Beomgyu mengikuti langkah Taehyun memasuki mansion milik Soobin. Memang benar dugaannya, sekalipun tempat ini terasa asing, tapi ia masih berada di kota yang sama. Tidak, ada sesuatu yang lebih penting daripada itu-
-pertemuannya dengan Seokjin-ahjussi.
Laki-laki itu tinggal tidak jauh dari tempatnya dulu pernah tinggal dengan sang Ibu ketika masih kecil, hanya berjarak tujuh rumah. Dia orang yang baik, dan kalau ia tidak salah ingat, laki-laki berbahu lebar itu dulunya mengaku seorang dokter. Mereka sering bertemu di taman seberang rumahnya. Seokjin sering memberinya banyak coklat dan permen karena tahu Beomgyu jarang diberi makan oleh ibunya.
Ia tidak tahu apa alasan Taehyun bertemu dengannya, dan sekalian malah mengajaknya. Walau anak itu bilang kalau ia hanya diperintahkan untuk mengawasinya-ah, kalau ia tidak salah ingat juga, Soobin pernah mengatakan kalau tugas Taehyun sejak awal ia bertemu dengannya adalah untuk mengawasinya.
Jadi, sampai sejauh mana sebenarnya kehidupannya diatur?
Beomgyu menggelengkan kepalanya. Sesuatu yang lain sebenarnya mengusik pikirannya. Apa yang diucapkan oleh Seokjin, tepat ketika mereka akan meninggalkan tempat tinggalnya.
Itu bukan sesuatu yang menyenangkan, terutama karena ekspresi laki-laki paruh baya itu jelas terlihat mengeras. Dan ia juga tahu, kalau itu berhubungan dengan masa lalunya di sana.
.
."Berhati-hatilah. Sebenarnya sejak lama aku ingin bertemu denganmu, terutama ketika kau pergi dari sini. Ini bukan sesuatu yang bagus, mengingat kau pergi dari tempat ini dalam keadaan yang... yah begitulah..."
Taehyun yang berdiri di ambang pintu mengerutkan dahinya. Pembicaraan ini bukan sesuatu yang berhubungan dengannya, dan juga bukan sesuatu yang diketahuinya. Lagipula, ia baru bertemu Beomgyu di universitas tempat mereka belajar. Ia bahkan baru mengetahui kalau Beomgyu, mengenal Seokjin.
"Ibumu masih hidup. Aku tidak tahu dia berada dimana sekarang. Berharap saja dia tidak akan nekat melakukan sesuatu padamu, mengingat keadaan jiwanya ketika itu tidak stabil-"
Beomgyu masih terdiam. Ia jelas tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ibunya masih hidup. Entah ia harus senang, atau merasa... takut? Hari itu dimana ia pergi dari rumah, adalah dalam keadaan meninggalkan sang Ibu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Itu gerak refleks. Ia hanya terlalu takut. Entah pada Ibunya, pada dirinya sendiri atau pada dasarnya ia memang takut pada rumah itu.
"-tapi karena kau datang kemari bersama Taehyun, kurasa aku tidak perlu khawatir."
Apa?
"Intinya, berhati-hatilah. Dan jangan lari."
.
.Jangan lari? Apa maksudnya? Lagipula apa hubungannya dengan Taehyun?
Beomgyu rasanya ingin membenturkan kepalanya. Ada terlalu banyak hal yang masih membingungkan untuknya. Lagipula ia tidak seperti Taehyun yang di umurnya yang lebih muda satu tahun darinya mereka bisa seangkatan-atau malah sebenarnya kemampuan otak Taehyun lebih dari pada itu, siapa yang tahu.
Langkah Taehyun terhenti di depan sebuah pintu besar berwarna abu-abu, membuat Beomgyu yang berjalan tepat di belakangnya ikut berhenti.
"Soobin-hyung ingin bertemu denganmu."
Beomgyu seketika merasakan tubuhnya menegang. Ah, benar juga, selain apa yang dikatakan oleh Seokjin ada hal lainnya yang harusnya lebih ia perhatikan. Sejak pertemuan terakhir mereka beberapa jam yang lalu, ia sejujurnya bingung-dengan bagaimana ia harus berhadapan dengannya. Soobin itu menakutkan-untuknya, tapi ada beberapa hal yang justru terasa... bagaimana ya... rasanya sulit untuk dijelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fanfiction"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...