36. Pertunangan

316 37 11
                                    

Ballroom di salah satu hotel milik keluarga Wong kini sudah dihias dengan begitu mewah dan elegan. Beberapa jam ke depan di tempat ini akan diadakan sebuah acara besar. Acara pertunangan putra tunggal keluarga Wong. Jadi sangat tidak mengherankan jika acara ini diadakan dengan luar biasa megah.

Tamu undangan yang akan hadir nanti adalah para rekan bisnis Tuan Wong, sanak keluarga dari Yin dan juga War, dan beberapa awak media yang sudah ditunjuk sendiri oleh Tuan Wong. Untuk meliput acara besar ini, Tuan Wong tidak ingin melibatkan begitu banyak media karena hal itu bisa saja membuat apa yang diberitakan nanti jauh berbeda dengan kenyataan.

"Oh...adikku yang tampan kenapa hari ini terlihat begitu cantik?" Seorang wanita memasuki sebuah kamar dimana War berada.

"Phi~~ aku masih tetap tampan~~" Jawab War sambil menatap kakak perempuannya itu.

"Lihatlah bahkan sekarang kau sudah pandai merajuk."

"Phi May, aku laki-laki dan aku tidak sedang merajuk."

"Tapi kau akan segera menjadi istri." May tidak berhenti menggoda sang adik.

"Dimana Melody? Phi meninggalkannya sendirian?" War berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keberadaan keponakan cantiknya.

"Dia berada di kamar Tania, dengan ibu juga. Bagaimana? Apa kau merasa tegang? Dulu waktu aku menikah juga seperti ini."

"Ini bukan pernikahan, Phi. Hanya bertunangan."

"Pernikahan atau pertunangan sama saja. Intinya kau akan terikat selamanya dengan seseorang. War, jalan yang kau pilih mungkin tidak mudah. Mungkin banyak orang di luar sana yang belum bisa menerima cinta kalian. Apalagi keluarga Wong adalah keluarga yang terpandang, seorang publik figur. Tapi kau harus tahu kalau kami akan selalu berada di belakangmu. Bahagialah adikku." May membuka kedua tangannya agar War masuk ke dalam pelukannya.

War menghambur ke pelukan May. Merasakan pelukan hangat kakak tercintanya. Hingga tanpa terasa air matanya pun jatuh.

"Sudah jangan menangis, nanti kau tidak cantik lagi." Kata May sambil mengusap punggung War.

"Aku tampan Phi."

"Iya...iya...kau tampan Nyonya Anan Wong."

"Phi!!!"

Sementara itu di sebuah kamar lainnya, seorang pria tengah mematut dirinya di depan cermin, mengagumi betapa tampannya dia saat ini. Namun tiba-tiba kedatangan dua orang perusuh membuat heboh ruangan yang tadinya sepi.

"Sial Yin! Kau tidak pernah memberi kabar apapun pada kami dan tiba-tiba kau bertunangan dengan Phi War!" Protes Prom begitu dia memasuki kamar.

"Ayo ceritakan bagaimana kau mendapatkan Phi War." Desak Bonz.

"Ceritanya panjang, aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni kalian. Calon istriku sudah menunggu." Jawab Yin dengan bangganya.

"Atau jangan-jangan kau sudah menghamili Phi War??"

Plak!

"Phi War seorang laki-laki, mana bisa dia hamil." Prom yang berada di dekat Bonz refleks menggeplak kepala temannya itu begitu mendengar pertanyaan Bonz.

"Siapa tahu kalau Phi War itu laki-laki istimewa yang bisa hamil."

"Kalian datang kesini hanya untuk ribut? Tidak ingin memberi ucapan selamat untuk sahabatmu ini?" Yin mencoba menghentikan perdebatan Prom dan Bonz.

"Hei Yin, kau ini gila atau apa? Kita ini baru lulus, masih mahasiswa baru. Lalu kau sudah melamar seseorang. Serius kau ingin menikah muda? Tidak takut menyesal nantinya?" Tanya Prom.

"Penyesalanku hanya jika tidak mendapatkan Phi War. Aku rela memberikan masa mudaku untuknya. Kalian tahu kan aku sangat mencintainya, jadi jangan tanyakan pertanyaan bodoh seperti itu."

"Yaa kan siapa tahu...."

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu menginterupsi perkataan Prom. Pintu perlahan terbuka dan seorang bawahan Tuan Wong muncul dari balik pintu.

"Maaf Tuan Yin, Anda dimohon untuk segera ke tempat acara."

"Iya, aku akan segera kesana. Sebentar lagi kalian akan melihat temanmu ini berada satu level diatas kalian." Kata Yin bangga dengan menunjuk kearah Prom dan Bonz setelah sebelumnya berkata kepada bawahan ayahnya.

Yin diikuti Prom dan Bonz keluar dari kamar dan menuju tempat acara. Semua orang telah berkumpul disana tapi Yin belum melihat sang pujaan hatinya. Yin mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan War. Dan lihat...War baru saja keluar bersama ibunya. Dengan mengenakan tuxedo putih War terlihat bagaikan malaikat di mata Yin. Sangat berkilau.

Tanpa membuang waktu, Yin segera menghampiri War. "Phi, kau sangat cantik." Kata Yin begitu dia tiba di hadapan War.

"Ehemm" Ibu War berusaha mengalihkan perhatian Yin.

"Ibu juga cantik, tapi Phi War lebih cantik malam ini." Kembali Yin menoleh kearah War.

"Dasar anak muda. Ayo kita kesana, ayahmu sudah menunggu." Kata ibu War mengajak Yin dan War menuju tempat duduk mereka.

"War, apa kau gugup? Tenang saja, kau hanya perlu berdiri di samping Yin. Anggap saja seperti pertemuan bisnis biasa." Ucap Tuan Wong saat melihat War yang terlihat gugup.

"Iya ayah." War memang terlihat gugup kali ini. Dari tadi dia hanya diam tanpa menanggapi ocehan Yin.

"Apa ayah tidak bertanya padaku?" Protes Yin.

"Aku tahu kau tidak gugup, kau terlihat sangat bersemangat."

"Tuan Wong, acara bisa dimulai." Salah satu bawahan Tuan Wong memberitahu. Tuan Wong segera bangkit dan berjalan menuju podium.

"Selamat malam para tamu undangan yang terhormat. Suatu kehormatan bagi saya karena anda semua berkenan hadir malam hari ini. Acara malam ini sangat spesial karena putra tunggal dari keluarga Wong akan meminang seorang Ratsameerat sebagai pasangan hidupnya. Yin dan War silahkan maju ke depan." Tuan Wong membuka acara dan meminta Yin dan juga War untuk berdiri di sampingnya.

Yin menyerahkan tangannya untuk digenggam War dan menggandengnya untuk menuju podium. Seluruh tamu undangan tidak terkejut melihat kemesraan pasangan tersebut. Hanya saja mereka tidak menyangka jika Tuan Wong akan mengadakan pesta besar untuk pertunangan putra mereka yang bisa dikatakan 'berbeda' ini.

"Para tamu hadirin sekalian, saya meminta Anda sekalian untuk menjadi saksi pertunangan antara Yin Anan Wong dan War Wanarat Ratsameerat."

Semua tamu yang hadir bertepuk tangan ketika Yin memasangkan cincin di jari manis War. Begitu juga sebaliknya, War memasangkan cincin di jari manis Yin. Sepasang cincin yang melambangkan cinta mereka yang tidak pernah berakhir. Cincin yang membuktikan keseriusan hubungan cinta mereka. Cincin yang mengikat hati, tubuh dan jiwa mereka.

Cup

Yin mengecup punggung tangan War setelah acara pemasangan cincin. "Aku mencintaimu, Phi." Ucap Yin dengan menatap mata War tulus.

"Aku juga mencintaimu, Yin."

Senyuman mereka mengembang di tengah riuh sorak dan tepukan tangan para undangan. Biarlah mereka semua menjadi saksi cinta Yin dan War sampai mereka bersanding di pelaminan nanti.

END

Can You Be My Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang