Beomgyu menatap laki-laki di depannya ragu. Di luar sana cerah, ia bahkan bisa mendengar suara burung saling bersahutan. Tapi itu bahkan tidak bisa mengusir kesan suram dari kamar ini. Tidak, tepatnya bukan kamar ini, tapi yang jadi masalahnya adalah Soobin sendiri.
Ini terlalu menegangkan, bahkan dengan Soobin yang sedari tadi hanya diam sambil tatapannya hanya terfokus pada bidak catur berwarna putih di genggaman tangan kanannya. Laki-laki itu bersandar pada rak kayu, tepat di sebelah bingkai foto yang sampai kini masih menimbulkan tanya untuknya, seolah menunggunya untuk mengatakan sesuatu.
Ia menggigit bibirnya, jemarinya memutih karena beberapa kali ia meremas ujung kemejanya dengan kuat. Ini waktu yang tepat sejujurnya. Ada banyak hal yang selalu ia pertanyakan tapi jangankan bisa mengutarakannya, bahkan waktu mereka bisa benar-benar bertatapan seperti ini bisa dihitung jari.
Soobin mendongakkan kepala, iris keduanya saling bertatapan dan Beomgyu sedikit merasakan bulu kuduknya meremang. Itu hanya tatapan biasa, tapi rasanya seperti berhadapan dengan seekor serigala yang tengah mengawasi mangsanya. Laki-laki bertubuh jangkung itu meletakkan bidak catur yang sedari tadi digenggamnya lalu melangkah mendekati Beomgyu yang masih duduk di tepian ranjang.
“Ada yang ingin kau katakan bukan?”
Beomgyu beringsut mundur ketika dengan perlahan Soobin menaiki ranjang. Jarak mereka terlalu dekat—walau bahkan jarak mereka pernah lebih dari sekedar ini, tapi itu bahkan di saat ia kehilangan kendali atas tubuhnya dan nafsu menguasai pikirannya.
“Aku… tidak…”
“Bahkan dengan segalanya yang terjadi, sejak awal seharusnya ada begitu banyak yang ingin kau katakan, aku benar?” Soobin memegang pergelangan tangan kanan Beomgyu, menahan pemuda itu semakin menjauh.
Beomgyu menahan tubuhnya dengan tangan lainnya yang bebas agar tidak terjatuh ke belakang, dengan Soobin yang nyaris menindihnya jelas ini terasa sulit. Ia menatap Soobin yang juga balas menatapnya dalam diam. Tatapannya memang menakutkan sejujurnya, tapi di beberapa kali ia bahkan bisa merasakannya melembut.
“Kenapa aku?” Beomgyu menarik nafasnya perlahan, faktanya bahkan dengan seberapa intimnya posisi mereka dan apa yang pernah mereka lakukan selama ini, ia masih tidak bisa berbicara dengan lancar di depannya, “ada banyak orang yang bisa jadi kemungkinan, lalu kenapa aku?”
Kenapa harus dirinya, sejak awal hanya itu saja. Ia tidak peduali dengan hal lain. Orang lain lebih memilih untuk mengabaikannya, menganggapnya hanya seonggok sampah yang tidak berarti, lalu meninggalkannya seorang diri, walau beberapa yang lain pergi karena keadaan yang mengharuskannya demikian.
Soobin menggenggam tangan Beomgyu yang masih terbebas, hingga si pemuda kehilangan keseimbangan dan jatuh terlentang di atas ranjang dengan laki-laki bertubuh jangkung itu menindihnya, menahan kedua tangannya di atas kepala hingga ia bahkan sulit untuk bergerak.
Beomgyu melotot kaget, terutama karena ia yang hanya mengenakan kemeja kebesaran milik Soobin, bergerak sedikit lagi saja maka bagian bawah tubuhnya yang polos akan benar-benar terpampang jelas.
“Akan kuceritakan sesuatu,” sebelah tangan Soobin bergerak perlahan mengelus paha bagian dalam Beomgyu, lalu naik ke atas dengan gerakan yang teramat pelan. Beomgyu menggigit bibirnya. Tak ayal lagi, kalau ia membuka mulut sedikit saja, maka desahannya akan dengan bebas mengalun.
“Ada banyak hal yang bisa membuat seseorang membenci orang lain, tapi bahkan untuk ketertarikan tidak pernah ada alasan yang logis, kau tahu?”
Soobin membuka kancing kemeja Beomgyu satu persatu, membiarkan jari-jari panjangnya bersentuhan langsung dengan kulit putihnya. Beomgyu merapatkan kedua kakinya ketika laki-laki di atasnya itu dengan kurang ajarnya bermain-main di kedua tonjolan di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fanfiction"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...