16

452 33 2
                                        

Warning : percayalah, tidak seperti yang kalian harapkan haha.

.
.
.
.


Rintihan tertahan terdengar, di tengah remang yang dingin. Beomgyu meremat kemeja putih sang dominan yang telah kusut. Bibir keduanya tertaut, saling beradu lidah walau akhirnya ia sendiri kewalahan menghindari permainan Soobin. Tubuhnya bergerak gelisah di pangkuan Soobin ketika laki-laki itu perlahan mengusap punggung telanjangnya, lalu turun ke bawah hingga dirasakannya jemari panjang itu kini bermain dengan lubangnya.

Kamar itu gelap, satu-satunya cahaya hanya berasal dari luar sana yang merambat masuk melalui jendela kaca. Ditambah dengan interior yang didominasi gelap, Beomgyu bahkan merasa seperti ia tengah berada di kamar pribadi milik Soobin di kediamannya.

Ia melepaskan tautan bibir keduanya ketika dirasakannya pasokan udaranya mulai menipis Iris keduanya saling beradu, Hanya ada hasrat dan kilatan nafsu di dalamnya. Beomgyu masih berada di bawah pengaruh obat perangsang, tapi ia sepenuhnya sadar. Tubuhnya masih terasa panas dan sentuhan-sentuhan Soobin yang terlalu lembut pada tubuhnya hanya membuatnya semakin menginginkan orang ini untuk merusaknya.

Tidak, sejak awal ia memang sudah rusak. Jauh sebelum ini, hati dan pikirannya telah lebih dulu hancur. Ia bukannya tidak tahu apapun. Apa yang terjadi pada hidupnya atau orang-orang yang sempat bersinggungan takdir dengannya.

Mungkin itu juga, yang membuatnya tidak memiliki keberanian untuk menemui Jungkook di rumah sakit.

Segalanya adalah kesalahannya, sepenuhnya. Apa yang terjadi pada Jungkook atau Taehyung.

“Aaahh…”

Beomgyu mendongakkan kepala dengan kedua mata yang terpejam ketika jemari panjang milik sang dominan bergerak dengan sangat perlahan, memaksa untuk masuk terlalu dalam. Jemarinya meremat lengan kemeja Soobin, terlalu keras hingga rasanya mungkin akan menimbulkan sedikit memar jika dibiarkan.

"Lebih dalam... aahh..."

Ia tersentak, ketika laki-laki itu dengan sengaja menambah dua jari sekaligus dan tanpa peringatan langsung menggerakkannya dengan cepat.

"Kau memerintahku?"

Kepalanya mendadak pusing, di tengah rasa sakit yang mendera lubang belakangnya, dan kenikmatan yang sesekali terasa. Laki-laki ini jelas tidak punya perasaan, seenaknya memasukkan tiga jari sekaligus ke dalam lubangnya yang masih kering.

Ah, sialan. Persetan dengan harga diri, miliknya sudah hilang sejak lama sekali.

Beomgyu menyeringai, sebelah tangannya yang sedari tadi berpegangan pada lengan baju Soobin bergerak perlahan, menyusuri dada bidang sang dominan dan membuka kancing kemejanya satu persatu.

"Apa peduliku? Lubangku lebih membutuhkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada hanya tiga jari sialan ini, dan..."

Ia jelas dengan sengaja menggerakkan pinggulnya, hanya sedikit tapi reaksinya sesuai harapan. Sebelah tangannya yang lain mengelus perlahan gundukan di antara selangkangan laki-laki itu.

"Milikmu jelas butuh dipuaskan bukan... Tuan Choi?"

Sang dominan menyeringai. Iris gelap milik Beomgyu menatapnya penuh hasrat. Tidak ada yang lebih baik dari mangsa yang dengan sukarela jatuh ke dalam jebakan.

Rencananya sempurna.

.
.
.

Mobil hitam itu berhenti hanya berjarak seratus meter dari pelabuhan. Sang pengemudi menatap jam di dashboard. Waktu nyaris menunjukkan tengah malam, hanya tinggal menunggu lima menit dan hari akan berganti. Asap mengepul dari gelas karton dekat kemudi. Suasana sekelilingnya sepi, dan gelap. Sesekali cahaya dari senter penjaga keamanan terlihat menyorot secara acak.

FREIER VOGEL || SooGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang