23. Restu

358 49 12
                                    

Di ruang keluarga mansion keluarga Wong, 4 orang duduk saling berhadapan. Dua orang sedang duduk menunduk di hadapan dua orang lainnya.

Kedatangan Tuan Wong yang tiba-tiba tadi sungguh membuat mereka terkejut, apalagi War. Dia bahkan sampai mendorong Yin hingga Yin hampir terjatuh dari sofa.

Hingga beberapa menit berlalu, masih belum ada yang bersuara diantara mereka. Suasananya begitu aneh dan canggung. War merasakan takut dan malu. Sementara Yin, dia sedang sibuk merangkai kata apa yang harus ia sampaikan pada ayah dan ibunya.

"Apa diantara kalian tidak ada yang mau bicara?" Tuan Wong menatap Yin dan War bergantian. Dia sudah cukup bersabar menunggu penjelasan dari Yin dan juga War.

"Tuan Wong sebenarnya ini...."

"Aku mencintai Phi War, Ayah." Yin memotong perkataan War dengan pengakuannya.

"Lalu?"

"Kami saling mencintai." Yin meraih tangan War dan menggenggamnya. War terkejut dengan pengakuan Yin. Dia tidak menyangka Yin akan seberani ini mengaku pada kedua orang tuanya.

"Jadi selama ini kau pergi ke Khon Kaen untuk mengejar War?"

"Benar ayah."

"Bukannya kau bilang dia seorang gadis?"

"Aku tidak pernah bilang begitu." Bantah Yin. Ayahnya saja yang berpersepsi keliru menganggap Yin pergi demi seorang gadis.

"Jadi sekarang kalian sedang menjalin hubungan?"

"Iya ayah. Jika ayah menyuruhku berpisah dari Phi War, aku tidak mau. Aku akan tetap bersama Phi War meski ayah melarangku." Yin semakin menggenggam tangan War erat.

"Apa yang kau bicarakan? Siapa yang akan memisahkan kalian?" Tuan Wong terkejut dengan perkataan nglantur Yin.

"Jadi ayah merestui kami?" Tanya Yin dengan mata berbinar.

"Sebenarnya ayah sudah mengetahui hal ini sejak melihat kalian berciuman di kantor. Aku sudah bisa menebak ada sesuatu diantara kalian. Bahkan kalian berdua dengan tidak tahu malunya bermesraan di kantor."

"Mereka melakukan itu?" Nyonya Wong terkejut dan menatap suaminya.

"Masih hampir, Yah. Seharusnya ayah jangan muncul dulu jadi kami bisa berciuman." Jawab Yin enteng.

"Yin!" War menggeram mendengar apa yang dikatakan Yin. Dia sudah menahan rasa malu dan takutnya dari tadi. Tapi anak ini benar-benar tidak punya malu.

"Dasar anak ini! Aku tidak mengijinkan kalian melakukannya di kantor. Jaga sikap kalian saat di tempat kerja."

"Maafkan saya Tuan Wong." War menunduk meminta maaf.

"Jadi... Ayah dan ibu tidak akan melarang hubungan kami kan?"

"Apa kalian bahagia dengan hubungan yang kalian jalani ini?" Tanya Nyonya Wong setelah dari tadi hanya diam sebagai pendengar.

"Tentu saja bu. Aku sangat mencintai Phi War." Jawab Yin dengan menatap mata War.

"Hah baiklah." Tuan Wong menghela nafasnya. "Aku harap kalian menjaga hubungan kalian baik-baik. Bisa saling menjaga dan saling mengerti. Dan juga aku tidak ingin hal ini mengganggu pekerjaan kalian. Ingat, jaga sikap kalian saat di kantor. Sekali aku melihat kalian melakukan hal-hal aneh di kantor, kalian harus menanggung akibatnya."

War sedikit terkejut dengan ancaman Tuan Wong. Sungguh dia tidak mau kalau sampai dipecat dari pekerjaannya. Mendapatkan posisi sebagai sekretaris Tuan Wong tidaklah mudah. Apalagi jika nanti harus kehilangan Yin juga. Dia takut jika hal itu terjadi. Namun di tengah pikirannya yang sedang melayang, War dikejutkan oleh sebuah pelukan erat dan ciuman di pipinya.

"Phi War aku sangat mencintaimu!" Yin memeluk dan mencium pipi War di depan kedua orang tuanya.

War masih diam karena terkejut dengan apa yang dilakukan Yin. Tuan Wong mengusap wajahnya, tidak habis pikir dengan putra tunggalnya yang sungguh tidak tahu malu. Sementara Nyonya Wong hanya tersenyum malu melihat kelakuan putra kesayangannya ini. Namun dia sungguh bahagia melihat Yin mencintai orang yang tepat.

"Phi tunggu disini sebentar ya. Aku akan mandi dan mengambil beberapa pakaian. Setelah itu kita pulang." Yin berdiri dan akan pergi ke kamarnya.

"Pulang kemana maksudmu?" Tanya Tuan Wong menghentikan Yin.

"Tentu saja ke apartemen Phi War. Sekarang aku pacarnya Phi War jadi aku akan tinggal dengannya." Tanpa mendengarkan gerutuan Tuan Wong, Yin berlari kearah kamarnya.

"Dasar bocah nakal itu!" Tuan Wong memijit pelipisnya pusing. "War, apa kau akan tahan meladeni bocah seperti dia?"

War tersenyum mendengar pertanyaan Tuan Wong. Memang jika seperti ini sifat bocah Yin sungguh terlihat. Nakal, kekanakan dan tidak tahu malu. Tapi War juga sudah tahu seberapa 'dewasa'nya Yin ketika mereka hanya berdua. Dan War menyukai dua sisi dari Yin tersebut. Hal yang membuat War merasa nyaman berada dekat dengan Yin.

~YINWAR~

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju apartemen War. Namun di tengah perjalanan, Yin menghentikan mobilnya di depan sebuah mini market.

"Phi tunggu disini sebentar ya. Ada sesuatu yang harus kubeli. Apa Phi ingin menitip sesuatu?"

"Tidak perlu." Jawab War lesu, dia terlihat sangat mengantuk.

"Phi tidur saja jika mengantuk. Aku pergi dulu ya." Yin keluar dari mobil dan masuk ke mini market.

Beberapa menit kemudian Yin kembali ke mobil dan melihat War sudah tertidur pulas. Yin memandangi wajah bayi War ketika tidur. Benar-benar sangat manis dan imut. Dia ingin sekali menciumnya saat ini, namun takut mengganggu tidur War. Yin melepaskan jaketnya untuk menyelimuti tubuh War. Kemudian dia kembali melajukan mobilnya menuju apartemen War.

Sampai di gedung apartemen War, Yin ragu akan membangunkan War atau tidak. Akhirnya dia memutuskan untuk menggendong War naik ke kamarnya. Dia menggendong tas di punggungnya dan menggendong War secara bridal style. Namun baru sampai lift, War sudah terbangun.

"Yin, kau bisa menurunkanku." War bergerak dalam gendongan Yin.

"Phi diam saja nanti jatuh. Sebentar lagi kita sampai di kamar." Yin mengeratkan gendongannya karena War yang terus bergerak. Akhirnya War diam dan mengalungkan lengannya di leher Yin.

Sampai di depan kamar, War membuka pintu kamarnya menggunakan card lock masih dengan posisi War dalam gendongan Yin.

"Sekarang kau bisa menurunkanku, Yin. Apa kau tidak merasa berat?" Sesampainya di dalam kamar, Yin juga tidak segera menurunkan War.

"Phi tidak berat. Aku bisa terus menggendong Phi seperti ini."

"Jangan gila! Cepat turunkan aku!" War kembali bergerak-gerak dalam gendongan Yin.

"Phi ingin kuturunkan dimana? Di ranjang atau..."

"Turunkan.aku.disini."

"Baiklah... Baiklah..." Dengan perlahan Yin menurunkan War. Dia suka menggendong War seperti tadi. Meskipun berat tapi dia merasa bisa begitu dekat dengan War.

"Phi mau kemana?" Yin bertanya begitu melihat War bergerak pergi meninggalkannya.

"Tentu saja mandi. Aku ingin segera mandi dan kembali tidur." War berjalan kearah kamarnya meninggalkan Yin di ruang tamu.

"Ohhh..." Yin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu berjalan menyusul War ke kamar. Dia mendudukkan dirinya di ranjang, bermain dengan ponselnya sambil menunggu Phi tercintanya selesai mandi.

TBC

Can You Be My Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang