05. 'Kencan'

505 66 8
                                    

Jam 7 malam, Yin sudah duduk manis memasang senyum tampannya menunggu sang pujaan hati. Sebenarnya dia sudah datang beberapa menit yang lalu. Dia tidak ingin membuat Phi War-nya menunggu.

Beberapa menit berlalu, muncul seseorang dari arah pintu dengan agak tergesa. Setelah berhenti di depannya, Yin bisa melihat orang itu masih berusaha mengatur nafasnya.

“Maafkan saya Tuan Yin. Tadi saya kesulitan mendapatkan taksi.” Kata War sambil membungkuk.

Yin memperhatikan wajah War. Dengan sedikit keringat di dahinya, dan nafasnya yang masih memburu, War terlihat sangat seksi.

Ohh Yin... Apa yang kau pikirkan.

“Ehm.. tidak apa-apa Phi. Aku juga belum lama. Duduklah.“ Yin berusaha tenang.

“Terima kasih Tuan.”

“Kita makan dulu Phi. Aku tadi sudah memesan. Semoga kau suka makanan yang aku pesan.” Yin memanggil pelayan untuk menyiapkan hidangan yang tadi sudah dia pesan.

Suasana makan malam sangat tenang. Berbeda dengan suasana hati Yin. Serasa ada yang menabuh genderang di dalamnya. Dia serasa ada di surga hanya dengan melihat wajah War saat makan dengan sangat dekat. Dia berkhayal seandainya dia menjadi sendok yang dapat menyentuh bibir lembut itu.

“Maaf Tuan, apakah ada sesuatu di wajah saya? Sedari tadi Anda melihat ke arah saya.”

“Kau sangat manis.” Gumam Yin tanpa sadar.

“Maaf Tuan Anda bicara apa?” Ternyata War tidak begitu jelas mendengar gumaman Yin.

“Oh tidak ada. Lanjutkan saja makannya.”

“Baik Tuan.”

~YINWAR~


Acara makan selesai. Meja sudah dibersihkan. War mulai mengeluarkan beberapa dokumen dari dalam tasnya. Dokumen tentang Wong’s Group. Dia ingin Yin belajar tentang sejarah Wong’s Group sebagai permulaan.

Melihat hal itu, Yin mulai memutar otaknya. Dia tidak ingin belajar. Dia hanya ingin berdua bersama Phi War-nya.

“Oh Phi aku lupa!! Aku harus membeli buku untuk tugasku besok. Ini sangat penting Phi... Tidak bisa ditunda. Bisakah Phi menemaniku dulu ke toko buku?”

War terdiam memikirkan permintaan Yin. Dia ditugaskan untuk membantu Yin belajar mengenai perusahaan. Bukan untuk menemaninya ke toko buku.

“Ayolah Phi.... Jika tidak mendesak aku tidak akan meminta bantuanmu.” Dengan kurang ajarnya Yin meraih tangan War yang ada di atas meja dan menggenggamnya.

“Baiklah Tuan Yin. Saya akan membantu Anda.” War melepaskan genggaman Yin dan segera memasukkan dokumen-dokumen itu ke dalam tasnya kembali. Setelah itu dia berdiri untuk bersiap pergi.

“Mari Tuan Yin.”

Yin bangkit berdiri. Selama beberapa detik tidak ada satupun dari mereka yang beranjak dari tempat mereka berdiri. Hanya berdiri saling menunggu.

“Silahkan Tuan Yin. Kita bisa pergi sekarang.” Akhirnya War mempersilahkan Yin untuk berjalan lebih dulu. Kebiasaan War sebagai seorang sekretaris, menunggu atasannya berjalan lebih dulu baru dia mengikuti di belakangnya.

Can You Be My Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang