Note: Pengen discontinue rasanya, tapi sayang.
.
."Jelaskan."
Taehyun masih memilih untuk bungkam. Suara rendah itu terdengar berbahaya. Salah bicara mungkin akan menjadi masalah untuknya. Sooobin yang sedang marah bukan orang yang ingin ia hadapi sama sekali. Walau orang ini pandai menyembunyikan ekspresi wajahya, tapi dengan sekali lihat saja ia sudah cukup yakin bahwa bosnya ini sedang marah.
Ini bermula ketika ia akhirnya menemukan ponsel milik Beomgyu di dekat tangga darurat. Benda itu masih menyala, GPS-nya aktif menandakan si pemilik ingin ada seseorang yang menemukannya. Beomgyu tahu gerakannya diawasi oleh Taehyun selama ini melalui ponselnya. Tapi alih-alih langsung menghubunginya, orang ini malah menghubungi orang lain yang bahkan tidak ada di tempat kejadian sama sekali. Taehyun sejak awal tidak pernah mengerti jalan pikiran Beomgyu. Ketika ia sudah mengira bahwa Beomgyu akan melakukan A, yang terjadi justru ia malah melakukan B, atau sebaliknya. Jalan pikirannya sebenarnya sederhana, tapi justru karena terlalu sederhana malah berakhir menjadi di luar dugaan.
Taehyun menarik nafasnya, "ada seseorang yang menculik Beomgyu-hyung?"
Ia tidak yakin dengan jawabannya, tapi kemungkinan yang itu terasa lebih masuk akal. Ingin mengatakan kabur, tapi semua petunjuk malah menunjukkan hal yang sebaliknya. Beomgyu itu bukan hanya punya pemikiran yang sederhana, tapi juga penuh perhitungan. Kabur dari mereka akan lebih banyak merugikan untuknya daripada tetap tinggal—walau keduanya sama-sama merugikan.
Orang itu luarnya saja yang menyebalkan dan terlihat tidak pedulian, tapi bahkan Taehyun yang hanya beberapa bulan mengenalnya saja sudah bisa cukup untuk melihat—bahwa Choi Beomgyu itu lebih senang menghindari masalah, dengan mengambil jalan yang lebih sedikit merugikannya, walau takdir jarang sekali berbaik hati padanya dan keberuntungan seakan enggan menghampirinya.
Contohnya, ya seperti sekarang ini. Apa yang menyebabkannya sampai harus keluar dari kamar, padahal ia akan lebih aman di dalam sini?
"Ponselnya kutemukan di tangga darurat, dan dia mengirim pesan tolong pada... seseorang."
Taehyun menggerakkan jemarinya perlahan secara acak dalam genggamannya. Hanya ada dirinya dan Soobin di kamar ini dan itu bukan hal yang menyenangkan. Berbeda dengan Yeonjun yang lebih gamblang menunjukkan apa yang akan dilakukannya ketika ada masalah, Choi Soobin itu lebih terlihat seperti bom waktu. Di satu sisi, harus ia akui bahwa ia mengagumi bagaimana orang itu mengendalikan emosinya. Tapi di sisi lain, ia takut. Emosi macam apa yang akan dikeluarkannya di saat seperti ini?
Soobin masih dalam posisinya, berdiri dengn bersandar pada salah satu lengan sofa di dekat jendela. Tatapannya terfokus ke arah luar jendela. Ingin marah? Jelas saja. Dua belas tahun bukan waktu yang singkat untuknya terus menunggu. Obsesi gilanya pada bocah yang bahkan belum menginjak usia belasan kala itu yang membuatnya melepaskan Beomgyu—untuk kemudian membuat anak itu pada akhirnya sampai di tangan anak tengah keluarga Kim. Lalu menunggu, sampai bocah itu bisa menyadari posisinya yang sebenarnya. Sayangnya kematian Kim Taehyung ada di luar prediksinya, walau sedikit lebih menguntungkannya.
Lalu sekarang bocah itu menghilang—lagi?
"Taehyun..."
Ia tersentak, nyaris terlonjak ketika namanya disebut dengan suara rendah yang bahkan nyaris tidak terdengar. Posisinya yang hanya ada mereka di ruangan itu membuat bisikan halus itu lebih terdengar jelas—tapi juga menakutkan. Kapan ia akan keluar dari ruangan ini? Rasanya sesak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fanfiction"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...