18

313 32 1
                                    

Note: ending sudah di depan mata, eh belokannya kebanyakan hehe.

.
.
.

Beomgyu masih berjalan tidak tentu arah. Wajah-wajah tak dikenal adalah yang tertangkap indera penglihatannya. Ponsel miliknya ia genggam erat, ingin digunakan tapi ia bahkan tidak tahu harus menghubungi siapa. Jemarinya sesekali bergerak menggeser layar. Tak banyak kontak yang disimpannya, itu pun hanya orang yang dikenal dekat dengannya.

Gerakannya terhenti ketika nama Hwang Minhyun muncul. Laki-laki itu seorang polisi, ia tidak terlalu mengenalnya dengan baik selain dari bahwa ia adalah kakak laki-laki Hyunjin.

Pemuda itu menahan nafasnya. Apa yang akan terjadi seandainya ia menghubungi anggota polisi itu?

Tidak, tidak. Jangan bodoh.

Ia baru akan melangkahkan kakinya, sebelum kembali terdiam. Iris gelapnya melebar. Wanita itu di sana. Tidak terlalu jauh darinya tapi sepertinya keramaian di lobby membuatnya tidak menyadari keberadaannya.

Yang benar saja.

Beomgyu kembali menatap layar ponselnya. Ada seseorang yang bisa dihubunginya, dan mungkin anak itu akan memberitahu Taehyun. Tidak pasti, tapi kemungkinan semacam itu tidak ada salahnya untuk dicoba. Setidaknya kemungkinan lima puluh berbanding lima puluh tidak terlalu buruk.

Ia membalikkan badannya berjalan menjauh dari keramaian, tanpa menyadari wanita yang sedari tadi diperhatikannya kini tengah menatapnya yang sedang berlari.

.
.
.

Beomgyu berdiri dekat tangga darurat, menatap layar ponsel dan seketika merasa ragu. Wanita itu belum tentu melihatnya, ia hanya perlu kembali ke kamarnya tadi dan menunggu kedatangan siapapun. Soobin cukup berani meninggalkannya seorang diri di kamar itu dengan ponsel dan key card, seolah percaya kalau ia tidak akan kabur begitu saja.

Layar masih menunjukkan kotak pesan. Ia hanya tinggal mengirimkannya saja. Ia akan dapat masalah atau tidak sebenarnya bisa urusan nanti.

Brukk!

---atau tidak.

Beomgyu mematikan ponselnya, lalu menaruhnya di balik tempat sampah. Jaga-jaga saja, setidaknya kalau ada sesuatu terjadi padanya.

Ia mencondongkan tubuhnya, menatap ke bawah tangga hanya untuk mendapati gelap dan sepi. Suara langkah terdengar dari kejauhan. Mungkin petugas kebersihan, siapa yang tahu.

Pemuda itu baru akan berbalik ketika sesuatu menyentuh leher belakangnya. Ia tersentak namun tubuhnya seketika terjatuh ke lantai.

Stun gun? Siapa?

Sepasang sepatu berwarna hitam tertangkap indera penglihatannya, namun sebelum ia berhasil melihat wajah si pelaku kegelapan telah lebih dulu menghampirinya.

Laki-laki bertubuh jangkung itu mengangkat tubuh Beomgyu perlahan, "Maafkan aku. Aku tidak ada dendam padamu, tapi kalau tidak kulakukan aku tidak akan mendapatkan bayaran. Anggap saja kau sedang berbuat baik padaku."

.
.
.

Suasana kelas masih sepi, lagipula ini masih terlalu pagi. Kelasnya dimulai jam sepuluh dan ia tiba di kelas satu jam lebih awal. Kai melangkah dengan malas ke pojok ruangan. Ia salah melihat jadwal, dan membuang waktunya hanya untuk mengejar bus di halte sampai nyaris terjatuh.

FREIER VOGEL || SooGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang