32. Lamaran

319 40 3
                                    

"Apaaa???!!!"

Tiga orang lainnya yang berada di meja makan berteriak secara bersamaan. Mendengar apa yang baru saja dikatakan sang kepala keluarga, siapa yang tidak terkejut.

"Hubungan kalian sudah sejauh ini. Jika War seorang perempuan, dia bisa hamil kapan saja."

"Tapi Phi War seorang laki-laki ayah. Aku sudah melihatnya sendiri."

"Yiiiinnn" War mendesis menyuruh Yin untuk diam. Dia sudah tidak punya muka di hadapan Tuan dan Nyonya Wong. Dari tadi apa yang dikatakan Yin membuatnya malu setengah mati.

"Apa kalian berhubungan hanya untuk bersenang-senang?"

"Tentu saja tidak ayah. Kami benar-benar saling mencintai."

"Lalu kenapa tidak mau menikah?"

"Tentu saja kami mau." Sahut Yin dengan cepat.

"Yiiiinnn" War menoleh kearah Yin menyuruhnya diam. "Maaf ayah, aku dan Yin memang saling mencintai. Tapi untuk menikah....kami belum memikirkannya."

"Phiii...." Yin sedikit kecewa mendengar apa yang dikatakan War.

"Apa kau mau selalu ditiduri oleh laki-laki tanpa adanya sebuah ikatan?"

"Ayah, biarkan mereka memikirkannya terlebih dahulu. Keputusan untuk menikah tidak bisa diambil secara terburu-buru." Akhirnya Nyonya Wong angkat bicara menengahi pembicaraan.

"Pikirkan baik-baik apa yang ku katakan." Setelah itu Tuan Wong pergi dari ruang makan.

"Maksud ayah kalian itu baik. Sebaiknya kalian bicarakan berdua dulu tentang masalah ini."

"Iya ibu."

~YINWAR~

Kini Yin dan War kembali berada di dalam kamar. Mereka duduk bersebelahan di tepi ranjang. Selama beberapa menit mereka hanya terdiam, memikirkan tentang kelanjutan hubungan mereka.

"Apa Phi tidak mau menikah denganku? Bukankah Phi bilang kalau Phi mencintaiku?"

"Aku mencintaimu, tapi menikah tidak hanya butuh cinta saja Yin."

"Aku akan bekerja. Aku akan memenuhi semua kebutuhan Phi."

"Jangan lupa kalau kau masih kuliah. Masih mahasiswa baru."

"Aku bisa bekerja di perusahaan tanpa menunggu lulus kuliah."

"Aku punya mimpi. Aku punya keluarga. Aku ingin membahagiakan dan membuat orang tuaku bangga sebelum aku memutuskan untuk menikah."

"Phi..." Yin pindah dan berlutut di depan War. Tangannya menggenggam kedua tangan War. "Phi punya aku. Kita bisa meraih mimpi itu bersama-sama. Orang tua Phi orang tuaku juga."

"Tidak semudah itu Yin. Dan juga.....aku masih memiliki....Nara." War menatap Yin dengan penuh rasa bersalah.

"Phi masih mencintainya?"

"Aku hanya tidak ingin menyakitinya."

"Tapi Phi sudah melakukannya."

"Kau benar. Aku orang yang jahat."

"Tidak. Aku tidak suka Phi menyalahkan diri sendiri seperti ini. Jika Phi orang yang jahat, maka aku lebih jahat. Aku yang merebut Phi darinya."

"Yin...."

"Kita hadapi ini bersama-sama. Kita akan temui orang tua Phi."

"Hmm." War tersenyum mendengar keyakinan Yin. Dia sudah memilih untuk bersama Yin, jadi mau bagaimanapun dia harus menghadapi hal ini. Dan dengan adanya Yin, dia berharap dia bisa melewati ini semua.

Can You Be My Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang