22

152 15 0
                                    

BUGH!!

Beomgyu meringis ketika bahunya yang terasa kebas ditendang oleh sang ibu. Hak sepatunya yang runcing menekan tulang selangkanya dengan keras. Ekspresi wajah wanita itu mengeras.

"Anak sialan!"

Ia masih belum ingin melawan, sekalipun kedua tangan rasanya ingin mendorongnya hingga terjatuh dan ia bisa kabur. Masa bodoh dengan status mereka, toh sang ibu tidak pernah mengakui keberadaannya selain untuk dijadikan pelampiasan ketika wanita itu berada dalam suasana hati yang buruk.

"Saudaraku itu bodoh sekali karena lebih memilih untuk membiarkanmu hidup padahal keberadaanmu tidak lebih dari sekedar sampah!"

Satu, dua tendangan kembali dirasakannya, kali ini tepat mengenai pipi kirinya. Aroma besi berkarat mendadak memenuhi rongga mulutnya ketika dirasakannya bagian dalam mulutnya terluka. Ada berapa banyak luka di tubuhnya sebenarnya? Rasanya nyaris sekujur tubuhnya setidaknya punya satu-dua luka di luar atau di dalam.

Ia menyeringai. Sampah katanya. Memangnya ucapan apa yang diharapkan olehnya dari wanita ini?

"Benar, laki-laki itu bodoh sekali ya, Ibu. Dia pikir dengan membiarkanku hidup, itu akan menjadikan tindakannya begitu mulia, bukankah dia hanya ingin kabur saja dari tanggung jawab?"

Setelah dipikir kembali, kalimat itu terdengar jahat sekali. Tapi ia tidak berbohong. Nyatanya pemikiran semacam itu telah ada sejak lama dalam benaknya. Orang tua kandungnya membencinya. Ia hanya dibuang, agar tidak ada lagi beban di pundak sang mereka. Fakta bahwa dia mati setelah melahirkannya hanya membuatnya semakin berpikir bahwa orang itu hanya ingin lepas dari tanggung jawab. Saudara perempuannya sangat membencinya, dan sang ayah mungkin sudah menganggapnya tidak ada. Jadi apa gunanya untuk tetap hidup? Sedangkan jika dia memilih untuk tetap hidup, seberapapun hancur hidupnya, ia setidaknya masih memiliki saudara perempuan yang masih menyayanginya.

Benar, orang itu bodoh sekali kan?

Baik Lee Taeyong ataupun Jeon Jungkook, keduanya sama saja bodohnya.

"Kurang ajar! Jangan mengejeknya di depanku!"

BUGH!!

Beomgyu memuntahkan darah dari mulutnya. Ia tidak menyadari bahwa sang ibu kini tengah membawa balok kayu berukuran sedang. Benda sepanjang satu meter itulah yang digunakan untuk memukul kepalanya, dan tepat mengenai pelipis kirinya. Separuh bagian tubuhnya rasanya sudah seperti mati rasa. Darah mengalir dari luka pukulan, hingga mengganggu separuh indera penglihatannya.

Ia rasa ini sudah waktunya. Lebih lama lagi menunggu kemungkinannya untuk tumbang semakin tinggi. Pukulan tadi membuat pening seketika menyerang, merambat hingga indera penglihatan. Satu kali lagi pukulan, di sisi kepala satunya lagi, ia akan tamat. Memang tidak akan membuatnya mati, tapi pingsan jelas tidak akan menjadi pilihan utamanya kini.

Kang Seulgi mengangkat kembali balok kayu yang masih dipegangnya, jemarinya yang dihiasi oleh kuku sewarna darah itu memutih karena dia yang menggenggamnya terlalu erat. Benar dugaan Beomgyu, wanita itu hendak mengincar sisi kepalanya yang satu lagi.

Namun belum sempat balok kayu tersebut mengenai dirinya, Beomgyu telah lebih dulu menerjangnya hingga keduanya sama-sama terjatuh dengan posisi Beomgyu yang menindihnya dan kedua tangan yang menahan tangan sang ibu.

"KAU...!"

Rasa sakit mendera kepalanya. Ini bukan saja efek dari pukulan yang baru saja diterimanya. Ah, sebenarnya berapa kali orang-orang tadi menyerang bagian kepalanya?

Pandangannya mulai terasa buram. Ia memang laki-laki, dan menahan seorang wanita untuk berontak seharusnya bukan masalah besar untuknya, tapi itu hanya berlaku jika ia dalam kondisi normal, tanpa luka apapun di sekujur tubuhnya.

FREIER VOGEL || SooGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang