Setelah acara pertunangan malam itu, semua berjalan seperti biasa. Yin melanjutkan kuliahnya dan sesekali datang ke kantor. Bukan untuk bekerja, tapi untuk melihat calon istrinya. Padahal setiap hari mereka juga bertemu di rumah. Bahkan tidur pun dalam satu kamar.
War juga tetap bekerja sebagai sekretaris Tuan Wong. Hanya saja sekarang Tuan Wong menambah satu sekretaris lagi untuk membantu War agar menantunya itu tidak kelelahan bekerja.
"Sayang, aku rasa kita perlu beli lagi. Ini tidak akan cukup dipakai selama kita disana." Yin menunjukkan kotak kemasan 'pengamannya' yang tinggal beberapa biji.
War menoleh melihat kearah Yin yang memasang wajah innocentnya. "Ck Yin... aku kesana untuk bekerja."
"Phi bekerja dengan ayah di siang hari, malam harinya Phi bekerja untukku." Kata Yin sambil menaik turunkan alisnya.
"Tidak, itu akan sangat melelahkan."
"Ayolah Phi... tempatnya sangat cocok untuk berbulan madu. Kita tidak bisa menyia-nyiakannya."
"Selesaikan berkemasmu, aku mau mandi." War berbalik menuju kamar mandi.
"Phi tidak mau menungguku? Kita bisa mandi bersama."
Brakkk
War membanting pintu kamar mandi. Bukannya karena dia marah pada Yin, tapi dia malu dengan perkataan Yin. Memang mereka sudah bertunangan. Dan mereka juga tidak jarang melakukan 'hal itu'. Tapi kalau mereka membahas hal seperti itu, tetap saja dia merasa malu.
Esok harinya, keluarga Wong dan juga War pergi ke Phuket untuk keperluan bisnis. Wong's Grup akan membeli sebuah hotel disana dan berencana mengembangkannya menjadi hotel berbintang. Sebenarnya hanya Tuan Wong dan War yang berkepentingan disana. Namun Yin bersikeras ingin ikut Phi nya. Jadi sekalian saja Tuan Wong mengajak istrinya untuk pergi berlibur.
"Sayang, sini aku bawakan."
"Tidak perlu aku bisa sendiri."
"Tapi nanti Phi lelah. Sini biar aku yang bantu." Yin berusaha menarik koper yang dibawa War.
"Tidak Yin, aku bisa membawanya sendiri. Aku laki-laki jika kau lupa."
"Apa kalian akan terus berdebat di atas? Cepat turun, kita bisa terlambat." Tuan Wong menengahi perdebatan Yin dan War di ujung tangga lantai dua.
Dengan berat hati akhirnya Yin mengalah karena dia tidak mau Phi nya marah padanya.
Mereka berangkat menuju bandara Suvarnabhumi untuk selanjutnya naik pesawat menuju Phuket. Hanya dengan menempuh waktu satu setengah jam perjalanan, mereka sudah sampai di bandara Phuket. Untuk tempat menginap, Tuan Wong telah menyewa sebuah villa. Dia ingin keluarganya merasa nyaman tanpa gangguan dari pengunjung lain.
"Kalian bisa memilih kamar manapun yang kalian suka." Kata Tuan Wong.
"Aku akan melihat-lihat dulu." Setelah itu Yin pergi untuk mengecek kamar satu persatu.
"Pertemuannya masih lama kan? Kalian bisa istirahat dulu."
"Iya, sore ini jam 4." Jawab War.
"Masih ada waktu beberapa jam."
"Ibu akan memesan makan siang untuk kalian."
"Iya Ayah, Ibu."
"Phi, aku sudah mendapatkan kamar yang bagus. Ayo ikut aku." Yin kembali dan langsung menarik tangan War tanpa berpamitan pada orang tuanya.
"Apa Ayah juga akan memilih kamar?" Tanya Nyonya Wong.
"Lebih baik kita ambil kamar di sebelah sana yang jauh dari kamar mereka. Aku tidak mau waktu tidurku terganggu karena mereka pasti berisik di tengah malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Be My Love?
FanfictionKisah seorang siswa senior high school dan semua usahanya untuk menarik perhatian seorang sekretaris yang ambisius