Saat ini War sudah duduk manis di dalam pesawat yang akan membawanya ke Khon Kaen. Sebelum berangkat tadi, dia sempat berdebat dengan Yin.
Yin bersikeras ingin mengantarkan War ke bandara. Namun War ingin Yin segera pulang. Dia berpikir Tuan dan Nyonya Wong pasti khawatir karena Yin belum pulang dari kemarin.
Dengan sedikit ancaman kalau War tidak akan mengangkat telepon dari Yin jika Yin tidak mendengarkannya, akhirnya Yin mengalah. Dia dengan terpaksa pulang dan membiarkan War berangkat ke bandara dengan naik taksi.
War tersenyum mengingat sifat kekanakan Yin. Wajar sebenarnya karena Yin memang masih bocah, baru akan lulus senior high school. Namun laki-laki yang ia sebut bocah itu sudah memikat hatinya. Dia akui dia telah jatuh cinta pada Yin. Hanya saja dia tidak mampu mengatakannya.
Sepertinya tidak hanya Yin yang akan merindukannya. Karena dia sekarang pun sudah sangat merindukan Yin.
Sementara itu, Yin sudah sampai di kediamannya. Dia memasuki mansion mewah itu dan menemukan ibunya sedang sibuk membuat kue di dapur.
"Ibu aku pulang."
Nyonya Wong melihat anaknya berjalan mendekatinya dengan lesu. "Sayang, darimana saja kau ini? Kenapa semalaman tidak pulang hmm?"
"Ibu aku lapar...." Yin tidak menjawab pertanyaan ibunya.
"Apa kau ditelantarkan sampai kelaparan seperti ini?" Nyonya Wong mencoba menggoda Yin.
"Anggap saja seperti itu Bu. Menyedihkan sekali." Yin memeluk perut ibunya.
"Apa kau sudah mandi? Kau belum mengganti bajumu dari kemarin. Cepat mandi. Ibu akan menyiapkan makanan untukmu." Nyonya Wong mengusap lembut tangan Yin.
Dengan lesu Yin pergi dari dapur dan naik ke lantai dua. War baru berangkat beberapa saat yang lalu tapi dia sudah terlihat begitu menyedihkan. Bagaimana bisa dia bertahan selama 5 hari nanti?
Yin masuk ke kamar mandi, melepas pakaiannya dan menuju shower box. Mungkin guyuran air shower dapat mendinginkan kepalanya. Dia harus memikirkan bagaimana caranya untuk mengatasi rasa rindunya ini.
Dan benar saja, di tengah acara mandinya dia mendapatkan ide yang cemerlang. Kalau saja dia mengetahui alamat War di Khon Kaen, bukankah dia bisa menyusulnya? Tapi masalahnya dia tidak tahu alamatnya.
Haruskah dia bertanya pada ayahnya? Tidak. Ayahnya pasti bertanya macam-macam nanti. HRD? Ya, bagian HRD pasti menyimpan semua data karyawan perusahaannya. Kenapa hal ini tidak terpikirkan dari tadi?
Kini Yin begitu bersemangat menyelesaikan acara mandinya dan ingin segera pergi ke perusahaan.
Yin menuruni anak tangga dengan setengah berlari. Dia melihat ibunya menyiapkan sarapan untuknya di meja makan dan Yin langsung duduk di depannya.
"Bu, setelah ini aku mau ke perusahaan."
Nyonya Wong heran dengan mood anaknya yang sudah berubah. Tadi dia terlihat sangat lesu, namun sekarang jadi begitu bersemangat. Apakah makanan bisa merubah mood seseorang secepat itu?
~YINWAR~
Begitu sampai di perusahaan, Yin segera mencari dimana letak kantor HRD. Dia akan menemui kepala HRD secara langsung. Begitu dia menemukan ruangannya, tanpa mengetuk Yin langsung membuka pintunya. Tentu saja kepala HRD yang berada di dalam ruangan sangat terkejut apalagi melihat putra bosnya lah yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Oh Tuan Yin ada perlu apa Anda datang kemari? Apa ada yang bisa saya bantu?" Kepala HRD segera berdiri dan menyambut kedatangan Yin yang tiba-tiba.
"Aku ingin tahu alamat karyawan atas nama War Wanarat. Bisakah kau mencarikannya untukku?" Tanpa basa-basi Yin langsung mengatakan tujuannya datang kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Be My Love?
FanfictionKisah seorang siswa senior high school dan semua usahanya untuk menarik perhatian seorang sekretaris yang ambisius