Dream Reality

10.8K 1.2K 78
                                    

Dream, Reality

“Nuna kita mau kemana sih?”

Jimin yang berdiri disebelah kiri menarik ujung baju Seokjin yang  nampak celingukan di pinggir jalan.

“Kesuatu tempat” jawab Seokjin singkat

“Nuna Taetae lapal”

rengekan disebelah kanan Seokjin dari Bocah yang masih belum bisa menyebut R dengan benar membuat Seokjin menunduk

“Aish, ini nih kalau tidak nurut sama nuna. Nuna kan bilang Taetae harus banyak makan, malah katanya kenyang. Sekarang malah lapar” gerutu Seokjin sedangkan bocah yang menerima gerutuan hanya memanyunkan bibirnya.

"Tadi kan memang kenyang, nanti kalau Taetae muntah nuna juga malah-malah” balas Taetae tak terima.

Seokjin memutar matanya malas.

Bocah itu memang paling jago memutar keadaan. Daripada mereka berdebat dipinggir jalan Seokjin memilih mengangsurkan sepotong roti dari dalam tasnya. Yang diterima Taetae dengan mata berbinar.

“Makasih nuna” Seokjin hanya bisa tersenyum. Anak-anak ini selalu membuatnya kesal dan bahagia disaat bersamaan.

“Chimchim mau roti juga” tawarnya dan yang ditanya hanya menggeleng.

“Chimchim cudah kenyang. tadi minum cucu picang”

Nah kalau Taehyung susah menyebut R Maka Jimin lebih parah lagi masih susah menyebut R dan S yang berakhir menjadi L dan C. Padahal usia mereka sudah 6 tahun.  Setahun lagi mereka akan bersekolah dasar.

Dan itu kali pertama mereka bersekolah. Harusnya mereka kini mengenyam pendidikan Taman Kanak-kanak tapi karena Panti kekurangan biaya jadi hanya Seokjin yang mengajari mereka di Panti. Bersyukurlah, Seokjin ingin sekali berterima kasih pada orangtua si kembar karena telah membuat dua anak yang pintar untuk seusianya. Meski Seokjin juga ingin sekali memukul kedua orang tua bodoh yang tega menelantarkan anaknnya.

Mereka tengah berdiri di depan halte. Seokjin tadinya ingin duduk sejenak namun melihat banyak yang tengah menunggu di halte itu mending dia berdiri. Karena akan kerepotan jika nanti mereka berebut tempat duduk di bus. Karena demi tuhan Seokjin membawa dua bocah kecil di kedua genggamannya.  Dan seokjin akhirnya bernapas lega saat dia berhasil mendapatkan satu tempat duduk untuk jimin. Sedangkan Taehyung lebih baik duduk dipangkuannya. Selain menghemat ongkos, Seokjin bisa mengukung tubuh aktif Taehyung yang kalau tak di peluk erat akan bergentayangan kemana-mana. Jujur saja, menghadapi Taehyung sangat menguras tenaga.

Perjalanan terasa lama. Karena memang lokasi yang dituju sangat jauh. Mereka start dari pinggir kota seoul menuju hingar bingar kota Seoul yang menawarkan dunia hedon masyarakat perkotaan. Suara dengkuran halus Taehyung membuat senyum diwajahnya tertarik. Dagunya sengaja disandarkan di kepala Taehyung. Matanya melirik Jimin yang mulai terkantuk-kantuk.

“Jimin tidur saja. Nanti kalau sudah sampai nuna bangunkan” Jimin menggeleng lemah, mengucek matanya sambil sesekali melirik Taehyung. Seokjin sedikit terkekeh.

“Mau tidur dipelukan nuna juga?” godanya dan Namja kecil itu mengangguk lemah. Dia juga ingin dipeluk Seokjin Nuna untuk yang terakhir kalinya. Karena entah kenapa perasaan namja kecil itu mengatakan bahwa ini adalah kali terakhir mereka bertemu. Nunanya akan membawa mereka pergi jauh. Dan meninggalkan mereka disuatu tempat seperti teman-teman pantinya yang lain. Namun daripada menentang kali ini namja kecil itu pasrah. Meski masih kecil dia mengerti bahwa nunanya tidak bisa bersama dirinya. Nuna nya akan memiliki orang lain. Keluarganya mungkin. Dan memikirkan Seokjin berbahagia dengan keluarganya sedikit membuat namja kecil itu tercubit sedih.

Am I a Papa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang