongi, mengingat kejadian lucu seminggu yang lalu. Kisah antara Seokjin, Namioon dan Kecoa Terbang.

"Cih, lupakan itu. Dia saja yang terlalu aneh untuk ukuran perempuan" bela Namioon.

"Jadi Dad, apa dad suka dengan Nuna atau tidak?"

"Untuk sekarang aku suka profesionalitasnya saja"

"Jadi nanti?"

"Yah tidak tau. Memangnya kau mau nanti bagaimana? Jadi ibumu begitu? Sepertinya menangis memutuskan seribu saraf normalmu sampai kau bertanya aneh-aneh begitu"

"Yah, kalau pun jadi ibuku, kupikir-pikir tidak masalah juga sih. Lebih bagus dia daripada Nuna di resto. Paling tidak Seokjin Nuna bisa urus anak ketimbang menelantarkan anak"

Am I a Papa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang