Sudah satu minggu sejak malam itu. Malam dimana dia dan Yin melakukan suatu hal yang begitu liar. Dan sejak saat itu, mereka tidak pernah bertemu.
War tidak tahu, apakah Yin menghindarinya atau apa. Yin tidak datang ke kantor dan juga tidak menghubunginya. Ataukah Yin marah padanya karena dia memaksa Yin melakukan hal itu? Meski mungkin dia melakukannya dengan setengah sadar, tapi dialah yang meminta Yin untuk tinggal bersamanya malam itu.
Awalnya War tidak memikirkan hal ini karena kesibukannya yang bertambah sejak Tuan Wong tiba beberapa hari yang lalu. Tapi ini sudah satu minggu, dan mau tidak mau War jadi memikirkannya.
Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya ingin bertemu Yin. Dia ingin tahu bagaimana kabar Yin. Ingin tahu alasan apa yang membuat Yin tidak menghubunginya sama sekali. Dia ingin bicara dengan Yin. Dia ingin melihat wajah Yin. Dia....merindukan Yin.
War terkejut dengan pemikirannya sendiri. Benarkah dia merindukan Yin?
Yin hanyalah anak dari atasannya. Dia orang lain bagi War. Harusnya dia lebih merindukan kekasihnya daripada Yin. Namun perasaannya seperti tak tertahankan. Seperti akan meledak jika dia tidak segera bertemu dengan Yin.
Dan disinilah War sekarang. Di depan mansion keluarga Wong. Entah apa yang dia pikirkan sampai beraninya dia datang ke kediaman atasannya ini.
Dia hanya berdiri di depan pintu gerbang. Bimbang ingin memencet bel atau dia harus kembali. Dia tidak tahu apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Dalam pikirannya hanya ingin bertemu Yin.
Tin Tin
Suara klakson dari belakangnya membuat War terkejut dan berbalik. Dia melihat Yin duduk di kursi kemudi. Namun Prom lah yang keluar dari pintu mobil sebelah kiri. War tidak memperhatikan jika ada orang lain di dalam mobil itu. Fokusnya hanya ada pada Yin.
“Phi War, apa yang kau lakukan disini?” Prom menghampiri War dan merangkul pundaknya.
War tidak menjawab, ia hanya beralih menatap kearah Yin yang masih berada dalam mobil yang juga sedang menatapnya.
“Masuklah ke mobil Phi, kita sama-sama masuk ke dalam. Mungkin Phi War ingin bertemu ayah Yin?” Ajak Prom dan membawa War masuk ke mobil, duduk di depan di samping Yin.
“Hai Phi War.” Sapa Bonz yang ada di kursi belakang.
“Hai.” Ternyata Bonz juga ada disini. Dan War benar-benar tidak menyadari keberadaan mereka tadi.
Yin melajukan mobilnya masuk ke halaman mansion. Lalu berhenti tepat di depan pintu masuk.
“Phi, kita akan bersenang-senang hari ini. Phi mau ikut?” Bonz keluar dari mobil dan langsung menghampiri War.
War hanya mengerutkan alisnya mendengar kata ‘bersenang-senang’. Prom yang mengerti pikiran War langsung menepuk bahu War.
“Tenang saja Phi, ini bukan bersenang-senang seperti yang Phi pikirkan. Kita akan main game, menonton film, dan makan gratis di rumah Yin. Bersenang-senang setelah ujian Phi.” Jelas Prom.
“Ohh kalian baru selesai ujian?”
“Benar Phi, ayo bergabung dengan kami.” Bonz mengajak War masuk menyusul Yin yang sudah masuk terlebih dulu.
War menatap punggung Yin dari belakang. Dia merasa jika Yin benar-benar menghindarinya. Sejak tadi dia tidak mengajaknya bicara, bahkan menyapa pun tidak. Benarkah Yin sedang marah padanya?
War tetap mengikuti kemana Bonz dan Prom menggiringnya. Dia tidak sadar jika dia sudah masuk ke kamar Yin. Prom dan Bonz mungkin sudah sering keluar masuk kamar ini. Namun berbeda dengan War. Ini pertama kali baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Be My Love?
FanfictionKisah seorang siswa senior high school dan semua usahanya untuk menarik perhatian seorang sekretaris yang ambisius