20

228 18 2
                                        

Beomgyu membuka kedua matanya perlahan, ketika tidak ada lagi yang dirasakannya. Entah itu pukulan, atau tendangan, atau benturan keras tubuhnya pada tiang kayu tempat dirinya terikat. Ia meringis tanpa suara. Walau hanya beberapa bulan terjebak di kediaman Choi Soobin dulu, rasanya ia jadi terbiasa dengan pukulan. Yang kali ini tidak seberapa, walau tetap saja terasa sakit. Itulah sebabnya ia bisa menahan untuk tidak mengeluarkan suara dan berpura-pura tidak sadarkan diri.

Aktingnya cukup bagus, orang-orang itu berhenti menghajarnya lalu membiarkannya begitu saja—entah sampai kapan.

Walau bisa menahan rasa sakitnya, tapi kalau terus menerus dilakukan ia juga tidak akan bertahan.

Ia menoleh ke bagian belakang tubuhnya, iris gelapnya melirik ke arah kedua lengannya yang masih terikat. Beomgyu menggerakkan tangannya sedikit lebih ke atas. Ada sebuah paku yang mencuat di bagian belakang kayu tersebut. Ia tahu ketika tanpa sengaja pergelangan tangannya terkena benda itu, darah mungkin mengalir lebih banyak dari luka di pergelangan tangannya. Tapi siapa yang peduli. Itu bisa jadi kesempatan untuknya melepaskan diri dari ikatan ini.

Beomgyu menggerakkan kedua lengannya perlahan, mengikis tali yang mengikat sedikit demi sedikit sambil sesekali meringis ketika lukanya bergesekan dengan tali atau ketika tanpa sengaja kembali tergores oleh paku karatan itu.

“Argh, sial.”

Ini lebih sulit dari dugaannya. Selain karena tubuhnya yang sudah kelelahan, pandangannya terbatas. Ia tidak bisa melihat posisi tangannya dengan pasti. Ia memang ingin mati, tapi tidak dengan cara yang menyedihkan seperti ini. Setidaknya biarkan dirinya menikmati hidupnya sedikit lagi—walau itu bukan hal yang menyenangkan.

Tidak, tidak. Dalam beberapa sisi, sebenarnya kehidupannya yang terjebak di tangan orang lain terasa lebih baik selama orang itu adalah Soobin. Katakan saja ia gila, sejak awal hidupnya saja sudah penuh dengan kegilaan, mengikuti arus menjadi gila tidak akan berarti apa-apa.

Beomgyu menghentikan gerakannya, ia bersandar pada tiang kayu, lalu menarik nafasnya beberapa kali dengan perlahan. Tangannya sudah terasa kebas, ia tidak tahu sudah seberapa jauh tali yang mengikatnya akan putus, atau justru malah tidak berpengaruh apapun—yah, setidaknya ia sudah berusaha.

Pandangannya teralih ke depan. Pikirannya seketika melayang entah kemana. Sudah berapa lama ia ada di sini? Apakah ponselnya ditemukan seseorang? Apakah Kai menyampaikan pesannya pada Taehyun? Atau—

—apa yang dilakukan Choi Soobin saat ini?

Seseorang dari mereka mungkin saja mengiranya kabur, mungkin juga akan mengatainya tidak tahu diri. Itu bukan masalah besar. Bukankah ia sudah terbiasa dengan hal itu? Lagipula ia juga tidak tahu apa ia bisa keluar dari tempat ini tanpa harus mempertaruhkan nyawa. Ibu angkatnya yang ini punya pemikiran yang sulit sekali untuk ditebak. Bisa saja ia dibiarkan hidup hanya kali ini, dan kesempatan selanjutnya adalah waktunya untuk menghadap Tuhan.

Beomgyu memejamkan kedua matanya. Tangannya sudah berhenti bergerak. Tubuhnya bersandar pada tiang kayu. Ia berusaha untuk mengatur nafasnya perlahan.

Ia, lelah.

Di saat-saat seperti ini, ia jadi terbayang banyak hal tanpa bisa dicegah. Tentang ayah angkatnya yang lain, bagaimana kabarnya sekarang?

Ia hanya tahu laki-laki itu dirawat di rumah sakit, tapi untuk mengunjunginya, sejujurnya ia tidak punya keberanian. Dan kini ia menyesalinya.

"Ah, sial. Aku bahkan masih belum sempat untuk mengatakan maaf padanya."

~0~

Suara jepretan kamera beberapa kali terdengar. Seorang pemuda berambut hitam berdiri di tepi pelabuhan dengan kamera dalam genggamannya. Beberapa kali ia mengambil gambar ke arah laut, sesekali beralih pada deretan gudang-gudang yang sebagiannya kosong. Pelabuhan mulai ramai dipenuhi oleh para pekerja.

Ia sebenarnya tidak ada tujuan pasti di tempat ini. Hanya iseng berjalan-jalan lalu mengambil beberapa foto. Pekerjaannya yang hanya seorang fotografer paruh waktu membuatnya tidak terikat pada apapun, entah itu waktu atau perusahaan.

Tubuh tegap yang terbalut kaos hitam dan mantel berwarna coklat itu terlihat mencolok di tengah lalu lalang para pekerja yang sibuk. Iris gelapnya memperhatikan keadaan sekitar, sebelum kemudian tertuju pada beberapa orang yang terlihat tengah mencari sesuatu. Ia mengerutkan alisnya ketika disadari orang-orang ini berpakaian terlalu rapi jika dibandingkan para pekerja sebenarnya di sana.

Siapa mereka?

Refleks ia mengarahkan kameranya pada sekumpulan pria bertubuh tegap itu, dan mengambil gambarnya beberapa kali. Tatapannya beralih pada sisi lain, sesaat iris gelapnya mengerjap perlahan, ketika mendapati dua sosok yang pernah dilihatnya dulu sekali.

"Ah, mereka kan..."

~0~

Kang Taehyun masih sesekali mengeluarkan sumpah serapah. Tatapannya berpindah-pindah, menyisir pelabuhan, berusaha untuk tidak melewatkan apapun. Daftar penyewa gudang di pelabuhan yang didapat oleh dirinya, nyatanya tidak banyak membantu. Tempat ini terlalu luas, ditambah dengan rata-rata gudang penyimpanan di sini nyaris terisi oleh si penyewa. Mencari seseorang di tempat ini sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Ditambah dengan kebanyakan dari para penyewa itu menggunakan nama palsu atau menumpang nama dari sebuah perusahaan. Choi Seungcheol tidak terlalu peduli akan hal itu, selama pemasukannya terus mengalir, hal-hal semacam itu bukan lagi urusannya.

Yeonjun yang berjalan tepat di sampingnya masih fokus pada ponsel miliknya. Sesekali mendongak hanya untuk mendapati Taehyun yang berjalan seperti kesetanan. Masa bodoh dengan batas waktu tiga puluh menit yang diberikan oleh Soobin, coba saja bosnya itu mencari dengan usahanya sendiri, ia tidak yakin orang itu akan berhasil menemukannya dalam waktu secepat itu.

"Taehyun..."

Yeonjun berhenti melangkah. Tatapannya  tertuju pada sosok lain yang berdiri sedikit jauh dari posisi mereka. Laki-laki yang tengah memegang sebuah kamera berwarna hitam di tangan kanannya itu menarik perhatiannya. Bukan karena sosoknya yang mencolok, walau itu juga salah satu alasannya.

Tapi ada perasaan yang tidak asing menyelimutinya ketika mereka sempat beradu pandang sekilas beberapa saat yang lalu.

Taehyun yang dipanggil menoleh ke arahnya, tapi yang bersangkutan masih terfokus pada hal lain yang berada jauh di depannya, membuat pemuda yang hampir seumuran dengan Beomgyu itu ikut menoleh ke arah yang dituju.

Tidak ada apa-apa di sana. Atau setidaknya, tidak ada hal yang menurutnya menarik sampai perhatian Yeonjun bisa teralih.

Rasanya aku pernah melihatnya, tapi siapa dia? Batin Yeonjun.

~0~

Beomgyu membuka kedua matanya kembali, iris abunya menatap jendela kecil di dinding atas sebelah kanannya. Cahaya matahari menyusup masuk, membuat ruangan yang tadinya gelap menjadi sedikit lebih terang.

Ia kembali menegakkan tubuhnya. Kedua tangannya mengepal. Ia masih belum ingin menyerah, walau kematian tetap menjadi tujuan utamanya, tapi ia tidak ingin tempat ini jadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Pemuda berambut gelap itu kembali menggerakkan tangannya, masih berupaya untuk membuat ikatan yang membelenggu kedua pergelangan tangannya terlepas. Sesekali ia meringis ketika lukanya yang sudah mengering tergesek oleh permukaan tali yang kasar.

Beomgyu tetap dalam posisinya, dan tetap mempertahankan gerakannya untuk tetap konstan. Salah bergerak sedikit pergelangan tangannya yang kemungkinan sudah penuh dengan luka goresan akan tertusuk.

Sepuluh menit berlalu, hingga akhirnya ikatannya terlepas. Beomgyu menarik nafasnya lega, tubuhnya kembali bersandar pada tiang kayu. Terlalu lama dalam posisi tangan yang terikat di belakang, sendi-sendinya menjadi terasa kaku. Ia menarik kedua tangannya ke depan, mendapati luka yang lebih banyak daripada perkiraannya.

"Di luar dugaan, rasanya tidak sesakit itu."

Beomgyu baru akan berdiri, ketika didengarnya suara rantai yang bergemerincing dan gembok yang dibuka. Ia membulatkan kedua matanya. Tubuhnya masih terasa kaku, dan orang-orang itu datang kembali.

"Apa yang harus kulakukan?"

.
.
(Continued to chapter 21)
.
.

(Hehe, halo.)

FREIER VOGEL || SooGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang